^^^^
Gadis itu berlari di tengah kegelapan yang menyelimuti. Sangat kencang sehingga napasnya memburu. Seseorang mengejarnya dari belakang. Hanya dengan cahaya bulan ia dapat melihat jalan di depannya meski sedikit remang-remang. Ia tak perduli dengan benda-benda yang ditabraknya, gadis itu terus berlari melewati koridor yang sepi.
"Berhenti, Kau!" Orang yang mengejarnya berteriak.
Namun, sang gadis tidak menurutinya, ia tidak akan begitu mudah menyerahkan diri pada orang itu. Bagaimanapun caranya ia harus selamat.
Masih dengan napas memburu ia menengok ke belakang. Orang yang mengejarnya belum terlihat. Di saat yang tepat ia melihat sebuah gudang di ujung sana. Kemudian gadis itu berlari memasuki gudang.
Gudang itu sangat kotor dan tidak terawat. Barang-barang yang di simpan di sana tertutup kain warna putih. Gadis itu menyandarkan tubuhnya di balik pintu, ia mengatur napasnya. Kemudian merogoh sesuatu dari saku piayamanya, sebuah korek api, kemudian ia menyalakan korek tersebut. Keadaan yang tadi gelap gulita menjadi sedikit terang. Namun, keadaan yang terang membuatnya dapat melihat sosok makhluk tepat di depannya. Wajah makhluk itu sangat hancur, banyak darah di sana. Tiba-tiba sosok itu menyeringai kejam membuat sang gadis reflek menjerit sekeras mungkin. Jeritan ketakutan sekaligus kesakitan! Jeritan yang dapat membuat pendengarnya pilu.
====
Farryn terbangun dari tidurnya dengan napas memburu, ia baru saja bermimpi buruk. Mimpi yang mengingatkannya dengan sebuah tempat. Ya, gudang itu. Gudang tua yang berada di ujung area sekolah.
Siapa gadis yang ada dalam mimpinya? ia tidak dapat melihat dengan jelas wajah gadis itu. Namun, ia dapat melihat wajah orang yang mengejar gadis itu. Farryn merasa tidak salah lagi kalau orang itu adalah Miss Erica-sang kepala sekolah.
Beberapa detik kemudian Farryn menyadari kalau ia tidak sedang berada di kamarnya. Kamar ini sangat asing, sudah jelas bukan kamarnya. Yang Farryn ingat terakhir kali ia berada di perpustakaan sekolah, mati lampu, bertemu dengan Alex dan setelah itu ia tak sadarkan diri. Farryn menganalisa kalau sekarang dirinya berada di rumah Alex.
Saat sedang bingung memikirkan yang terjadi, pintu kamar ini terbuka kemudian muncul seorang pria dari balik pintu. Tepat sekali, pria itu adalah Alex. Alex lantas berjalan mendekati Farryn.
"Kau baik-baik saja?" Alex mulai bertanya.
"Kenapa kau membawaku kemari? Kau kan sudah tahu rumahku, harusnya kau bawa aku ke rumah saja," serbu Farryn kesal.
Alex mengangkat satu alisnya, "Kau pikir ibumu akan berkata apa jika anak gadisnya pulang tak sadarkan diri dalam dekapan seorang pria? Aku tak mau dianggap sudah berbuat yang tidak-tidak padamu." Alex berkata tenang, tak ada emosi dalam nada bicaranya.
Benar. Meskipun Farryn merasa sedih karena Alex menyinggung soal ibunya tapi Farryn membenarkan juga. Bibinya pasti akan sangat khawatir kalau sampai itu terjadi.
"Baiklah, mungkin kau benar. Meski ibuku sudah tiada, tapi bibiku pasti akan khawatir," Farryn menampilkan ekspresi sedih. Ia selalu sedih kalau ada yang menyinggung tentang orangtuanya. "Omong-omong jam berapa sekarang?" tanya Farryn.
"Jam delapan malam," jawab Alex.
Hening. Tak ada percakapan lagi di antara mereka. Sampai akhirnya terdengar suara menginterupsi, "Kak Alex, makan malamnya sudah siap." Kemudian muncul seorang gadis dari balik pintu.
Keduanya menoleh ke sumber suara. "Valeri," ucap Cindai tak percaya. Gadis itu Valeri, mengapa ia berada di sini?
Valeri berjalan ke arah Farryn kemudian duduk di tepi ranjang sebelahan dengan Farryn. "Ya aku emang Valari, kau pasti bingung kenapa aku berada di sini," ucap Valeri.
"Valeri adikku." Alex memberitahu.
Farryn tidak menyangka kalau Valeri yang sering bertingkah laku aneh di sekolah adalah adik dari Alex, pria tampan pujaan banyak gadis? Bagimana bisa? Berbagai pertanyaan menari-nari di otak Farryn.
"Aku memang adiknya kak Alex, tak ada yang tahu hubungan kami di sekolah. Kami menyembunyikannya rapat-rapat, jadi aku harap jangan sampai kau membocorkan rahasia ini." Valeri menatap Farryn penuh peringatan.
====
Farryn merasa kalau sikap Valeri tidak seperti yang ia kira. Gadis itu menjadi lebih ramah sejak malam di mana Farryn mengingap di rumah Alex. Valeri bercerita kalau ia adalah indigo, ia punya kelebihan bisa berinteraksi dengan mahkluk gaib.
Farryn melihat Valeri sedang duduk di bangku yang terletak tepat di depan pohon tua. Tempat di mana Farryn pertama kali bertemu Valeri. Farryn kemudian menghampiri Valeri dan duduk di sampingnya.
"Kenapa kau senang sekali duduk sendirian di sini sambil menatap pohon itu?" tanya Farryn heran.
Valeri mengalihkan pandangannya dari pohon itu kemudian menatap Farryn lurus-lurus. "Kau ingin tahu jawabannya?" tanya Valeri sok misterius.
Farryn mengangguk semangat. Sejak pertamakali bertemu, Farryn sangat penasaran dengan Valeri. Penasaran apa yang membuatnya menangis saat itu.
"Karena separuh jiwaku berada di sana," kata Valeri sambil menunjuk pohon itu.
Kening Farryn melipat, "Maksudmu?" tanyanya heran.
"Kau pernah jatuh cinta?" Valeri menatap Farryn lurus-lurus ingin tahu apakah gadis seperti Farryn pernah merasakan yang namanya jatuh cinta.
Lipatan di kening Farryn semakin meningkat, "Aku belum pernah," gumam Farryn. "Memangnya kenapa?"
"Sayang sekali remaja seusiamu belum pernah jatuh Cinta," Valeri mendesah dramatis seakan itu adalah hal yang paling disayangkan. "Aku jatuh Cinta dengan penghuni pohon ini."
Farryn tersentak, kedua bola matanya melebar menatap Valeri tak percaya. Maksudnya Valeri jatuh cinta dengan hantu? Farryn bergidig ngeri membayangkan itu.
"Aku mencintainya, maka aku senang menyepi di sini," kata Valeri terkekeh. "Dia tertawa melihat wajah konyolmu itu."
"Dia siapa?" Farryn bertanya.
"Belahan jiwaku."
Farryn melirik sekelilingnya seperti mencari sesuatu.
"Kau tak akan bisa melihatnya, Farryn," Valeri tahu bahwa Farryn mencari sosok yang dimaksud 'Belahan Jiwa' olehnya. "Tapi suatu saat kau akan bisa melihatnya dan aku akan memperkenalkannya padamu." Valeri berkata misterius.
Farryn semakin tak mengerti. Apa maksud Valeri suatu saat Farryn bisa melihatnya? Hihh, membayangkannya saja Farryn tak sanggup.
"Farryn!!" suara itu menginterupsi Farryn. Ia menoleh ke belakang. Chelsea sedang berdiri di sana dengan tampang tak suka. Farryn tahu bahwa temannya itu tak menyukai Valeri, seperti yang lainnya.
"Lebih baik kau ke sana saja, aku tak mau jika temanmu menganggapmu gila karena bergaul denganku," ucap Valeri tanpa ekspresi.
"Kau tidak gila, seharusnya meraka tau itu." Farryn membantah.
"Sudahlah, kau bisa menemuiku lagi kalau kau mau."
Farryn memilih mengalah. Valeri adalah gadis keras kepala. Sudah cukup ia bisa dekat dengan Valeri, ia tak mau Valeri menjauh lagi. Karena Farryn yakin Valeri bisa membantunya memecahkan misteri ini.
====
A.N
Maaf pendek, btw bolehlah gue minta vomment nya ^_^ *ngarep*
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistery In School
HororAku tak mengerti mengapa bibi memindahkanku dari sekolah lama ke sekolah ini. Sekolah yang berhasil membuatku merinding dan percaya dengan hal-hal mistis yang dibicarakan teman-teman baruku. Padahal aku adalah orang yang selalu berfikir logis dan ti...