MIS | 7
^^^^^
"Kau adalah orang yang terpilih, Farryn! Kau adalah orang yang bisa menyelamatkan Elsa dari cengkraman wanita itu."
Kata-kata Valeri terus terngiang-ngiang di telinga Farryn. Bagimana bisa ia terpilih menjadi orang yang bisa menyelamatkan Elsa? Valeri tidak memberikan keterangan lebih jauh tentang Elsa. Valeri hanya mengatakan kalau Elsa adalah salah satu murid di sini. Elsa menghilang sejak setahun yang lalu. Tidak ada seorangpun yang tahu keberadaan Elsa.
Kepalanya semakin berat. Farryn memijit pelipisnya yang berdenyut. Saat ini gadis itu sedang berada di perpustakaan sekolah. Ia sengaja berdiam di sini. Membolos pelajaran Fisika hanya untuk mendinginkan pikirannya. Perpustakaan adalah tempat favorite Farryn, suasananya yang tenang bisa membuat Farryn nyaman.
Seseorang menarik kursi di sebelah Farryn kemudian mendudukinya. "Kau tak boleh berfikir terlalu keras," ucap orang itu memecah keheningan.
Farryn menundukan kepala menatap kedua tangannya yang bertaut. "Kau sudah mendengarnya dari Valeri?" tanya Farryn.
Alex mengangguk. "Kau terlihat kacau."
Farryn mendongak menatap Alex tanpa minat. Siapa yang tidak kacau jika memiliki beban seberat ini?
"Wajahmu sangat pucat," ucap Alex terdengar khawatir.
Benarkah pria itu mengkhawatirkan Farryn?
Alex cepat-cepat mengubah ekspresi gusarnya menjadi datar kembali. Ia merasa bodoh sudah memperlihatkan keperduliannya pada gadis itu.
"Aku hanya sedikit pusing," lirih Farryn kembali menunduk.
"Aku bisa mengambilkanmu obat kalau kau mau," tawar Alex.
"Tidak perlu, aku tidak terbiasa meminum obat hanya karena sakit kepala, mungkin aku butuh sedikit istirahat. Aku akan tidur sebentar di sini."
"Kau yakin?" Alex terlihat tak setuju.
"Mungkin aku akan membolos sampai jam terakhir," ucap Farryn. Sekolah akan bubar sekitar 2 jam lagi.
"Aku akan menemanimu kalau begitu."
Farryn menatap Alex tak setuju. Bagaimana bisa ia tidur jika ada seorang pria di dekatnya? Yang ada Farryn akan merasa was-was.
"Aku tidak akan berbuat macam-macam, kau tak usah khawatir," gumam Alex bisa menebak isi otak Farryn.
"Tapi-- sungguh kau tak perlu melakukannya," Farryn terlihat gusar.
"Aku akan jauh-jauh darimu, aku akan duduk di pojok sana." Alex menunjuk kursi yang terletak di sudut ruangan ini. "kau tenang saja."
Farryn mendengus. Ia tak memprotes. Sudah terlalu lelah, hawa dingin membuatnya mengantuk. Alex berdiri dari duduknya kemudian pindah ke sudut sana--seperti apa katanya.
Farryn sudah menenggelamkan wajahnya dalam lipatan tangan. Rasa ngantuk menyerangnya begitu hebat. Seperti ada dorongan yang membuat Farryn akhirnya memejamkan mata.
====
"Kau harus melenyapkannya!"
Seorang wanita setengah baya berdiri memunggungi pria bertopeng. Pria itu memakai jubah hitam. Wajahnya yang tertutup topeng membuat auranya terasa mistis. Ia berdiri di antara kegelapan yang gulita, hanya dengan cahaya bulan purnama sosoknya terlihat seperti bayangan hitam.
"Aku akan melenyapkannya tapi dengan satu syarat." Suara serak sengan nada dingin itu milik pria bertopeng.
Wanita yang tadi memunggunginya kini memutar balik tubuhnya. Ia menjadi berhadapan dengan pria bertopeng. Berjalan mendekat ke arah pria itu.
"Apapun itu akan kulakukan," ucapnya yakin.
"Kau tidak boleh ingkar janji, dan setelah ini kau tidak bisa mundur." Pria itu menyeringai di balik topengnya.
"Aku tidak akan mundur. Jadi, beritahu aku apa syaratnya!"
Pria itu kemudian memajukan tubuhnya lebih mendekat pada wanita itu. Jarak keduanya sangat dekat. Pria itu membisikan sesuatu di telinga sang wanita.
Entah apa yang dikatakan pria itu. Saat itu juga tubuh sang wanita berubah kaku. Jantungnya berdebar keras. Tapi ia sudah terlanjur terikat janji, dan tidak bisa mundur.
"Kau mengerti?" Pria itu menjauhkan tubuhnya dari sang wanita.
Sang wanita mengangguk kaku. Bagaimanapun juga ini resikonya. Ia siap menanggung semuannya, asal dendamnya terbalaskan.
====
Farryn bermimpi lagi. Sama seperti sebelumnya, di mimpi itu ia melihat Miss Erica dan pria bertopeng. Mimpi itu terasa nyata, seolah ia memang ditakdirkan untuk menjadi saksi peristiwa itu. Tapi, satu hal yang tidak Farryn ketahui. Apa yang dibisikkan pria bertopeng pada sang wanita. Ia tidak dapat mendengarnya.
Alex yang melihat Farryn terbangun segera menghampirinya. Ia duduk di depan gadis itu dan menatapnya intens.
"Apa yang terjadi?" tanya Alex.
"Aku bermimpi lagi," guman Farryn.
Kening Alex melipat, "Mimpi apa yang kau maksud?"
Farryn memang belum memberitahukan perihal mimpi yang dialaminya saat di rumah Alex pada siapapun.
Ia menggeleng pelan, belum siap untuk memceritakan mimpinya. Ia merasa kalau mimpi itu adalah rangkai kejadian nyata. Mimpi itu adalah sebuah petunjuk.
Alex tersenyum mengerti. Mungkin Farryn belum siap untuk terbuka dengannya.
Farryn melihat senyum itu terukir di wajah tampan Alex. Ia merasakan dadanya berdesir, ada perasaan aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Seperti ada ribuan kupu-kupu menggelitik dalam perutnya.
====
Keesokan harinya....
Farryn melihat sebuah amplop di mejanya. Ia menanyakan siapa yang menyimpan amplop ini pada teman-teman sekelasnya, tapi mereka semua berkata tidak tahu. Ia jadi bingung sendiri.
Gadis itu mendaratkan bokongnya di kursi kemudian membuka amplop itu. Isinya sebuah surat. Yang di tulis dengan tinta berwarna merah darah.
Aku menunggumu, Farryn.
Hanya sebaris kalimat itu. Membuat Farryn mengernyitkan kening. Tidak ada nama pengirimnya di sana. Tapi Farryn tahu ini adalah sebuah petunjuk. Ia akan mengumpulkan petunjuk-petunjuk ini. Ia akan menyusunnya hingga misteri ini terpecahkan.
Kelas mendadak hening saat Miss Erica masuk. Mereka segera duduk di tempatnya masing-masing. Sejak kedatang Erica aura kelas ini berubah mistis. Erica mengkhususkan perhatiannya pada Farryn. Erica menatap Farryn dengan pandangan tak terbaca.
Farryn merasa akan terjadi sesuatu yang buruk menimpanya.
"Farryn Lusiana, bisakah kau ikut ke ruanganku?" Erica bertanya seolah itu bukan pertanyaan. Melainkan pernyataan untuk Farryn.
Farryn menggangguk pelan, "Baik, Miss."
====
TBC
Oke guys, sudah sampai sini, adakah yang penasaran? hihihi Siapa itu Elsa? lalu apa yang di bisikkan pria bertopeng sama Erica? silahkan menebak-nebak :v
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistery In School
HorrorAku tak mengerti mengapa bibi memindahkanku dari sekolah lama ke sekolah ini. Sekolah yang berhasil membuatku merinding dan percaya dengan hal-hal mistis yang dibicarakan teman-teman baruku. Padahal aku adalah orang yang selalu berfikir logis dan ti...