Part 6

2.3K 100 4
                                    


Satya Mansion

Pagi ini Jodha ijin dengan sang ayah untuk tidak pergi kekantor. Pertemuannya dengan Jalal kemarin membawa dampak yang cukup besar bagi dirinya. Rupanya waktu satu tahun ternyata terasa kurang cukup baginya untuk memantapkan hatinya menutup rapat rapat kenangan lama akan dirinya bersama Jalal. Bharmal yang mengerti akan keadaan Jodha yang mungkin belum bisa menyesuaikan diri dengan keberadaan Jalal yang tiba tiba, memilih untuk mengijinkan Jodha beristirahat sampai ia kembali siap masuk kekantor.

"Jo....bangun nak. Kau belum sarapan. Lagipula ada yang menunggumu dibawah untuk bertemu denganmu. Cepatlah mandi dan turun kebawah," panggil Meena yang setengah berteriak dari depan pintu kamar Jodha.

"Iya bu. Aku akan segera turun," jawab Jodha sambil menguap dan mengusap usap matanya. Ia masih merasa mengantuk akibat baru bisa terlelap dini hari tadi.

"Apa tadi ibu bilang? Ada yang menungguku dibawah? Siapa ya?" gumam Jodha saat mengguyur tubuhnya dibawah pancuran shower kamar mandinya.

Setelah selesai mandi dan mengganti pakaian, Jodha nampak terlihat segar dengan t-shirt polos berwarna hitam dan celana selutut berwarna cokelat yang dikenakannya. Sedikit terburu buru, ia pun setengah berlari menuruni anak tangga dan bergegas menuju ruang makan.

"Pagi mama. Kata mama tadi ada yang..........................Arsa!!!!" pekik Jodha terkejut melihat Arsa dan sang mama sedang duduk dimeja makan menikmati kudapan ringan buatan bibi Gulbadan kepala asisten rumah tangga mereka.

"Hai pemalas!!! Kau benar benar sungguh tidak sopan, ya. Aku jauh jauh datang dari London dan kau malah belum bangun saat aku sudah berada disni," sahut Arsa dengan wajah yang dibuat cemberut.

"Kapan kau datang? Astaga!! Ini kejutan, Sa. Baru satu minggu aku kembali dari London, kau sudah menyusulku. Apa kau kangen padaku, huh?" ucap Jodha sambil menarik kursi makan dan menghempaskan pantatnya disana.

"Jangan ge er kamu! Aku gak bakalan kangen sama kamu. Yang ada, kamu yang kangen denganku,"celetuk Arsa membuat Jodha memanyunkan bibirnya.

"Nak Arsa kemari karena dengan mendadak harus menggantikan tugas om Frans sebagai asisten ayah, Jo," jelas Meena mengakhiri perdebatan dua sahabat yang tak ada habisnya ini.

"Memangnya om Frans kemana bu? Hufth! Itu artinya aku harus bertemu dengan mr.bawel ini setiap hari dikantor," gerutu Jodha berpura pura mengeluh.

"Papa pulang ke London untuk melakukan terapi pengobatan penyakit jantungnya. Jadi bersiaplah setiap hari kau akan bertemu dengan orang tertampan sejagat raya ini, Na," sahut Arsa dengan jumawa sambil memainkan kerah kemejanya.

"Huh! Narsis!" ucap Jodha menjulurkan lidahnya mengejek Arsa.

"Sudah, Jo. Cepat kau habiskan sarapanmu. Dan nak Arsa, setelah ini pergilah bersama pak Salim menuju kantor uncle Bharmal ya," ucap Meena kemudian bangkit meninggalkan mereka berdua yang masih duduk diruang makan.

"Na! Gimana? Sudah ketemu dengan Jalal? Sudah menyelidiki alamatnya?" Tanya Arsa setelah kepergian Meena.

"Tanpa aku mencarinya pun, dia sudah datang sendiri, Sa" sahut Jodha sambil mengunyah nasi gorengnya.

"Maksudmu?" Tanya Arsa tak mengerti.

"Rupanya ayah mengadakan kerjasama bersama Nararya Group untuk pelaksanaan proyek yang ada di daerah Bandung dan Puncak. Dan aku diserahi tanggung jawab untuk mengurus proyek itu. Parahnya lagi, aku akan bekerjasama langsung bersama Jalal," jelas Jodha kemudian disusul tawa keras dari Arsa.

"Wah!! Wah!! Wah!! Kalian memang jodoh ya. Bahkan tanpa usaha pun, dia sudah berada dekat denganmu," ledek Arsa membuat wajah Jodha berubah murung.

SECOND CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang