Alex memandangi Farryn yang masih memejamkan mata. Setelah berdiskusi dengan Valeri tadi, ia akan menceritakan penyebab hilangnya Elsa pada Farryn. Alex ingin cepat-cepat menemukan Elsa. Ia tidak mau Farryn terus-terusan menjadi pelampiasan iblis itu.
Elsa, gadis itu menghilang setahun yang lalu. Alex sudah berusaha mencarinya sampai frustrasi tapi gadis itu tidak ditemukan. Entah gadis itu masih hidup atau tidak Alex tidak tahu. Gadis yang dulunya sangat ia cintai. Ia merasa terpukul karena telah gagal menjadi pelindung gadisnya.
Gadis yang sedang terbaring itu mengerjapkan matanya, mencoba beradaptasi dengan cahaya di ruangan ini. Ia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya kemudian matanya terpaku pada sosok yang sedang menatapnya intens. Iris mata kecoklatan yang seakan menghipnotis Farryn untuk tenggelam lebih dalam.
Alex berdeham pelan menyadarkan Farryn dari keterpakuaannya. "Aku tak tahu apa yang kau alami, tapi saat ini kau berada dalam situasi tidak aman," ucapnya datar.
Farryn menyipitkan mata, tidak mengerti dengan apa yang Alex ucapkan. Farryn memutar otaknya mengingat apa yang terjadi sampai membuatnya terbaring di ruangan ini. Ia ingat, pria bertopeng itu, lalu setelah itu seperti ada yang mengendalikan tubuhnya. Apa itu yang dinamakan kerasukan?
Keningnya mengernyit semakin dalam menyadari kalau ia hanya berdua dengan Alex di ruangan ini. Apa yang pria itu lakukan di sini? Menemaninya sampa sadar? Mengapa pria itu harus repot-repot menunggui Farryn?"Kau harus selalu berada dalam pengawasanku."
"Maksudmu?" tanya Farryn tidak mengerti.
"Kau akan mengerti setelah aku melanjutkan ceritaku." Alex mendekat ke ranjang Farryn. Ia menarik kursi yang tak jauh dari sana kemudian mendudukinya.
Alex mengembuskan napas panjang sebelum ia mulai bercerita.
====
Elsa baru saja pulang dari sekolah, ia memasuki rumahnya yang tampak sepi. Biasanya setelah ia menekan bell di dekat pintu ibunya akan membukakan pintu dan menyambutnya hangat. Namun kali ini tidak, ia menekan bell berkali-kali dan tidak ada jawaban.
Gadis itu memegang daun pintu kemudian mendorongnya perlahan, tidak terkuci. Pintu itu terbuka. Elsa memasuki rumahnya dengan heran, merasa ada yang janggal. Ia menelusuri rumah, mencari keberadaan ibunya.
Elsa mendengar suara wanita menangis di dalam kamar ibunya. Perasaan tidak enak langsung menyelinap. Mengapa ibunya menangis?
Perlahan gadis itu mendorong pintu kamar ibunya. Ia melihat punggung ibunya bergetar. dengan hati-hati ia mendekati wanita itu.
"Mom, apa yang terjadi?" tanya Elsa kemudian duduk di samping ibunya.
Natalia masih membelakang Elsa, ia terisak sehingga membuat bahunya berguncang. Elsa mengelus punggung Natalia dengan lembut kemudian berkata, "Kenapa kau menangis?"
Natalia menoleh menatap Elsa dengan sayu, matanya merah dengan sisa air mata yang membuat wajahnya kusut. Hanya Elsa yang ia punya, setelah dua tahun yang lalu Rafael meningalkannya karena kecelakaan.
"Aku baru tahu kalau Rafael pernah berselingkuh di belakangku," ucapnya sedih. Beberapa jam yang lalu ia mendapatkan sebuah CD, isinya adalah video Rafael dengan seorang wanita yang sedang bercinta dengan panas. Ia tidak menyangka kalau Rafael menghianatinya, meskipun keduanya menikah karena perjodohan tapi Rafael selalu berkata kalau ia mencintai Natalia.
Elsa sedikit terkejut mengetahui fakta itu, karena yang ia tahu ayahnya adalah sosok lelaki sejati yang selalu ia idolakan. Ia tidak menyangka ayahnya akan berbuat skandal seperti ini.
"Dan ini," Ibunya menunjukkan secarik kertas pada Elsa.
Terima kasih sudah mencintaiku, rafael.
Erica.
Elsa membaca tulisan di kertas itu dalam hati. Keningnya mengernyit. Siapa itu Erica? Apa dia wanita simpanan ayahnya?
"Kau kenal dengannya, Mom?" tanya Farryn.
Ibunya menggeleng, "Aku tak tahu," lirihnya.
"Sudahlah Mom, ini sudah berlalu, kau tidak usah bersedih." Elsa menarik tangan ibunya kemudian menggenggamnya lembut seolah sedang menyalurkan kekuatan pada wanita itu.
Pagi harinya Elsa menemukan ibunya melayang di udara dengan sebuah tali yang menyangga lehernya. Matanya terbelalak lebar dengan bibir sedikit terbuka. Wanita itu mengantung dirinya sendiri di kamar.
Elsa menjerit histeris melihat ibunya dalam keadaan seperti itu. Apa yang membuat ibunya memilih mengakhiri hidupnya sendiri? Penghiatan Rafaelkah? Elsa menangis pilu dan menatap nanar ibunya. Sekarang Elsa tidak punya siapa-siapa lagi. Kedua orang disayanginya pergi meninggalkannya.
====
Elsa menatap gumpalan tanah di hadapannya. Ia berjongkok dan mengusap batu nisan yang baru tertancap beberapa waktu lalu. Gadis itu tidak menangis, air matanya seolah tertahan untuk tidak keluar.
"Kenapa kau harus meninggalkanku juga, Mom?" tanyanya lirih.
Dadanya sesak seakan ada batu besar yang menghimpitnya. Satu persatu orang yang ia sayangi pergi, menginggalkannya seorang diri. Elsa tidak tahu hidupnya akan seperti apa setelah ini. Rasanya ia ingin menyusul kedua orang tuanya.
Titik air mulai berjatuhan dari langit. Alam seakan mendukung suasana hati Elsa yang sedang berkabut. Saat hujan mulai deras seseorang memayungi Elsa, melindungi gadis dari hujan. Kemudian ia ikut berjongkok di sebelah Elsa.
"Kau harus pulang," ucapnya membuat Elsa menoleh.
"Pulang? Aku tidak punya tempat untuk pulang." Elsa berkata lirih. "Mengapa semua orang meninggalkanku? mengapa aku harus mengalami semua ini?!" tanyanya sarkas. Matanya berkilat seolah ia udah muak dengan hidup ini. "Aku tidak punya siapa-siapa lagi, Alex."
"Masih ada aku, aku akan menjagamu, Elsa." Alex kemudian merengkuh tubuh Elsa.
====
TBC!
a.n
Yeay gue tau ini sangat pendek :3 tapi gpplah ya, yang penting update, gue pengen cepet2 cerita ini selesai soalnya :v wkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistery In School
TerrorAku tak mengerti mengapa bibi memindahkanku dari sekolah lama ke sekolah ini. Sekolah yang berhasil membuatku merinding dan percaya dengan hal-hal mistis yang dibicarakan teman-teman baruku. Padahal aku adalah orang yang selalu berfikir logis dan ti...