MIS | 19

32.8K 2.4K 94
                                    

"Sepertinya anak itu sudah dibawa oleh Elsa, aku tidak menyangka kalau Elsa akan bertindak cepat." Erica mengempaskan tubuhnya di sofa. "Sebentar lagi Elsa akan hidup kembali,"  lanjutnya.

"Kita bisa menghentikannya kalau kau mau." Richad angkat suara.

Erica dan Richad sudah tahu kalau jiwa Farryn berada dalam dimensi lain. Dan juga Elsa yang membawa Farryn ke tempatnya untuk bertukar posisi. Erica tidak ingin Elsa kembali hidup, tapi ia ingin melihat sejauh mana jiwa Farryn dapat bertahan dalam jasad Elsa. Erica juga tahu jika Elsa melakukan semua ini demi Alex. Agar ia dapat bersama kembali dengan Alex.

"Kita lihat saja nanti, aku yakin Alex tidak akan membiarkan Elsa melanjutkan semua ini, dia sedang dilema antara memilih Elsa atau Farryn."

"Jika Alex tidak menghentikannya dan Elsa berhasil membuat jasadnya hidup kembali apa yang akan kau lakukan?"

Erica menyeringai, "Membuatnya tertidur kembali."

"Setelah tubuh Elsa menjiwai Farryn, dia akan abadi, Mrs."

Erica tetap tenang, karena ia yakin seorang Alex tidak akan menghentikan ini. Sebab Elsa hanya akan berhenti jika Alex yang menyuruhnya. Sedetik kemudian wanita itu tersenyum misterius.

====

Tidak ada Farryn di sekolah, Chelsea kembali ke hari-harinya yang dulu, seperti saat Farryn belum datang menjadi temannya. Gadis itu lebih memilih menyendiri daripada harus berbaur dengan yang lainnya.

Jam pelajaran yang seharusnya diisi oleh matematika kini menjadi kosong, karena guru matematikanya berhalangan hadir. Untuk mengatasi kebosanan Chelsea memutuskan pergi ke perpustakaan.

Diperjalanan menuju perpustakaan ia bertemu Alex. Chelsea berniat memberitahu Alex bahwa Farryn sedang koma. Sebab Alex juga adalah teman Farryn.

"Ada apa?" tanya Alex langsung saat Chelsea menyetopnya tiba-tiba.

"Kau tahu? Farryn sedang koma."

Alex terperanjat, tapi ia bisa mengatasinya dengan cepat membuat Chelsea tidak menyadarinya. "Sejak kapan?" tanya Alex, sebenarnya ia sudah tahu jika Farryn mengalami koma.

"Kemarin, kau tidak ingin menjenguknya?" tanya Chelsea.
"Aku? Memangnya dia dirawat di rumah sakit mana?"

"Green Hospital," jawab Chelsea cepat.

"Baiklah, sepulang sekolah nanti mungkin aku akan membesuknya."

Chelsea tersenyum kecil, matanya menyorotkan kegelian. Sejak kapan Alex mau repot-repot menjenguk teman yang sakit? Biasanya Alex tidak terlalu perduli dengan itu.

"Ya sudah kalau gitu." Kemudian Chelsea melanjutkan langkahnya menuju perpustakaan.

Sementara Alex masih terdiam di tempatnya. Memikirkan Farryn yang sebentar lagi akan lenyap. dan Elsa yang akan terlahir kembali. Entah mengapa Alex merasa kalau seharusnya hal ini tidak perlu terjadi. Bukankah itu namanya melawan takdir? Jika Tuhan telah menakdirkan Elsa untuk mati, lalu mengapa ia ingin melawannya? Ingin Elsa hidup kembali? Alex memang egois, dan keegoisannya itu membuat Alex merasa bersalah terhadap Farryn.  Gadis yang menjadi korban atas keegoisannya.

====

Alex akan melakukan ritualnya. Ritual yang biasa ia lakukan untuk berinteraksi dengan Elsa. Sudah lumayan lama Alex tidak melakukan ritual ini.

Dan malam ini, tepat di saat bulan purnama ia memejamkan mata. Sedang menyambungkan telepatinya dengan Elsa.

Dan saat ia membuka matanya kembali, seorang gadis sudah berada di depannya. Dengan senyum yang mampu meluluhkan Alex, tapi tidak dengan kali ini, Alex merasa kalau perasaan bahagia saat melihat Elsa, kini menguap entah kemana.

"Alex," panggil Elsa lembut. Gadis itu memperdekat jaraknya dengan Alex. Ia menempelkan telapak tangannya di pipi Alex kemudian mengusapnya dengan gerakan seringan bulu. Membuat Alex merinding.

"Aku sudah mendapatkan gadis itu," ucap Elsa lagi.

Tubuh Alex menegang. Berarti sebentar lagi Elsanya akan kembali. Tapi mengingat Farryn yang menjadi korbannya, tiba-tiba ia merasa sedikit sesak, seakan hatinya tidak rela jika Farryn harus lenyap.

"Kapan kau akan menukar jiwanya dengan jiwamu?" tanya Alex dengan ekspresi tak terbaca.

"Secepatnya."

"Jika aku melarangmu untuk melakukan itu apa kau akan menurut?"

Kening Elsa mengernyit, ia melepaskan telapak tangannya dari pipi Alex. "Mengapa kau berbicara seakan-seakan kau tidak mau aku hidup kembali?"

"Aku--bukan begitu, hanya saja ini seperti tidak adil, tidak seharusnya hal ini terjadi pada Farryn. Ia tidak bersalah dan tidak mengatahu apa-apa."

"Bukankah dari awal kau sudah menyetujuinya? Lalu, mengapa kau menjadi labil seperti ini? Apa kau mulai menyukai gadis itu?" Elsa memasang raut kecewannya.

"Aku hanya tidak ingin merubah takdir."

"Jadi, kau lebih memilih gadis itu daripada aku?" tanya Elsa. Suaranya mulai meninggi. "Kalau begitu aku akan mempercepat semua ini agar kau tidak bisa berpaling dariku!"

====

TBC

Maapkan ini sangat pendek, hahaha..

Btw, gue bikin cerita baru loh. Kali ini genrenya fiksi remaja dan fanfiction Rio Stevadit + Ify Blink (Rify) :v boleh dicek, kali aja suka^^

Gue kasih blurbnya, nih!

Judul : Reminds Me Of Love

"Di jagain cowok robot kayak dia? idih ogah banget! Bisa-bisa gue stress kalo tiap hari harus ngadepin tampang lempengnya itu!" Ify Saufika Umari

"Biarpun kayak robot, tapi gue ganteng!" Mario Stevano Aditya

Mistery In SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang