Part 1

3K 131 6
                                    

Satya Mansion

"Ayah, kita harus bicara," ucap Jodha yang masuk kedalam ruang kerja sang ayah dengan wajah yang terlihat sengit.

"Duduklah, sayang. Ayah tahu kau sudah tidak sabar berbicara dengan ayah," jawab Bharmal melepas kacamata bacanya dan mempersilahkan Jodha duduk dikursi yang ada didepan meja kerjanya. Tanpa basa basi Jodhapun menghempaskan pantatnya keatas kursi dan mendengus kasar.

"Mengapa harus Nararya, ayah?" Tanya Jodha to the point menyampaikan kekesalannya.

"Karena hanya perusahaannya lah yang mampu menangani proyek besar seperti ini, Jo," jawab sang ayah menatap lurus kearah Jodha namun Jodha malah memalingkan wajahnya kearah lain.

"Tapi ayah kan tahu kalau.....,"

"Bukankah kau sudah siap melakukan rencanamu? Jadi, untuk apa kau tunda tunda lagi? Setahun lamanya kau mempersiapkan diri untuk membuktikan pada pria itu bahwa kau bukanlah Jodha yang dulu. Lalu, mengapa kau harus menundanya. Ayah rasa, setahun sudah cukup bagimu Jodha. Dan tentunya dengan proyek kerjasama ini, kau bisa melakukan apa yang dulu kau katakan kepada ayah," jawab Bharmal kembali mengingatkan Jodha akan tujuannya kembali ke Indonesia.

"Tapi ayah, aku.....,"

"Jangan katakan kau berubah pikiran setelah bertemu dengannya!" Potong Bharmal dengan nada suara yang meninggi.

"Tentu saja tidak, Ayah. Aku hanya tidak suka ayah mempertemukan kami dengan cara mengejutkan seperti ini," jawab Jodha mengutarakan keberatannya.

"Justru ayah memang sengaja melakukan ini, Jo. Kau terkejut, tapi Jalal lebih terkejut lagi. Kau lihat saat sepanjang meeting tadi, wajahnya memucat, tatapan matanya tak pernah lepas darimu dan beberapa kali ia hilang konsentrasi saat kita melemparkan pertanyaan kepadanya. Bukankah itu bagus?" Jelas Bharmal kepada Jodha.

"Ya! Itu memang bagus, ayah. Aku bahkan menikmati moment saat ia tertegun saat kami sama sama memperkenalkan diri tadi," timpal Jodha mengingat kembali pertemuan mereka tadi.

"Kalau begitu, mulai hari ini, biasakanlah dirimu bertemu dengannya setiap hari. Karena kerjasama kita ini akan berlangsung cukup lama. Dan ingat, jangan gunakan hatimu ketika kau bersamanya," pesan Bharmal dengan tatapan serius.

"Iya ayah. Aku mengerti," jawab Jodha kemudian pamit pada sang ayah untuk kembali kekamarnya.

Nararya Mansion

"Bi! Bibi! Dimana Rukaiya?" Jalal berteriak memanggil kepala pelayan dirumahnya yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri.

"Jalal, bisakah kau menaruh dulu tas kerjamu kemudian baru mencari Rukaiya?" Sahut bibi Maham kemudian membantu mengambil tas kerja Jalal dan melepas jas yang dikenakannya.

"Aku harus bicara dengan Rukaiya, bi. Dimana dia?" Tanya Jalal yang tak sabar bertemu dengan adik angkatnya itu. Rukaiya adalah anak dari bibi Maham dan Paman Atgah, supir pribadi Humayun Nararya. Jalal sudah menganggap Rukaiya sebagai adiknya sejak ia lahir.

"Rukaiya sedang berada di perpustakaan. Ia sedang mencari buku untuk keperluan kuliahnya," jawab Maham. Dan tanpa basa basi lagi, Jalal pun menuju lantai atas dimana perpustakaan itu berada.

"Ruk! Kamu sibuk gak?" Sapa Jalal yang sedang melihat Rukaiya nampak serius membaca sebuah buku.

"Eh, kak Jalal. Baru pulang, kak?" Tanya Rukaiya kemudian menutup buku yang sedari tadi dibacanya dan mempersilahkan Jalal duduk didepannya.

"Iya Ruk. Aku baru saja pulang dari Satya Group. Perusahaan yang akan bekerjasama dengan perusahaanku itu. Dan kau tahu aku bertemu dengan siapa?" Ucap Jalal dengan wajah yang berbinar.

SECOND CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang