Part 10

2.7K 124 8
                                    

Lembar demi lembar masih berusaha Jalal buka dengan tangan gemetar. Berharap menemukan tulisan tangan Jodha yang memberi petunjuk tentang dimana anak yang dikandung Jodha sekarang. Tak diperdulikannya lagi sebelah tangannya yang kini penuh luka dan mengeluarkan darah segar yang hampir saja mengering. Masih dengan mata yang membengkak, ia fokuskan padangannya pada sebuah tulisan yang kali ini benar benar ingin membuatnya menodongkan sebuah pistol ke kepalanya sendiri.

03 Maret 2016

Hari ini adalah hari yang paling bersejarah sepanjang hidupku. Hari dimana aku mendapati kenyataan bahwa aku harus kehilangan bayiku tepat disaat suamiku tak mau mengakui bahwa ia mengenaliku di tempat tadi kami bertemu. Kejadian terpelesetnya tubuhku rupanya berdampak buruk bagi kandunganku. Aku kehilangan bayiku yang bahkan belum sempat ditiupkan ruh oleh Tuhan kedalam dirinya. Dan ini semua karenanya!!! Ya!! Karena pria yang mengaku mencintaiku, menyayangiku namun membuat luka besar yang menganga yang bahkan aku sendiri pun tak yakin apakah luka ini bisa tertutup ataukah tidak. Bayangan sesosok bayi mungil yang bisa aku gendong dan timang sepanjang hari kini musnah bersama cinta yang kumiliki kepadanya. Terlalu sakit dan terlalu dalam ia melukaiku. Ia lah penyebab aku kehilangan bayiku. Dan mulai detik ini, aku telah memutuskan bahwa sudah cukup semua penderitaan yang aku alami karenanya. Lebih baik aku memilih pergi seperti keputusan ayah yang mengajakku untuk segera pindah ke London. Selamat tinggal Jalal.....

"JODHAAAAAAAA!!!!!!" Jalal kembali berteriak sekencang kencangnya sambil kembali bangkit dan kini nekat membenturkan kepalanya kearah tembok.

"Kak Jalal!! Astaga!! Cukup kak!! Hentikan!!!" Pekik Rukaiya yang masuk kekamar Jalal dengan tiba tiba. Tadinya ia bermaksud kekamar Jalal untuk mengajaknya makan malam. Namun mendengar teriakan Jalal yang memanggil nama Jodha, ia pun bergegas mempercepat langkahnya dan langsung merangsek masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Aku pantas dihukum atas semua ini!! Aku pantas dihukum!!" Teriak Jalal masih berusaha membenturkan kepalanya.

"Kak!! Cukup kak!! Berhenti!! Ada apa sebenarnya? Semenjak kepulangan kita dari Bandung, tingkahmu sudah seperti orang yang tidak waras, kak!!" Ucap Rukaiya sambil berusaha menarik tubuh Jalal dengan sekuat tenaga dan mendorongnya terduduk diatas tempat tidur.

"Aku ini pembunuh, Ruk!! Aku pembunuh!! Aku membunuh anakku sendiri!!" Ucap Jalal sambil mengacak acak rambutnya sendiri. Tak dirasakannya lagi sakit dikeningnya yang nampak memar dan mungkin akan terlihat membiru sebentar lagi.

"Anak? Apa maksudmu, kak?" Tanya Rukaiya kini berlutut didepan Jalal dan menatapnya dengan serius.

"Jodha baru saja keguguran saat pergi meninggalkanku setahun yang lalu, Ruk. Ia keguguran dihari yang sama dimana aku pura pura tak mengenalinya waktu itu. Ia terpeleset dan........," Jalal tak bisa meneruskan kata katanya. Tenggorokannya terasa tercekat. Lagi lagi ia hanya bisa menggeram kesal dengan dirinya sendiri.

"Apa??? Benarkah itu???Memangnya, kau tahu darimana tentang semua ini?" Tanya Rukaiya lagi.

"Buku itu!! Tadinya aku tak berani membacanya. Namun rupanya keinginanku lebih kuat daripada nuraniku. Aku membacanya dan akhirnya aku tahu semuanya. Sekarang, katakan padaku, Ruk. Hukuman apa yang pantas diberikan kepada seorang pembunuh sepertiku?" Tanya Jalal dengan penuh emosi. Berulang ulang ia pukul dadanya sendiri dengan tangannya.

"Bukan aku ataupun kau sendiri yang bisa menjawabnya, kak. Datanglah pada kak Jodha. Kembalikan buku itu dan memohon ampun lah padanya. Setelah itu mintalah padanya untuk menghukummu. Walau kurasa, tidak ada hukuman yang setimpal yang bisa kau jalani. Karena nyawa bayi kalian tidak akan bisa kembali sampai kapanpun," ucap Rukaiya membuat hati Jalal semakin terasa seperti dihujam ratusan anak panah dalam waktu yang bersamaan.

SECOND CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang