MIS | 21
Alex Rudolf. Pria berusia delapan belas tahun itu terus mengetuk-ngetuk pelipisnya dengan telujuk. Ia sedang berpikir keras, juga sedang menelaah perasaannya. Alex memikirkan cara agar Farryn bisa selamat. Namun, ia juga merasa bersalah karena telah mengkhianati Elsa. Mengingkari janjinya pada Elsa untuk menerima risiko ini. Tapi ternyata Alex adalah orang yang labil, dan saat ini pria itu akan mencoba untuk konsisten.
Dan mulai detik ini ia telah memutuskan untuk menyelamatkan Farryn. Ia telah memutuskan untuk mengkhianati Elsa. Alex bahkan rela jika dirinya harus berada di posisi Farryn agar gadis itu selamat. Ia lebih baik menyerahkan jiwanya sendiri pada Elsa daripada harus merelakan jiwa Farryn. Karena hatinya telah memilih.
Alex memejamkan matanya. Lalu, sekelebat bayangan masa lalunya bersama Elsa terlintas begitu saja. Seolah Elsa sengaja mampir di benak Alex untuk menggoyahkan tekad pria itu.
Dalam matanya yang terpejam Alex bisa melihat Elsa dengan mata hatinya. Elsa sedang tersenyum padanya. Gadis itu seolah mencoba membuat Alex luluh kembali. Alarm pada diri Alex segera berdering, mengingatkannya untuk tidak lagi terperangkap pada gadis itu. Gadis yang hidupnya menderita, namun punya ambisi besar. Ia ingin menjadi abadi sehingga harus merebut jiwa seseorang yang tidak berdosa.
Separuh jiwa Elsa telah mati. Ia terkena kutukan, jasadnya berada di dalam peti pengawet. Jasad Elsa masih utuh, tidak ada cedera sedikitpun. Karena gadis itu hanya tidur. Jiwanya yang sebagian berada di dimensi lain. Elsa bisa hidup kembali asalkan ia menguasai salah satu jiwa yang cocok dengannya. Dan jiwa itu adalah milik Farryn. Jika Elsa berhasil menguasai jiwa Farryn, berarti ia bisa hidup kembali dan menjadi makhluk yang abadi.
Kembali pada Alex, pria itu masih saja melamun. Namun, suara derit pintu sukses membuatnya tersadar kembali. Ia menoleh ke arah pintu. Di ambang pintu tersebut ada adiknya, Valeri.
Valeri berjalan menghampiri Alex. Ia bisa merasakan apa yang Alex rasakan. Lalu dengan gerakan hati-hati gadis itu meraih telunjuk Alex yang menempel di pelipisnya, kemudian menurunkannya.
"Apa yang akan kaulakukan sekarang?" tanya Valeri memecah keheningan.
Alex menatap Valeri dengan datar, "Aku akan menghentikan Elsa," jawabnya dingin.
Valeri mengembuskan napasnya. Ia sudah menduga kalau kakaknya ini akan memilih gadis itu. Sebenarnya Valeri menaruh rasa iba pada Elsa. Gadis itu hidupnya menderita, dan kini penderitaannya akan bertambah karena Alex menghianatinya. Namun, di sisi lain Valeri juga memihak Alex, karena Farryn adalah gadis yang tak berdosa. Tidak adil jika Elsa merenggut jiwa gadis itu untuk keabadiannya.
"Kau serius?" tanya Valeri pura-pura tak yakin. "Bagaimana kalau Elsa tidak bisa dihentikan?"
"Aku yang akan menggantikan posisi Farryn. Biarlah Elsa mengambil jiwaku, asalkan Farryn selamat."
"Tapi, itu tidak bisa terjadi. Hanya jiwa Farryn yang cocok dengan jiwa Elsa." Valeri menyangkal.
"Bagaimana kalau bisa? Bukankah peramal itu pernah bilang, kalau Elsa bisa hidup kembali asalkan orang yang dicintainya rela berkorban untuknya? Aku akan merelakan jiwaku untuknya." Alex terdengar serius.
Sementara Valeri, gadis itu menatap Alex dengan tatapan takjub. Kakaknya itu rela menyerahkan jiwanya hanya untuk Farryn. Valeri menyimpulkan kalau Alex mencintai Farryn lebih tulus daripada saat ia mencintai Elsa dulu.
"Kapan kau akan memberitahu Elsa?" tanya Valeri.
"Malam ini juga. Aku akan bertelepati dengannya lagi dan menghentikan rencananya untuk menguasai jiwa Farryn."
"Baiklah, tapi kau harus berhati-hati. Elsa yang dulu bukan Elsa yang sekarang. Bukan Elsa yang selalu mengalah. Gadis itu telah berubah, ia penuh ambisi. Aku takut hal buruk terjadi pada Farryn jika kau salah mengambil langkah."
"Aku pasti bisa mengatasinya, Valeri," ucap Alex penuh penekanan.
====
Chelsea tidak terbiasa datang sepagi ini. Tapi, mimpinya bertemu Farryn mendorong Chelsea untuk tiba di sekolah secepat mungkin. Meski matahari belum sepenuhnya terbit dan sisa-sisa malam masih menyelimuti hari.
Dalam mimpinya, Farryn menyuruh Chelsea untuk menuju gudang. Gudang tempat Farryn terperangkap dalam dimensi lain. Chelsea sendiri tidak tahu apa maksud Farryn menyuruhnya ke gudang itu. Gadis itu tidak memberi petunjuk apapun. Karenanya Chelsea menjadi penasaran. Ia ingin mencari sesuatu untuk menemukan titik terang. Chelsea sudah curiga jika keadaan Farryn yang sekarang ada sangkut pautnya dengan Elsa.
Gadis itu menampakkan kakinya secara perlahan. Seolah tidak ingin langkah kakinya terdengar siapapun. Lalu, ia terdiam. Tubuhnya membeku, keringat dingin mulai bercucuran dari dahinya. Suhu di sini begitu dingin. Namun, di dalam tubuh Chelsea terasa panas membara.
Di depannya, Erica dengan Richad tersenyum mengejek pada Chelsea. Menyeringai menyerupai iblis yang siap menyerang mangsanya. Seharusnya Chelsea tahu jika gudang itu tidak pernah lepas dari pengawasan Erica. Ia sudah pasrah kalau kedua orang itu akan membunuhnya saat ini juga.
Alih-alih menyerang Chelsea, Erica malah maju dengan santai ke arah gadis itu. Ia berhenti saat jaraknya hingga tinggal satu langkah dengan Chelsea. Menatap Chelsea dengan menelisik. Tidak menduga kalau anak ini akan ikut campur ke dalam urusan ini.
"Apa yang kaulakukan di sini, heh?" tanya Erica dingin.
Chelsea tergagap, "A-ku? Ten-tu sa-ja seko-lah."
Erica mengangkat salah satu alisnya, "Oya? Tapi, ini masih terlalu gelap untuk sekolah." Erica tersenyum mengejek, "Lebih baik kau tidak usah ikut campur!"
Chelsea bungkam. Tidak berniat mengeluarkan sepatah katapun. Kepala sekolahnya ini penuh misteri. Erica memperdekat jaraknya dengan Chelsea membuat gadis itu berjengit. Ia bisa melihat bola mata Erica yang memancarkan aura hitam. Lalu, gadis itu tidak dapat melepas pandangan dari bola mata Erica. Ia terhipnotis oleh mata itu.
"Baiklah, sekarang kau harus melalukan apa yang aku perintahkan!"
Chelsea mengangguk begitu saja. Erica telah berhasil menghipnotis gadis itu. Ia melirik Richad yang masih berdiri di tempatnya. "Sepertinya bocah ini akan berguna untuk membantu kita," wanita itu terkekeh.
====
Segini dulu gak papa ya? wkwkwk Sengaja gue apdetnya dikit-dikit biar greget :3
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistery In School
HorrorAku tak mengerti mengapa bibi memindahkanku dari sekolah lama ke sekolah ini. Sekolah yang berhasil membuatku merinding dan percaya dengan hal-hal mistis yang dibicarakan teman-teman baruku. Padahal aku adalah orang yang selalu berfikir logis dan ti...