^^^^
Farryn mendesah pelan saat Valeri memutuskan kembali ke kelas karena bell sudah berbunyi. Ia tidak mungkin mengikuti Valeri ke kelas dengan keadaan dirinya yang sekarang. Jadi, gadis itu memilih untuk tetap duduk di bangku ini dan menikmati sentuhan angin yang membelai lembut.
Ia termenung memikirkan apa yang dibilang Valeri, tentang jiwanya yang berada dalam dimensi lain. Juga tentang Elsa yang semakin sulit Farryn mengerti.
Angin yang tadi berembus tenang tiba-tiba menjadi sangat kencang. Menerbangkan benda-benda ringan yang ada di sekelilingnya. Angin itu berputar-putar kencang hingga menjadi terlihat nyata, kemudian berubah wujud menjadi seorang pria.
Farryn terlonjak menatap pria itu, pria jelmaan angin tadi. Dan seakan tersadar dari lamunannya Farryn bangkit. Ia merasa pernah melihat pria ini sebelumnya. Ah ya! Ia adalah pria yang tempo hari dikenalkan oleh Valeri.
"Farryn," ucapnya datar.
Farryn tertegun sejenak kemudian mendongak, kembali menatap pria itu. Yea, ia sangat tampan, pantas saja Valeri mencintainya.
"Apa yang terjadi dengamu?" tanyanya.
"Aku--entahlah, Valeri bilang jiwaku berada dalam dimensi lain." Farryn mengembuskan napas beratnya.
Arga mengangkat salah satu alisnya, "Aku tahu semua ini pasti akan terjadi," katanya.
"Maksudmu?" Farryn tidak mengerti.
"Ya, kau. Sebentar lagi kau akan bertemu dengan Elsa dan mengetahui alasan mengapa Elsa memilihmu."
"Sampai kapan aku akan menjadi seperti ini? Ah ya! Bibi Laura pasti sangat khawatir karena aku menghilang sejak semalam."
"Jasadmu masih ada di rumah, tepatnya di dalam kamarmu, kau masih terbaring di kasurmu."
Lagi-lagi Farryn memasang tampang tidak mengertinya, "Jadi? Apa yang sebenarnya terjadi padaku?"
"Saat ini kau adalah jiwa dari seorang Farryn. Jiwamu terpisah dari jasadmu. Itu yang membuatmu menjadi seperti ini, menjadi makhluk halus yang tak kasat mata."
Farryn membelalakkan matanya takjub. Bagaimana bisa? Semua ini terlalu mustahil. Kalau jiwa sudah berpisah dengan jasadnya berarti hidupnya sudah berakhir bukan? Dan Farryn tidak mau itu terjadi, ia masih ingin hidup.
"Apa aku bisa kembali lagi ke jasadku?" Farryn bertanya dengan cemas.
Arga mengangguk sebagai jawaban, kemudian ia berkata, "Tapi, setelah masalahmu dengan Elsa selesai."
====
"Alex!"
Alex menoleh saat sebuah suara menginterupsinya yang sedang berjalan. Ia memuatar balik tubuhnya, dapatinya Chelsea sedang berlari kecil ke arahnya.
"Apa kau melihat Farryn?" tanya gadis itu.
Kening Alex berkerut, "Bukankah kau teman sekelasnya?"
"Ya, tapi, hari ini dia tidak masuk dan tidak ada keterangan apapun. Kupikir kau tahu tentangnya, mengingat kau cukup dekat dengan Farryn."
Alex tertegun. Akhir-akhir ini ia memang sedikit dekat dengan gadis itu, mengingat kalau gadis itu adalah orang yang bisa menyelamatkan Elsa. Alex merindukan Elsa, dan hanya dengan gadis itu ia bisa membawa Elsa kembali ke dunia ini. Boleh katakan jika Alex memanfaatkan Farryn. Tapi hanya itu satu-satu caranya untuk menyelamatkan Elsa.
Chelsea berdeham pelan membangunkan Alex dari lamunannya. Pria itu terlihat sedikit gelagapan, tapi dengan cepat ia bisa mengatasinya. "Aku tidak tahu," ucapnya menjawab pertanyaan Chelsea tadi.
Chelsea terlihat sedang berpikir, rasa penasarannya terhadap Elsa menjadi naik karena niat Farryn yang ingin mencari Elsa. Mengingat Elsa adalah kekasih Alex mungkin pria itu bisa memberinya sedikit informasi.
"Apa kau tahu di mana Elsa?" tanya Chelsea to the point.
Alex menelan ludahnya, jantungnya seakan berhenti berdetak. Ia tidak menyangka jika gadis di depannya ini akan menanyakan soal ini. Kemudian ia memasang wajah sedatar mungkin untuk menutupi keterkejutannya, "Elsa? Dia sudah lama menghilang dan aku belum menemukannya," jawabnya.
Chelsea terdiam, jawaban Alex tidak memuaskannya, ia merasa kalau Alex sedang menyembunyikan sesuatu. Ingin bertanya tentang Elsa lagi tapi ia urungkan, melihat perubahan wajah Alex yang semakin dingin. Chelsea memutuskan untuk bertanya, "Apa kau tahu di mana rumah Farryn?"
"Ya," jawabnya pendek.
"Kalau begitu beri tahu aku alamatnya."
"Jalan cempaka, nomor 105."
"Oke, terima kasih, Alex!"
Alex mengangguk kecil kemudian melenggang meninggalkan Chelsea yang masih dalam posisinya.
Chelsea mendesah, ia belum berani menanyakan sesuatu yang lebih jauh tentang Elsa pada Alex. Meski rasa penasarannya semakin menjadi-jadi. Ia juga sedikit cemas dengan Farryn, ia merasa sesuatu telah terjadi pada gadis itu. Jadi, setelah jam pelajaran berakhir ia akan mengunjungi tempat tinggal Farryn.
====
"Apa yang terjadi dengan Farryn?" Alex bertanya pada Valeri.
"Kau sudah merasakan sesuatu?" Valeri malah balik bertanya membuat kening Alex melipat. Lalu, Valeri mengeluarkan sebuah cermin dari tasnya. Cermin itu berbentuk oval dengan bingkai berwarna perak juga ada pegangannya. Ia menunjukkan benda itu pada Alex.
"Perhatikan ini!" titahnya membuat Alex cepat-cepat menundukkan kepala menatap cermin itu.
Cermin yang tadi memperlihatkan pantulan wajahnya kini berubah menjadi putih dan kemudian menampilkan sebuah tayangan yang membuat Alex tertegun.
Ia melihat sosok Farryn dalam cermin itu. Farryn sedang berjalan lunglai menuju rumahnya. Dan ia melihat ada yang berbeda dari gadis itu, gadis itu terlihat transparan.
"Apa yang terjadi?" tanyannya kembali menatap Valeri meminta penjelasan.
"Gadis itu--jiwanya berada dalam dimensi lain, dimensi yang sama dengan Elsa, mungkin sebentar lagi ia akan bertemu dengan Elsa." Valeri menjelaskan.
Tatapan Alex berubah menjadi tak suka. "Tapi, apa gadis itu akan baik-baik saja? Apa jiwanya bisa kembali ke jasadnya?" tanyanya dengan nada cemas.
Valeri menyeringai. Ia merasa kalau Alex mulai mencemaskan Valeri. "Bukankah harusnya kau senang? Sebentar lagi Elsamu akan kembali."
Alex terdiam. Valeri benar seharusnya ia merasa senang karena dengan begitu Elsa akan cepat-cepat kembali. Tapi entah mengapa ia merasa tidak tega jika harus merelakan Farryn untuk Elsa.
====
TBC
Hah! Gue nekat nulis meskipun lagi UKK :v
Semoga kalian suka, dan makin penasaran pastinya! Hahaha
Btw gue boleh minta feedbacknya gak? Menurut kalian cerita ini gimana sih? Gak jelas atau seru atau gimana? Kasih alasannya ya guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistery In School
HorrorAku tak mengerti mengapa bibi memindahkanku dari sekolah lama ke sekolah ini. Sekolah yang berhasil membuatku merinding dan percaya dengan hal-hal mistis yang dibicarakan teman-teman baruku. Padahal aku adalah orang yang selalu berfikir logis dan ti...