Janhvi;
Kota tua Bern sudah selesai kukelilingi, tetapi hasil yang kudapat masih nihil. Aku merapatkan mantelku ketika menelan pil pahit kegagalanku hari ini. Jigar, harus kemana aku mencarimu? Bukankah kita berjanji untuk bertemu di Stasiun? Kau tidak ada di Stasiun, lalu kemana aku harus mencarimu? Kota tua ini bahkan yang lebih dekat dengan stasiun, lalu kau pergi kemana? Atau kau masih di Zurich? Yang benar saja, Jigar! Awas saja kalau kau memang masih berada di Zurich sementara aku hampir mati menahan ketakutan karena tak bisa bertemu denganmu.
"Janhvi, ini," aku menoleh. Vishal memberiku sebotol air mineral yang baru saja ia beli dari mini market terdekat. "Kau yakin tidak ingin ke tempat lain? Hari masih panjang," ujarnya ketika aku baru akan meneguk air mineral pemberiannya.
"Apa kau tidak sibuk?" Aku khawatir pencarian ini merepotkannya. Dan aku lebih takut lagi jika harus berkeliling Bern sendirian.
Aku malu harus mengakuinya, namun aku mulai bergantung dengan Vishal. Aku tidak mungkin bepergian sendirian. Aku tidak mengenal Bern. Sebelumnya aku sangat percaya diri bisa bepergian, namun itu sebelum aku kehilangan Jigar. Dan sekarang, ketakutan itu mendadak muncul. Setidaknya aku punya teman sebelum bertemu dengan Jigar. Semuanya akan baik-baik saja jika aku bersama Jigar nanti. Ketakutanku di negara asing ini pasti akan hilang dengan sendirinya. Hanya jika aku bersama Jigar.
"Besok minggu, jadi aku bisa menemaniku mencari kekasihmu. Apa kau keberatan?"Sesungguhnya aku agak malu mendengarnya. "Maafkan aku yang merepotkanmu. Aku berjanji, setelah bertemu dengan Jigar nanti, aku tidak akan merepotkanmu seperti sekarang."
"Hei, mau sampai kapan kau meminta maaf karena sudah membuatku repot? Tidak, aku tidak repot sebenarnya. Aku malah senang karena punya teman jalan-jalan."
Aku diam. Tidak punya kalimat untuk menyanggah kesediannya itu.
"Sanen."
Vishal menyebutkan satu nama yang familiar, namun aku lupa. Tempat apa itu? Sehingga keningku refleks mengerut ke arahnya.
"Sanen adalah tempat yang pernah disinggahi Raj dan Simran. Aku baru ingat. Apa kita langsung ke sana?"
Aku agak skeptis. Benarkah Jigar akan ada di sana? Apa Jigar juga ingat kalau Raj dan Simran pernah ke sana?
"Bagaimana? Masih ada waktu menuju Sanen dengan kereta." Vishal melirik jam tangannya dan mulai menerawang, memperkirakan perjalanan yang akan kami tempuh ke Sanen dari Bern. "Tidak jauh, tidak sampai 30 menit."
"Kau yakin Jigar akan ke sana?"
"Setidaknya kita sudah berusaha,"
Aku menemukan semangat di dalam diri Vishal. Mengapa Vishal yang orang asing saja begitu semangat pergi ke tempat-tempat yang mungkin di datangi Jigar untuk menemukanku? Sementara aku?
Aku menghela napas berat. Kutegakkan punggungku seraya berkata lantang, "chaliye!"
"Chalo!"
***
Jigar;
"Tadinya kupikir kau penumpang kereta sepertiku." Aku masih belum percaya aku duduk di sebuah mobil yang biasanya hanya bisa kulihat di layar kaca. Ah tidak, aku juga pernah melihatnya di parkiran studio Mehboob. Milik seorang artis paling kaya se-India Raya yang namanya tak bisa kusebutkan.
"Tidak. Aku ke stasiun Zurich untuk memastikan mantan kekasihku itu belum pergi ke Bern. Ternyata aku terlambat."
"Jadi kau mengejarnya sampai ke Bern?"
Gadis batu itu mengangguk, "thank you so much, karena kau tidak membeberkan seperti apa kekasihku yang sebenarnya. Ah, maksudku mantan kekasihku. Aku hampir mati ketakutan waktu kau sangat marah tadi. Aku takut kau akan mengatakannya."

KAMU SEDANG MEMBACA
SANAM RE
Romance(SWEETHEART) Tadinya, sepasang kekasih Jigar dan Janhvi ingin mereka ulang adegan romantis DDLJ di swiss. Mereka datang bersama lalu memisahkan diri. Mereka berjanji untuk bertemu sebagai orang asing. Berhasilkah keduanya bertemu sebagai orang asing...