Aku merasa melayang, terombang ambing, tak tentu arah. Ketika perputaran itu telah berakhir, aku terbangun. Berada di hutan, tergeletak tanpa alas di tanah. Kemudian bangkit dan memperhatikan sekitar. Begitu sepi dan sunyi. Dingin, aku menggigil begitu sadar hanya memakai gaun tipis berwarna putih.
Aku di mana?
Pertanyaan itu terus berputar di kepalaku. Sampai aku merasa pusing karena tak mampu menemukan jalan keluar. Aku berjalan mengintari hutan ini. Merasa lelah karena hanya berputar-putar di sini, kemudian kempali ke tempat semula.
Hutan ini tidak ada ujungnya. Aku mulai takut tidak bisa pulang, lebih takut lagi saat melihat sosok hitam dari kejauhan. Berjalan ke arahku. Tubuhku bergetar, keringat dingin mulai bercucuran dari dahiku. Saat aku mencoba untuk tenang, sosok itu semakin dekat. Dan sepersekian detik berikutnya aku sukses menjadi patung. Tidak bisa melakukan apapun kecuali merasakan dentuman jantung yang berdetak liar.
Sosok itu kini tepat di depanku. Memangkas habis jarak di antara kami. Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena tertutup tudung, juga kurangnya cahaya di tempat ini. Tapi, aku bisa melihat bibir itu menyunggingkan sebuah senyuman. Dan,
Cup
Mataku terbelalak seketika kala merasakan bibir itu menempel pada bibirku. Terasa dingin dan beku. Tidak melakukan hal yang lebih jauh, hanya menempel sesat karena sedetik kemudian dia menarik wajahnya menjauh.
Aku terpaku, merasa marah sekaligus malu. Makhluk apa itu seenaknya mencuri ciuman pertamaku? Namun, saat pria itu menyibakkan tudungnya ke belakang, aku terkesiap.
"Farryn." Dia mengucapkan namaku dengan suara beratnya, tapi terdengar lembut. "Aku datang ke sini untuk menjemputmu," lanjutnya.
Aku mengerjap. Merasa terintimidasi oleh tatapan matanya. Sudah berapa lama aku tidak bertemu dengan pria ini? Pria yang menjadikkan jiwaku sebagai tumbal untuk gadisnya, Elsa. Lalu, untuk apa dia berkata begitu? Seolah akan menyelamatkanku dari cengkraman Elsa yang penuh ambisi.
"Alex, aku sudah tahu siapa Elsa. Aku tahu misimu dengan gadis itu. Tapi, kenapa harus aku yang menjadi korbannya?" tanyaku setengah berseru. Sekarang aku mengerti maksud dari teka-teki seorang gadis bernama Elsa.
"Maafkan aku," katanya lirih. Matanya terlihat sendu sambil menatapku lekat.
Aku ingin menangis saat itu juga, pria yang kuanggap sebagai pahlawan karena selalu datang di saat aku kesulitan itu ternyata tidak sepenuhnya baik. Dia punya niat terselubung di balik itu semua. Aku sangat menyesal karena tertarik oleh pesonanya.
Sepertinya Alex ingin berkata-kata lagi namun tidak jadi karena aku terlebih dahulu nenyuarakan isi kepalaku. "Kalau sekarang kau menjemputku untuk menyerahkanku pada Elsa, aku bersedia Alex," kataku dingin. Kulemparkan tatapan menusuk padanya.
"Tidak--maksudku tidak begitu, aku ke sini ingin menyelamatkanmu, Farryn."
Aku menatapnya tidak percaya. Dia pasti sedang mendustaiku, dia pasti ingin berlagak sok pahlwan lagi padaku, dan membuatku semakin jatuh padanya.
"Kau bicara apa, Alex?" Aku bertanya ingin memastikan.
"Aku ingin menjemputmu. Aku akan menyelamatkanmu dari Elsa. Karena, aku merasa kalau aku sedang melawan takdir. Aku sedang menentang kehendak tuhan jika terus melanjutkan semua ini. Elsa tidak seharusnya hidup kembali. Kau juga tidak seharusnya menjadi tumbal." Nadanya bicaranya sangat tenang, tapi sukses membuatku merinding.
Sebelum aku sempat berkata-kata dia segera menarik menarik lenganku. Tiba-tiba saja angin berembus sangat kecang membuat dedaunan berjatuhan dari tangkainnya. Tak jauh dari tempatku berdiri muncul sesosok gadis dari kegelapan. Berjalan ke arahku dan Alex. Wajah cantiknya terlihat menyeramkan. Matanya menyala seakan ingin membakarku saat ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistery In School
HorrorAku tak mengerti mengapa bibi memindahkanku dari sekolah lama ke sekolah ini. Sekolah yang berhasil membuatku merinding dan percaya dengan hal-hal mistis yang dibicarakan teman-teman baruku. Padahal aku adalah orang yang selalu berfikir logis dan ti...