Part 15

2.6K 97 7
                                    

Secondll

Jalal terbangun saat merasakan sesosok tubuh mungil yang semakin menempel erat dalam dekapannya. Setelah kembali terdengar suara petir menggelegar untuk kesekian kalinya, tubuh yang tengah dalam keadaan tertidur itu seolah reflek merasa takut dan semakin menempel erat kedalam dekapan tubuh Jalal.

“Tenanglah, sayang. aku akan menjagamu,” bisik Jalal kemudian mengecup lembut pucuk kepala Jodha yang kini tertidur dengan damai dalam pelukannya.

Flashback

“I miss you my wife,” ucap Jalal lirih sebelum pada akhirnya tatapan meereka saling mengunci dan bibir mereka saling bertaut satu sama lain.

Sentuhan lembut bibir Jalal membuat tubuh Jodha bergetar dan lagi lagi merasa bagai melayang ke awang awang. Entah mengapa kata kata Jalal tentang rasa cintanya yang tulus bagaikan sebatang kayu yang rela dibakar sang api membuat hatinya terenyuh dan kembali menyeret sisi  seorang Jodha yang memiliki hati lembut dan pada akhirnya meruntuhkan tembok ego yang selama ini ia bangun dengan susah payah karena pada hakikatnya cinta yang ia miliki untuk seorang Jalal tidaklah akan pernah hilang walau ia berusaha dengan keras melupakan dan menghapusnya didalam memorinya. Entah sebuah firasat apa yang ia rasakan setelah obrolan mereka tadi, namun yang pasti saat ini Jodha hanya ingin bersama Jalal menikmati moment kebersamaan mereka yang setiap saat selalu berusaha Jodha jauhi sebelumnya.

Perlahan namun pasti, Jodha pun membalas ciuman Jalal dengan sama lembutnya. Sedikit terkejut dengan balasan bibir Jodha, namun tak dipungkiri bahwa Jalal merasa hatinya yang tandus dan gersang kini bagaikan tersiram air hujan yang turun dengan deras, sederas hujan yang turun malam ini. Lama kelamaan ciuman mereka mulai berubah menjadi memanas, menghangatkan udara dingin yang mengitari dua insan yang saling merindu dan saling menumpahkan kegundahan hati mereka. Tubuh Jodha seolah melemah bagaikan sebatang padi yang tertiup angin, merasakan gelenyar aneh yang timbul dalam dirinya. Tangan kekar Jalal yang kini mulai mendekap erat punggung dan pinggulnya membuat tubuhnya semakin terdesak dan terhimpit oleh dada bidang yang sempat ditanyakan oleh Arsa bagaimana bila ia berada didalam pelukan hangat tubuh itu. Dan kini, ia benar benar berada didalam dekapan tubuh ini. Tentu saja Jodha tahu bagaimana rasanya. Karena rasa itu tetaplah sama, rasa hangat, damai, nyaman dan tentunya naluri wanitanya tak dapat membohongi kalau hanya tubuh inilah yang ia kehendaki untuk memeluk tubuhnya dan hanya tubuh inilah yang ia inginkan untuk memiliki dirinya seutuhnya.

Kini, pagutan bibir Jalal mulai merambah menuju leher jenjang Jodha. Suara gemericik air hujan yang turun dengan lebat menenggelamkan suara desahan Jodha yang terdengar seolah bagaikan musik terindah yang mengalun syahdu ditelinga Jalal. Jodha menutup matanya saat tanpa sadar tangannya mengacak lembut rambut Jalal yang kini semakin berani menjamah tiap inchi lekuk tubuh Jodha. Dan seolah sadar dari kegilaannya, Jalalpun melepas pagutannya hingga Jodha mendesah seolah tak rela kalau Jalal mengakhiri semuanya.

“Jodha sayang, maafkan aku. Aku takkan melakukannya jika kau tak menginginkannya. Aku takkan sanggup menanggung kebencianmu lagi,” ucap Jalal melepas dekapannya dari tubuh Jodha dan melangkah mundur dengan nafas yang masih tersengal sengal.

Jalal hendak membalikkan tubuhnya dan pergi dari tempat itu, menekan kuat kuat hasratnya yang hampir membakar dirinya, namun pergelangan tangannya justru tertahan oleh tangan lembut Jodha hingga ia pun kembali menoleh dengan pelan kearah Jodha dan betapa terkejutnya Jalal saat tiba tiba Jodha berlari kearahnya dan dengan cepat melumat bibirnya hingga tubuh Jalal harus sedikit terdorong kebelakang namun dengan cepat ia pun balas memeluk pinggang Jodha agar tubuh mereka mendapat keseimbangannya dan ciuman panas itupun kembali berlanjut sampai merambat ke sesi yang lebih intim berikutnya.

Uff Mere Dil Mein Thodi Khaali Si Jagah Thi
(Ah, ada ruang kosong sedikit didalam hatiku)

Uff Tune Bin Kiyaaye Ye Jagah Li
(Kau datang dan menempati ruang ini tanpa sewa apapun)

SECOND CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang