Part 5

2.3K 104 6
                                    

Meena dan Bharmal masih menunggu Jodha sampai siuman disebuah ruang perawatan kelas VVIP rumah sakit ternama di Jakarta. Nampak raut cemas dan khawatir menghinggapi kedua orang itu melihat wajah sang putri yang nampak memucat dan juga terlihat lemah. Belum lagi kenyataan yang nanti harus mereka sampaikan kepada Jodha yang mungkin akan membuat Jodha menjadi shock dan tak bisa menerimanya.

“Ibu……,” tiba tiba suara lirih Jodha membuat Bharmal dan Meena yang tengah duduk disofa langsung terhenyak dan bangkit menghampiri Jodha.

“Kau sudah sadar, sayang. syukurlah,” jawab Meena dengan penuh kelegaan.

“Apa yang terjadi padaku, bu?” Tanya Jodha sambil meringis menahan nyeri yang bersarang dikepalanya.

“Kau tadi terpeleset dan jatuh pingsan nak,” jawab Bharmal mengusap rambut putrinya dengan penuh kasih sayang.

“Terpeleset? Pingsan? Ya Tuhan! Ibu! Bagaimana dengan kandunganku bu? Bayiku baik baik saja kan?” tiba tiba Jodha bangkit dengan ekspresi panik sambil memegang perutnya yang masih terlihat rata. Meena dan Bharmal sontak saling melempar tatapan terkejut mendapati bahwa Jodha telah mengetahui bahwa dirinya sedang mengandung.

“Jadi kau sudah tahu bahwa kau hamil, Jo?” Tanya Meena.

“Iya bu. Dua hari yang lalu aku membeli test pack untuk memastikan kecurigaanku yang akhir akhir ini merasa sering pusing, mual dan nafsu makanku mulai berkurang. Saat aku melihat hasilnya, aku begitu gembira, bu. Dan tadi kebetulan aku bertemu dengan Jalal di butik itu. Aku ingin menyampaikan kabar bahagia itu, bu. Aku ingin ia menemaniku memeriksakan kandunganku. Tapi ternyata…………… ibu! Katakan, bu! Kandunganku baik baik saja kan?” Jodha mengguncang bahu Meena yang nampak diam tak bisa menjawab pertanyaan Jodha.

“Sayang, kamu yang tabah ya nak. Ayah tahu kau adalah wanita yang kuat. Tuhan mungkin lebih sayang pada bayimu. Kata dokter, kau mengalami keguguran,” ucap Bharmal dengan begitu berat menyampaikan berita yang membuat Jodha langsung shock seketika.

“Tidak ayah! Tidak! Bayiku baik baik saja. Ayah dan ibu pasti bohong kan? Iya kan?” ucap Jodha menggeleng gelengkan kepalanya tak percaya dengan ucapan sang ayah barusan.

“Jodha, sabar nak. Kuatkan dirimu,” Meena mencoba memeluk tubuh Jodha namun Jodha berontak dan mencoba melepaskan alat infus yang menempel di tangannya.

“Jodha! Tenangkan dirimu, nak. Jodha!” Bharmal mencoba memegang tubuh Jodha yang berontak dengan sekuat tenaga sementara Meena langsung mengambil tindakan menekan tombol darurat agar para perawat segera datang untuk menenangnkan Jodha.

“Ini semua karena Jalal, bu! Ini semua karena dia! Dia telah membunuh anak kami! Aku membencinya! Aku membencinya!” teriak Jodha dengan histeris namun lama kelamaan suaranya melemah akibat suntikan penenang yang diberikan dokter untuknya.

Meena hanya bisa menangis tersedu sedu melihat penderitaan yang dialami oleh Jodha secara bertubi tubi. Sementara Bharmal sudah merasa bahwa penderitaa  ini sudah cukup untuk memberikan ruang dan waktu bagi sang menantu yang ia anggap bukan  pria yang tegas dan bertanggung jawab.

“Sudah cukup, Meena! Setelah Jodha keluar dari rumah sakit, bersiaplah. Kita akan pergi ke London segera!” ucap Bharmal dengan penuh ketegasan. Meena hanya bisa tertegun mendengar keputusan mengejutkan dari suaminya itu.

Dua hari lamanya Jodha dirawat dirumah sakit. Masih terlihat raut wajah murung dan tak bersemangatnya ia mengingat bayinya yang telah pergi bahkan saat ia belum bisa merasakan kehadirannya dan tendangan kakinya dirahimnya. Luka mendalam yang ia alami membuatnya menyadari bahwa cukup sudah sampai disini ia merasakan ketidakadilan yang ia alami. Pernikahan yang selayaknya ia jalani dengan memperjuangkan kebahagiaan berdua dengan Jalal, tapi pada hakikatnya ia justru merasakan berjuang sendiri dengan hasil yang sia sia.

SECOND CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang