MIS | 27

33.1K 2.3K 148
                                    

Hujan tiba-tiba saja turun begitu deras. Juga lengkingan petir yang memekakkan telinga. Farryn sampai berjengit saat melihat kilat menyambar-nyambar dari jendela. Hawa dengin semakin menusuk Farryn sampai ketulangnya. Ia mengeratkan selimut yang menggelung tubuhnya, tapi masih terasa menggigil.

Malam ini tidak ada yang menjaganya. Jika malam-malam sebelumnya Alex setia menemani Farryn, maka malam ini tidak. Farryn sendiri, bibi Laura juga sepertinya tidak akan ke sini.

Farryn merasa haus, ia menggapai gelas di atas nakas, namun sebelum mencapai gelas itu, tiba-tiba keadaan menjadi gelap. Listriknya mati. Dan Farryn takut kegelapan. Tidak ada penerangan apapun selain kilatan petir yang memantul ke jendela.

Ia berharap ada seorang dokter atau perawat yang akan memberinya penerangan berupa; lilin atau senter. Tapi sepertinya hal itu tidak akan terjadi. Sebelum lampu padam, ia sempat melihat jam menunjukkan pukul setengah satu pagi. Barangkali mereka sedang beristirahat.

Farryn mencoba untuk tenang, menetralkan jantungnya yang berdetak liar. Namun usaha itu sia-sia saat melihat sesosok mahluk di depannya. Muncul dari kegelapan, yang terlihat hanya separuh wajahnya saja, karena sosok itu menunduk. Dan, detik selanjutnya sosok itu menegakkan wajahnya.

Sementara Farryn, gadis itu membeku di dalam posisinya yang setengah terbaring. Ia ingin berteriak tapi suaranya tertahan di tenggorokan. Ingin berlari tapi tidak dapat bergerak. Sel-sel tubuhnya seakan mati.

Sosok itu semakin mendekat, Farryn memejamkan matanya berharap ini hanya halusinasi. Tapi, setelah ia membuka matanya kembali, kini sosok itu benar-benar tepat berada di depannya. Ia mengenali sosok itu. Elsa.

"Kau harus mati," guman Elsa dengan gerakan mulutnya.

====

Alex sudah basah kuyup, tapi ia tidak juga menemukan kunci itu. Ia tidak membawa senter, dan hujan kali ini membuatnya kesulitan untuk mencari kunci tersebut. Alex melihat setitik cahaya di balik rerumputan tinggi itu, ia kemudian mengulurkan tangannya untuk mengambil benda tersebut. Great! Itu kuncinya.

Pria itu segera memasukkan kunci itu ke lubangnya. Dan, pintu terbuka. Hal pertama yang Alex lakukan adalah menyusuri lantai di gudang ini, mencari tanda-tanda keberadaan peti Elsa.

Setelah menemukan kejanggalan di lantai yang dipijaknya, Alex segera membongkar lantai tersebut dengan cangkul yang ia bawa. Tapi, tidak ada apapun di balik lantai ini. Alex mendengus kemudian ia mencari lagi.

Bugh!!

Alex terkesiap saat mendengar suara benda terjatuh barusan. Ia berjalan ke sumber suara, ternyata sebuah kotak hitam terjatuh dari atas lemari, ulah seekor kucing.

"Meoww."

Ada yang aneh dengan kucing itu, kucing itu seolah bukan kucing biasa. Bulunya berwarna putih bersih, matanya berwarna hijau, mengingatkan Alex akan Valeri. Ah, Alex bahkan tidak tahu Valeri selamat atau tidak.

Kucing itu kini berada tepat di kaki Alex. Ekornya yang panjang mengelus kaki Alex dengan lembut. Kucing ini aneh, Alex curiga kalau ini kucing jadi-jadian. Setelah puas mengelus kaki Alex, kucing itu menjauhi. Tetapi sebelum menjauh, ia menatap Alex terlebih dahulu. Seakan mengatakan 'kau harus mengikutiku'. Alex pun mengikutinya karena penasaran.

Kucing itu membawa Alex ke sebuah ruangan, Alex tidak bisa melihat dengan jelas ruangan ini karena keadaan sangat gelap.

"Meoww." Kucing itu meracau membari mengetuk-ngetukkan ekornya pada lantai yang dipijak. Matanya seakan berbicara kalau 'di sini tempatnya'.

Alex menurut, kemudian mengarahkan paculnya pada lantai itu dan mulai membongkarnya. Kini terlihat sebuah peti di balik lantai tersebut. Alex tertegun sejenak. Di dalam peti itu terdapat jasad Elsa, gadis yang dulu pernah dicintainya. Pelan-pelan ia membuka penutup peti tersebut. Alex mematung, aliran darahnya seakan berhenti saat itu juga.

Alex terlambat, Elsa telah kembali. Gadis itu kini menatapnya sambil menyeringai penuh kemenangan. Itu berarti, sesuatu telah terjadi dengan Farryn.

====

"Arghhhhhhh." Elsa memekik saat merasakan panas yang menjalar di seluruh tubuhnya. Harusnya ia menjadi manusia kembali karena telah berhasil menguasai jiwa Farryn. Tapi, sepertinya ia salah, jiwa Farryn menolak hidup di jasadnya

"Alex, tolong aku," lirih Elsa memohon karena sedari tadi Alex hanya menontonnya.

Alex sebenarnya merasa iba pada Elsa, tapi saat ini ia tidak bisa berpikir jernih. Pikirannya terlalu kalut pada Farryn. Kalau saja ia tidak terlambat, mungkin semuanya telah selesai.

"Bakar saja aku, Alex!" Elsa memohon.

Alex bergeming, ia menghampiri Elsa yang sedang kesakitan di kursinya. Ia menyentuh lengan Elsa dengan lembut. Tetapi, Elsa malah semakin berteriak. Seakan sentuhan Alex tadi semakin membuatnya menderita.

"Elsa," panggil Alex pelan.

"Aku menyerah, Alex. Bakar aku!"

Alex tidak tega, sungguh! Bagaimanapun juga gadis itu pernah dicintainya. Kalau ia membakar Elsa ada dua kemungkinan yang terjadi; Jiwa Farryn akan selamat atau ikut mati bersama Elsa.

Alex melihat mata Elsa yang mulai menggelap. Elsa terus saja menyuruh Alex untuk membakarnya. Lagipula Alex kasihan melihat Elsa semakin menderita. Mungkin, kalau ia membakarnya, Elsa tidak akan kesakitan lagi. Mungkin Elsa akan tenang di alamnya tanpa menganggu hidupnya lagi.

Setelah berdebat dengan pikirannya, Alex mengguyurkan sebotol minyak tanah ke seluruh tubuh gadis itu. Sudah pasrah, Elsa tinggal menikmati detik-detik terakhir kematiannya. Ia sudah merelakan Alex untuk Farryn.

Lalu, berikutnya Alex menyalakan korek api dan melemparkannya pada Elsa. Sejurus kemudian api itu langsung melahap tubuh Elsa. Alex tidak kuat, ia segera melesat dari gudang tersebut. Saat ini pikiran utamanya tertuju pada Farryn.

Apa yang terjadi dengan Farryn setelah ini? Apakah jiwanya kan kembali? Atau mati bersama Elsa?

===

Yeayy!
Gue update sangat cepat pemirsa :v Tiba-tiba saja gue jadi semangat buat namatin cerita ini!

Bagian selanjutnya mungkin ending.Hehe

Mistery In SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang