Janhvi;
Setelah menerima kunci dari meja resepsionis, aku resmi menginap di otter hotel. Untuk ukuran hotel di Zurich, hotel Otter termasuk murah. Dan yang paling penting lokasinya tidak jauh dari stasiun, dengan begitu aku akan lebih mudah bepergian mengelilingi Swiss. Rasanya tidak sabar lagi bertemu dengan Jigar. Besok kami akan bertemu di Bern, kuharap dia tidak lupa.
Aku menarik koperku kemudian meletakkannya begitu saja di dekat pintu. Aku berjalan ke arah tempat tidur, mengempaskan seluruh tubuhku di atasnya. Rasa jetlag yang kualami belum juga usai, mungkin aku bisa menguranginya dengam berbaring sembari merentangkan tangan di atas tempat tidur bersprei merah mudah tersebut.
Kamarku berada di lantai tiga dan terlalu besar untukku seorang. Tidak ada balkon, namun dari jendela yang berukuran sedang tersebut aku bisa melihat kota tua Zurich yang menakjubkan.
Aku melirik jam dinding, masih pukul sebelas siang waktu setempat. Aku buru-buru mandi dan menenangkan diri beberapa jam sebelum melalangbuana ke tempat-tempat terdekat. Sendiri.
Rasanya tidak percaya jika aku benar-benar sendiri di kota asing ini, padahal aku pergi bersama Jigar dari India. Kuharap tidak ada orang yang mabuk ketika aku berjalan-jalan nanti. Setidaknya sampai aku benar-benar bertemu dengan Jigar besok.
"Jigar, tum kahan jaa raha ho?" (Jigar, kau pergi kemana?)
Di hotel mana dia menginap? Apa senyaman hotelku ini? Kuharap restauran hotelnya punya menu masakan India. Jika tidak, kuharap Jigar mau makan masakan asing yang kerap dihindarinya.
"Mengapa kita harus makan masakan negara lain jika negara kita punya masakan yang sangat lezat? Kau ini tidak nasionalis!"
Kalimat itu menggema begitu saja dalam pikiranku. Membuat segaris senyum tercipta di wajahku.
"Jigar, I miss you so bad!"
***
Jigar;
Aku sudah melakukan survey beberapa hotel di Zurich tapi tidak menemukan yang lebih murah dari hotel ini. Aku yakin memilih hotel yang terletak di Oberdorfstrasse 7, Zurich 8001, Switzerland. Dekat dengan stasiun dan menyenangkan sekali melihat kota tua dari lantai empat hotel ini.
Aku merentangkan tangan sambil menghirup udara lama di bingkai jendela. "Aah, bohot maza aayega!" (akan menyenangkan sekali!)
Aku mengamati ruanganku yang kecil dengan tempat tidur sedang. Yang menyebalkan adalah, sprei tempat tidurku berwarna pink. Terlalu feminim untuk pria tampan sepertiku. Aku jadi malas menidurinya. Apa sebaiknya aku tidur saja di... lantai? Ah, kenapa aku harus menderita di masa liburanku? Baiklah, tidak peduli warna sepreinya, yang penting aku bisa tidur dengan nyenyak.
By the way, bagaimana Janhvi sekarang? Apa dia sudah mendapatkan hotel? Di mana? Ck! Aku jadi merindukannya. Ide konyolnya ini benae-benar menyebalkan. Mengapa kami harus berpura-pura menjadi orang asing jika kami memang saling mencintai?
"Damn you, DDLJ!" umpatku.
Aku jadi kesal dengan film itu. Yang dengan mudahnya mempengaruhi cara berpikir Janhvi untuk menikmati liburan. Ah, Aditya Chopra, bagaimana kau bisa melakukan hal itu dengan mudah? Menyihir wanita (mungkin) di seluruh dunia dengan satu karya saja? Menyebalkan sekali!
Aku beralih ke sofa, banyak majalah dan brosur tergeletak begitu saja di atas meja bundar. Aku memilah mana yang lebih menarik untuk di baca. Dan pilihanku jatuh pada brosur yang bertuliskan 'Otter Hotel' pada sampulnya. Kubaca dengan saksama, dan menemukan sesuatu yang membuat kekesalanku bertambah. Hotel tersebut menyajikan masakan dari berbagai negara tapi mengata hanya masakan India yang tidak tertera? Apa mereka tidak tahu negara tercintaku yang sudah mendunia sejak Mahatma Gandhi masih bisa tersenyum dan melawan para penjajah inggris? Kurasa mereka harus lebih banyak membaca buku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANAM RE
Romance(SWEETHEART) Tadinya, sepasang kekasih Jigar dan Janhvi ingin mereka ulang adegan romantis DDLJ di swiss. Mereka datang bersama lalu memisahkan diri. Mereka berjanji untuk bertemu sebagai orang asing. Berhasilkah keduanya bertemu sebagai orang asing...