Part 7

2.3K 112 5
                                    

~Hanya diperlukan waktu semenit untuk mengenalmu

~Sejam untuk menyukaimu

~Dan sehari untuk mencintaimu

~Tetapi diperlukan waktu seumur hidup untuk melupakanmu.....

Ciwidey, Bandung

Jodha baru saja menginjakkan kakinya di lobby D'Riam Resort tempat mereka menginap saat sorot matanya menangkap tiga sosok manusia yang dikenalnya walau sudah setahun ini tidak pernah ditemuinya.

"Na! Aruna!! Ini kopermu dibawa donk!! Masa aku juga yang bawain," gerutu Arsa yang melangkah dibelakang Jodha. Seketika suara Arsa yang cukup nyaring membuat tiga orang yang kini sedang berdiri didepan meja resepsionis langsung menoleh kearah mereka.

"Oh! Berat ya sayang? Maaf ya, aku tadi buru buru jadi lupa kalau belum ambil koperku. Makasih ya sudah dibawain. Biar setelah ini room service saja yang membawanya ke kamar nanti," tiba tiba Jodha bersikap sangat mesra kepada Arsa sambil menggamit lengan Arsa namun ekor matanya melirik kearah Jalal yang kini menatap Jodha dan Arsa bergantian dengan sorot mata yang tajam.

"Na, are you okay? Kamu gak lagi kesambet kan?" bisik Arsa dan langsung dijawab Jodha dengan senggolan kakinya ke kaki Arsa.

"Memangnya kamu ngerti apa artinya kesambet?" sahut Jodha dengan ketus namun memasang tampang yang begitu manis.

"Ya ngerti lah. Mamaku kan orang Indonesia, Na. Di London memang gak ada yang namanya kesambet. Tapi disini kan ada. Dan sekarang aku baru lihat bagaimana ciri ciri orang kesambet itu," sahut Arsa kini benar benar dijawab Jodha dengan injakan stiletto-nya di kaki Arsa membuat Arsa meringis seketika.

"Ayo sayang, kita check in dulu," lanjut Jodha sengaja menaikkan nada suaranya.

Jodha pun menghampiri meja resepsionis dan meminta dua kunci kamar untuk mereka. Pihak perusahaan Jodha memang sudah memesankan kamar khusus untuk perjalanan mereka kali ini.

"Kak Jodha!!" pekik Rukaiya tiba tiba membuat Jodha yang masih melingkarkan tangannya di lengan Arsa langsung menoleh kearah Rukaiya.

"Rukaiya!!!" seru Jodha yang sebenarnya sedari tadi memang mengetahui keberadaan Rukaiya namun melihat dua orang yang berada disamping Rukaiya membuat Jodha lupa dan langsung mengingat misinya untuk memanas manasi Jalal.

"Kak Jo apa kabar? Wow!! Penampilan kak Jo beda banget. Lebih elegan, anggun dan semakin cantik," seru Rukaiya takjub melihat penampilan Jodha.

"Terima kasih, Ruk. Ngomong ngomong dalam rangka apa kamu ke Bandung?" Tanya Jodha ingin menyelidiki apa alasan Jalal membawa Rukaiya dan perempuan yang dulu pernah bertemu dengannya di mall bersama Jalal.

"Aku sedang liburan kuliah, kak. Kebetulan kak Jalal sedang ada perjalanan bisnis, sekalian saja aku ikut. Tapi, aku tak akan menganggu pekerjaan kak Jalal kok. Kami hanya pergi bersama saja. Oh ya, kata kak Jalal, perusahaan kak Jo ya yang akan bekerjasama dengan kak Jalal," jelas Rukaiya.

"Iya, itu benar. Baiklah Ruk, aku duluan ya. Kebetulan aku ingin istirahat sebentar sebelum pergi ke proyek. Ayo sayang," pamit Jodha kemudian kembali menggamit lengan Arsa dan melangkah meninggalkan mereka.

"Sial!! Siapa pria itu? Apa ia pacarnya atau.......Aaaarrggghhhh!!!" Jalal menggerutu dalam hati dengan tatapan yang tak pernah lepas dari Jodha dan Arsa hingga tubuh mereka menghilang dibalik lift.

"Jalal, ayo," ajak Agni yang tidak dihiraukan Jalal lagi. Ia malah melangkah lebih dulu meninggalkan Agni dan Rukaiya yang tertegun melihat sikap Jalal yang seperti sedang kebakaran jenggot.

Setelah masuk kekamarnya, Jalal hanya bisa mondar mandir sambil memikirkan tentang pria yang datang bersama Jodha. Konsentrasinya terpecah padahal setengah jam lagi ia dan Jodha harus pergi bersama mengunjungi lokasi proyek kerjasama mereka. Ia merasa tak terima melihat Jodha menggandeng pria lain tepat didepan matanya. Mungkin luka yang ia berikan pada Jodha benar benar telah membuat Jodha berubah dan benar benar telah memusnahkan rasa cinta Jodha kepadanya. Lelah berjalan mondar mandir, akhirnya Jalal pun meluruhkan tubuhnya terpekur diatas lantai sambil bersandar pada tembok kamar, meremas rambutnya sendiri dan tanpa sadar ia berteriak melepasakan sesak di dadanya yang semakin membuatnya kesulitan untuk bernafas.

SECOND CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang