Late for Sorry, Now

366 27 17
                                        

Jigar;

Namanya Vishal Prasad. Dia tinggal di Swiss dalam waktu yang cukup lama dan baru kembali ke India keperluan bisnis. Tidak begitu jelas bisnis apa yang ingin ia bangun, tapi kemarin ia baru saja membeli sebuah gedung dua lantai di daerah Bandra barat. Ada Janhvi juga bersamanya.

Informasi itu kudengar dari Sooraj, seseorang yang sangat kuandalkan untuk mendapatkan lebih detail informasi. Terbukti dengan kinerjanya selama ini dan juga soal pria itu. Dalam semalam saja Sooraj bisa mengumpulkan informasi tentang pria yang mencoba mengalihkan Simran-ku.

Dan kedekatan antara Janhvi dan Vishal, aku tidak begitu paham. Mungkin kau bisa mengetahuinya sebentar lagi, Jigar.

"Vishal Prasad," aku mengulangi nama itu. Agar aku ingat dengan benar siapa yang sedang berusaha mengambil Janhvi dari tanganku.

Kalimat Sooraj yang terakhir terdengar sangat ambigu bagi Jigar. Apakah sesuatu yang akan segera ia ketahui adalah sesuatu yang baik atau sesuatu yang tidak diinginkannya selama ini?

"Sial!" Aku melempar asbak di sebelahku begitu saja. Abu dari puluhan rokok malam ini menghambur di depan wajahku yang telah memanas sejak kuketahui Janhvi sering menghabiskan waktu selama pria itu di Mumbai.

Aku tidak boleh terlambat, pikirku. Aku harus meminta kesempatan kedua pada Janhvi, secepat yang aku bisa. Sebelum semuanya berakhir seperti mimpi buruk yang membuatku enggan tidur meski hanya sedetik.

Aku buru-buru bangkit, berjalan ke arah wastafel kemudian membasuh seluruh wajahku. Kemudian aku melumuri seluruh rambut di wajahku dengan foam pembersih dan mencukurnya habis.

Aku tidak boleh terlambat.

Kalimat itu terus menggaung di dalam hatiku. Seakan-akan menjadi alarm untuk diriku untuk segera menutaskan segala penderitaan ini.

Meski hari sudah gelap, aku tidak peduli. Aku tidak ingin membuang banyak waktu dimana seluruh kemungkinan buruk terus menakutiku.

Aku melajukan mobilku ke apartemen Janhvi layaknya seorang pembalap yang sedang mempertontonkan kemampuannya. Sebelum keluar dari mobil, aku mengambil napas dalam, untuk menetralkan sesuatu di dalam dadaku, aku ingin semuanya baik-baik saja dan itu harus kumulai malam ini juga. Sudah cukup waktu yang kuberikan pada Janhvi selama ini. Mungkin ia pun menungguku, kuharap memang akulah orangnya. Bukan orang lain ataupun pria yang mencoba merebut posisiku sebagai Raj.

Baru saja aku ingin membuka pintu mobil, aku melihat pemandangan yang paling kubenci lewat spion.

"Janhvi?" Aku mengurunkan niatku.

Kuperhatikan lagi Janhvi dengan pria bernama Vishal itu secara cermat, barangkali aku salah melihat. Namun aku memang tidak salah. Yang baru saja keluar dari mobil yang tak lama parkir di belakang mobilku.

Aku mengepal kedua tanganku, memejam kuat demi meredam emosi yang terus menumpuk dan mengapa ini harus terjadi lagi?

Aku terdiam sesaat, memikirkan cara untuk tidak terlihat namun aku bisa mendengar apa yang sedang mereka bicarakan hingga Janhvi betah berada dan duduk di kap mobil bersama pria itu.

Aku pindah dari belakang kemudi ke jok di sebelahku, membuka pintu mobil dengan sangat-sangat pelan lalu turun dengan posisi seperti orang membungkuk. Sebisa mungkin aku berusaha untuk tidak ketahuan.

"Tapi mengapa? Mengapa kau tidak siap? Kau sudah berjanji padaku, bukan?"

Aku berjengit. Apa yang sedang mereka bicarakan?

***

Janhvi;

"Kau curang Vishal. Kau bilang kau ingin mempertemukanku dengan gadismu tapi sampai sebegini malam kau juga tidak menunjukkan fotonya padaku. Kau malah mengantarku pulang." Aku mengerucutkan bibirku, agar Vishal benar-benar yakin bahwa aku sangat kecewa padanya.

SANAM RETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang