Part 13

2.4K 97 6
                                    

Dengan cepat Jalal merogoh saku jasnya dan mengambil saputangan untuk mengusap tetesan darah yang keluar dari hidungnya. Sedari tadi ia memang merasakan kepalanya terasa berputar namun selalu ia tahan.

"Maafkan saya, nyonya. Saya baik baik saja. Mungkin hidung saya hanya sedikit terluka jadi harus seperti ini," ucap Jalal setelah mengusap hidungnya yang kini nampak memerah.

"Kau yakin? Bagaimana kalau kita pergi ke dokter saja. Mungkin kau sedang kurang sehat atau......,"

"Tidak usah, nyonya. Sungguh, saya baik baik saja,"

"Jalal! Berhenti memanggilku dengan sebutan nyonya dan bersikap terlalu formal seperti ini. Aku merasa sangat tidak nyaman," sahut Jodha benar benar tidak betah dengan sikap Jalal.

"Jadi, saya boleh bersikap santai dengan anda?" Tanya Jalal masih dengan sikap hormat namun seulas senyum mengembang di bibirnya.

"Iya, tentu saja," jawab Jodha.

"Baiklah kalau begitu. Terima kasih, sayang," ucap Jalal membuat Jodha langsung menoleh ke arahnya dan menatapnya tajam.

"Santai bukan berarti kau bisa memanggilku dengan sebutan sayang," sahut Jodha kembali ketus.

"Upsss, maafkan aku sa..... eh, nyonya,"

"Jalal!!!! Aaaargghhttt!!! Terserah kau saja mau memanggilku dengan sebutan apa!!" Jodha kesal dengan ulah Jalal dan memilih pergi meninggalkannya sambil mendorong trolley belanjaannya sendiri. Dengan langkah tegap nan gagah, Jalal setia mengikutinya dari belakang sambil terkekeh pelan walau kepalanya masih saja terasa pusing.

Setelah mengantar Jodha pulang, Jodha pun langsung meminta Jalal untuk kembali pulang.

"Maaf sa....ehm, maksudku Jodha. Sesuai isi dari kontrak kerjaku, bahwa aku diwajibkan untuk tinggal dirumahmu dan mengawasimu dalam hal keamanan diamanapun kau berada. Paman Pratap juga sudah mengabariku bahwa aku akan tinggal di mansionmu ini," jelas Jalal membuat Jodha langsung merutuki kebodohannya mengapa ia tak sampai memikirkan bahwa dengan ia menerima Jalal, pria itu akan selalu berada bersamanya sepanjang waktu sebagai pengawalnya.

"Terserah kau saja!!" Sahut Jodha malas berdebat dengan bodyguard barunya itu.

Setelah asisten rumah tangga Jodha menunjukkan kamar untuk Jalal, Jalalpun segera pamit sebentar untuk pulang ke apartemen Adam mengambil seluruh pakaiannya.

******************************

"Jodha, bisa kau jelaskan pada ibu mengapa Jalal yang menjadi pengawalmu?" Tanya Meena saat mereka menikmati makan malam bersama.

"Tanyalah pada ayah, bu. Ini semua karena ayah menginginkan aku ditemani oleh seorang bodyguard kemanapun aku pergi," sahut Jodha sambil menikmati hidangan makan malamnya.

"Lho? Kok tanya sama ayah? Memang sih, ayah yang menyewa bodyguard untuk mengawalmu. Tapi ayah tidak tahu kalau yang diutus itu adalah Jalal. Lagipula, kau menolak saat ayah hendak meminta pengganti kepada paman Pratap," sahut sang ayah membuat Meena bingung dengan kelakuan suami dan putrinya ini.

"Lalu, bagaimana bisa Jalal menjadi seorang bodyguard? Bukankah ia adalah pemilik Nararya Group yang terkenal itu?" Tanya Meena kepada Bharmal dan Jodha.

"Soal itu, tanyalah pada putrimu. Apa yang telah ia lakukan hingga pria itu nekat meninggalkan keluarganya," sahut Bharmal.

"Aku tidak memaksanya, ayah. Ia sendiri yang dengan ikhlas memenuhi persyaratanku agar ia bisa menebus kesalahannya padaku. Paling lama juga ia bertahan dengan keadaan seperti itu sampai minggu depan saja," ucap Jodha sambil kembali menikmati makanan kesukaannya yang dibuat oleh Meena.

SECOND CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang