MIS | 11
^^^
"Alex!"
Terdengar seseorang memanggilnya, Alex lantas menolehkan kepala ke belakang. Pria itu mengembuskan napas berat saat didapatinya Jessie dan kedua temannya yang setia mengekori gadis itu ke mana-mana. Alex selalu malas jika berhadapan dengan Jessie, ia kemudian memutar tubuhnya dan terus berjalan.
"Alex!!!!" Jessi menggerutu karena Alex tidak menghiraukannya. Ia berlari kecil menyusul Alex kemudian menarik lengan Alex dan memeluknya manja.
Alex berhenti berjalan. Ia melemparkan tatapan tak suka lewat ujung matanya.
"Alex! Aku ingin kau datang di pesta ulang tahunku!" serunya manja.
Alex berusaha melepaskan lengannya yang dipeluk Jessie, tapi Jessie malah memeluknya semakin erat.
"Aku tidak punya waktu untuk hal-hal tidak penting seperti itu," ucapnya cuek tanpa melihat Jessie yang sibuk merengek.
"Apa? Tidak penting? Itu adalah moment berhargaku, dan aku ingin kau ada di sana, kemudian aku akan memberikan potongan kue pertamaku untukmu."
"Aku tidak mau," ucap Alex datar.
Sementara di sebrang sana Farryn dan Valeri menonton perdebatan itu. Ada perasaan tak suka di hati Farryn melihat Jessie yang begitu dekat dengan Alex.
"Kau lihat itu?" Valeri menunjuk ke arah Alex dan Jessie, "gadis itu selalu bertingkah menjijikkan saat di dekat Alex."
"Maksudmu, Jessie?"
Valeri mengangguk "Yup."
Di sebrang sana. Jessie masih setia memeluk lengan Alex. "Kau harus datang Alex, aku tidak mau tahu!" katanya merajuk.
Alex ingin muntah saat ini juga. Ia menyentakkan lengannya hingga terlepas dari pelukkan Jessie. Lalu pria itu menatap Jessie muak. Tanpa mengucapkan sepatah katapun Alex berlalu meninggalkan Jessie yang masih mematung tak percaya.
Kejadian tadi ternyata mampu memancing para siswa di sini. Jessie dan Alex menjadi tontonan dan tranding topik pagi ini. Banyak siswa yang berbisik-bisik setelah melihat kejadian tadi.
Alex terus berjalan tanpa memperdulikan manusia-manusia di sekitarnya yang menandanginya terang-terangan. Hanya Alex yang mampu menentang Jessie si anak kepala sekolah itu.
Alex memicingkan mata, memastikan kalau gadis di samping Valeri itu adalah Farryn. Tatapan gadis itu terpaku pada Alex, tidak menghiraukan Valeri yang masih mengoceh sedari tadi.
Alex menatap balik Valeri hingga pandangan mereka beradu. Tenggelam pada manik mata masing-masing. Alex lebih dulu mengakhiri aksi itu, ia mengalihkan pandangan dari Farryn kemudian berlalu.
Farryn masih terpaku di tempatnya. Dadanya berdebar keras. Ia merasakan perasaan bahagia yang berlebihan. Seperti ada ribuan kupu-kupu menggelitik perutnya. Ingin meledak.
"Farryn!" gerutu Valeri karena Farryn tidak mendengarkannya. Sebenarnya Valeri tahu apa penyebab Farryn menjadi seperi ini. Alex.
Valeri maju ke depan, berdiri di hadapan Farryn dan memandanginya lurus-lurus. Farryn sepertinya masih belum sadar, ia terus saja tersenyum idiot memikirkan kejadian tadi.
"Kau menyukai Alex?" tebak Valeri to the point.
Farryn mengerjap, ia menjadi gelagapan, "Eh? Ti-dak." sahutnya terbata.
"Kau tak usah mengelak, gelagatmu membuktikan kalau kau memang mempunyai ketertarikan pada Alex," Valeri menyeringai.
Blush! Rona merah menyebar di wajah Farryn. Cepat-cepat Farryn memasang ekspresi datar, "kau terlalu sok tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistery In School
HorrorAku tak mengerti mengapa bibi memindahkanku dari sekolah lama ke sekolah ini. Sekolah yang berhasil membuatku merinding dan percaya dengan hal-hal mistis yang dibicarakan teman-teman baruku. Padahal aku adalah orang yang selalu berfikir logis dan ti...