Janhvi;
"One two three!"
Aku tersentak. Koreografer memberi komando dan aku masih mematung di tempatku.
"Janhvi, jangan melamun." Peringat Sarah.
"Oke mam,"
Aku bersiap. Berdiri tegak dan menatap cermin besar di hadapanku. Dari bayangan benda raksasa tersebut aku bisa melihat Jigar di sebelahku, tanpa melirikku dan gadis itu yang sedang melakukan beberapa gerakan menari.
Syuting belum benar-benar dimulai, namun kami bertiga harus melakukan reherseal untuk satu lagu dimana kami bertiga menari bersama. Di naskah, lagu ini menjadi klimaks antara hubunganku, Jigar dan Shimmer.
Omong-omong soal naskah, aku masih belum mengerti bagaimana cara Jigar membuat Yash merombak habis kisah cinta di dalam film. Aku tidak mengerti, seorang Yash Mathur yang karyanya mendunia bisa berbalik arah hanya karena Jigar? Mencengangkan. Dan yang paling membuatku benci sekali naskah tersebut adalah, pemeran utama tidak punya nama peran. Kami harus bermain dengan nama kami yang sebenarnya. Jika ada yang berubah, itu hanya nama belakang saja. Menyebalkan, kan?
Aku benci sekali jika harus memanggil nama gadis itu nanti.
"Itu namanya tuntutan peran, Janhvi." Bahkan Vishal tidak mendukungku.
Aku mencebik, lantas bertopang dagu di meja kerjanya. "Aku ingin keluar dari film itu." Kataku lesu. "Aku tidak ingin bertemu dengan Jigar apalagi gadis itu." Aku terus saja mengeluh pada Vishal, seakan-akan dia bisa mengeluarkanku dari film atau mengeluarkan Jigar dan gadis itu semudah membalikkan telapak tangan.
"Kau sudah tanda tangan kontrak, Janhvi."
"Itulah yang kusesalkan."
"Lagipula, ini produksi Yash Mathur. Kau beruntung. Dimana banyak aktor ingin bekerja sama dengannya. Dia sekelas Yash Chopra dan Karan Johar."
Aku melirik Vishal kesal, mengapa dia harus menjadikan kelas sebagai tameng. Mengesalkan! Aku memang ingin bergabung karena hal itu tapi sebelum aku mengetahui kalau gadis perusak hubunganku dengan Jigar adalah putrinya. Kalau aku tahu dari awal mungkin aku akan menolaknya mentah-mentah.
"Rileks, Janhvi. Semuanya akan baik-baik saja."
Aku melenguh. Ucapan Vishal sama sekali tak membuat perubahan apapun padaku. Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling, melihat lalu lalang pembeli dari ruang kerja Vishal.
"Boleh aku bekerja di sini saja? Aku ingin pensiun dari Double J." Kataku tak yakin.
Vishal tidak menjawab. Hanya kerutan di dahi yang dapat menjelaskan betapa aku sangat konyol hari ini.
"Aku lelah dengan semua ini." Lanjutku. "Bertemu dengan Jigar, gadis itu, baru beberapa minggu saja aku sudah jenuh. Aku ingin sepertimu yang setiap hari bertemu dengan orang baru."
Kerutan di dahi Vishal semakin banyak saja.
"Vishal, boleh kah aku menjadi pegawaimu?"
Sekarang kedua matanya melebar. Dan semakin melebar saat aku menyatukan kedua tanganku di hadapannya.
"Janhvi,"
"Hmm?" Aku melotot girang. "Boleh?"
"I think you were trouble!"
***
Jigar;
Seharusnya setelah kedatangan Vishal, aku langsung menemui Janhvi dan mengatakan semuanya. Harusnya memang seperti itu laki-laki sejati. Namun aku tetap seperti pecundang. Ketika aku merasa aman aku malah tidak punya kekhawatiran berarti. Aku membiarkan Janhvi tetap dalam kesalah-pahamannya. Tidak menjelaskan apa-apa ataupun memintanya kembali.

KAMU SEDANG MEMBACA
SANAM RE
Romance(SWEETHEART) Tadinya, sepasang kekasih Jigar dan Janhvi ingin mereka ulang adegan romantis DDLJ di swiss. Mereka datang bersama lalu memisahkan diri. Mereka berjanji untuk bertemu sebagai orang asing. Berhasilkah keduanya bertemu sebagai orang asing...