"Mama!"
Farryn tergugu. Di depannya kini berdiri seorang wanita yang sangat ia rindukan. Segera berlari dan menghampirinya, memelukknya erat dengan air mati yang sudah meluncur sejak tadi.
Farryn memeluk erat punggung wanita itu. Sementara, yang dipeluk membalasnya dengan mengusap lembut kepala Farryn. Setelah dirasa cukup, Farryn melepaskan pelukkannya lantas mendongak menatap wanita itu. "Mama, aku merindukanmu," lirihnya sambil pandangan yang terus terfokus untuk menyelami mata sang mama.
Mamanya tersenyum tipis, "Farryn, kau harus kuat, nak," ujarnya membuat Farryn tertegun.
"Aku ingin ikut denganmu saja, Ma."
Sekali lagi. Mamanya tersenyum menanggapi keinginan Farryn, membuat gadis itu menekukkan bibirnya ke bawah. Kalau boleh jujur, Farryn tidak kuat lagi. Seharusnya ia sudah mati bersama Elsa, tapi, ada sesuatu yang menghalanginya. Rupanya takdir belum mengizinkan Farryn berakhir.
Dan saat ini, dirinya berada di tempat antah berantah yang mempertemukan Farryn dengan Mamanya. Sejak pertama kali membuka mata, Farryn menduga dirinya telah di surga. Namun, yang Farryn ketahui, surga itu penuh cahaya dan tidak gelap seperti ini. Surga itu penuh dengan warna, bukan hitam seperti sekarang.
"Maafkan Mama, Farryn. Mama tidak bisa membawamu sekarang," ujar wanita itu sedih.
Farryn mentap Mamanya tidak percaya. Pasti ada cara lain agar dirinya bisa ikut sang Mama. Agar ia bisa kembali bersama-sama dengan orangtuanya yang telah meninggal.
"Ini belum saatnya, Farryn. Semesta akan menolakmu jika kau memaksa." Ibunya berujar serius.
Farryn menanggapinya dengan kening berkerut tidak mengerti. "Kenapa tidak dicoba terlebih dahulu?" Farryn memaksa.
Mamanya tampak berpikir keras, setalah cukup lama merenung wanita itu menatap Farryn sambil memicingkan matanya, "Kenapa kau ingin mengakhiri hidupmu saat ini?"
"Aku lelah, Ma. Mereka menjadikanku tumbal, mereka ingin aku mati."
"Bagaimana dengan Alex?" Mamanya bertanya lagi.
Farryn sedikit kaget menyadari Mamanya tahu tentang Alex. Mengingat pria itu, Farryn merasa sesak. Alex pernah berkata akan menyelamatkannya dari Elsa, tetapi Farryn meragukan hal itu. Bukankah Alex sendiri yang menjadikan dirinya sebagai umpan untuk Elsa?
"Alex tidak seperti yang kau pikirkan," ujar Mamanya bisa menebak isi kepala Farryn. "Awalnya dia memang ingin menjadikanmu tumbal, tetapi saat ini ia ingin menyelamatkanmu. Pemuda itu menyayangimu, Farryn," lanjutnya.
Farryn tergugu, mungkinkah yang dibilang Mamanya itu benar? Jika iya, perasaan apa yang harus dirasakannya saat ini? Tentu saja Farryn bahagia, tapi ia masih meragukan hal itu, kecuali kalau Alex sendiri yang mengatakannya.
Sinar yang menyilaukan muncul di sisi gelap yang lain. Kemudian terbentuk sebuah pintu berwarna emas dari sinar tersebut. Lalu, pintu itu terbuka dan menampilkan sosok pria berjubah putih. Farryn sempat terperangah menyadari siapa pria itu. Ia berlari menghampirinya.
"PAPA!" Dengan gerakan cepat Farryn memeluk tubuh itu. Betapa rindunya Farryn pada sosok yang kini tengah mengusap rambutnya lembut. Ia mendongak menatap papanya dengan binar senang sekaligus ketakutan. Farryn senang karena ia bisa menyentuh papanya lagi, sementara, ia juga takut kalau ini akan segera berakhir. Farryn takut kalau ini adalah pertemuan terakhir mereka.
"Jaga dirimu baik-baik, Nak." Papanya berujar tegas.
Farryn menggeleng. Kali ini ia harus berhasil membujuk papanya supaya ia bisa ikut bersamanya. Namun, sepertinya pria itu mengerti. Ditatapnya Farryn tengan tegas, memberi peringatan bahwa itu tidak akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistery In School
HororAku tak mengerti mengapa bibi memindahkanku dari sekolah lama ke sekolah ini. Sekolah yang berhasil membuatku merinding dan percaya dengan hal-hal mistis yang dibicarakan teman-teman baruku. Padahal aku adalah orang yang selalu berfikir logis dan ti...