Part 3

2.3K 102 4
                                    

Jodha akhirnya menyetujui rencana Jalal untuk pindah ke Bandung dengan memboyong serta sang ibu bersamanya. Walau awalnya ia ragu, tapi demi menuruti kehendak sang suami akhirnya ia menyetujui saja keinginan Jalal yang membawanya pergi dari kota Jakarta. Disana Jodha yang belum mendapat pekerjaan bahkan Jalal pun bersikeras melarangnya bekerja, hanya bisa membantu sang ibu kembali merintis usaha jahitnya di kota Bandung ini. Rumah yang dibelikan Jalal untuk Jodha memang lebih besar dan lebih mewah dibanding dengan rumah Jodha yang berada di Jakarta. Bahkan Jodha sempat berdebat dengan Jalal soal rumah mereka itu. Namun bukan Jalal namanya kalau ia tak berhasil meyakinkan Jodha untuk menempati rumah tersebut.

"Sayang, sepertinya aku harus kembali ke Jakarta segera. Aku janji akan sering sering menjengukmu dan ingat, jangan sekali kali kau mencoba untuk bekerja. Karena aku hanya ingin istriku menjadi ibu rumah tangga yang selalu ada saat aku mengunjungimu kesini," pesan Jalal sebelum pergi meninggalkan Jodha.

"Tapi Jalal....,"

"Sayang, aku tidak ingin kita berdebat soal ini. Semua yang kau butuhkan dan kau inginkan pasti akan kupenuhi. Jadi, tetaplah berada dirumah dan jangan membantah," kembali sifat posesif Jalal mengalahkan keinginan Jodha.

"Baiklah. Aku menurut apa yang diperintahkan suamiku padaku," jawab Jodha menyunggingkan senyum kepada Jalal.

"Ini baru nyonya Nararya, istriku," sahut Jalal sambil mengecup bibir Jodha singkat dan kemudian mengecup kening Jodha sedikit lebih lama meresapi moment kebersamaan mereka karena Jalal hanya akan bisa mengunjungi Jodha setiap akhir minggu di hari Sabtu dan Minggu saja.

Setelah mobil Jalal berlalu dari halaman rumahnya, Jodha pun kembali masuk kedalam rumah membantu sang ibu menata barang barang mereka yang belum sepenuhnya tersusun rapi.

JODHA POV

Seminggu berlalu, hari ini suamiku akan datang menemuiku. Aku telah menyiapkan masakan spesial kesukaannya. Ia pasti sangat senang dan lahap saat menikmati udang saus asam manis dan ayam lada hitam favoritnya. Hari ini kebetulan pesanan jahitan ibu belum begitu ramai mungkin karena pengaruh kami baru pindah di kota ini, oleh karenanya ibu pun ikut membantuku menyiapkan hidangan special untuk Jalal, suamiku tercinta.

Tepat pukul delapan malam, Jalal belum juga tiba disini. Padahal menurut ucapannya kemarin saat ditelepon, ia akan tiba disini paling lambat pukul enam sore. Aku sedikit khawatir namun aku tetap menunggu kehadirannya hingga pukul sebelas malam tiba, ia belum datang juga. Sesuai pesannya kepadaku minggu lalu, kalau aku ingin menghubunginya sebaiknya jangan pada malam hari melainkan di jam jam kerja saja karena menurutnya pada malam hari ia akan berada dirumah dan orangtuanya pasti akan tahu kalau aku menelponnya. Ironis memang! Aku merasa sudah seperti istri simpanan yang takut kalau istri sah suamiku akan memergoki kami memiliki hubungan gelap. Terkadang aku ingin memberontak tapi apalah dayaku? Aku hanyalah seorang wanita yang begitu mencintai suaminya dan berharap sang suami akan segera menemukan jalan terbaik agar kehidupan pernikahan kami bisa berjalan normal layaknya pasangan suami istri pada umumnya.

Dalam lamunanku yang bercampur dengan rasa kantuk yang mendera, tiba tiba saja ponselku berdering dan mataku kembali berbinar manakala melihat pada layar ponselku bahwa Jalal lah yang menghubungiku.

"Hallo sayang, kau dimana? Apa kau baik baik saja? Kau jadi datang kan? Aku sudah memasak makanan kesukaanmu. Memang sudah dingin sih, tapi aku bisa menghangatkannya," ucapku yang begitu bahagia hingga berbicara tanpa jeda sama sekali.

"Maafkan aku, sayang. Sepertinya minggu ini aku tidak bisa datang mengunjungimu karena anak teman papa baru saja datang dari Jerman dan aku diminta untuk menemaninya berjalan jalan selama weekend ini," jawaban Jalal seketika membuat hatiku mencelos. Aku tahu bahwa Jalal juga kecewa kudengar dari nada suaranya, namun aku lebih merasa kecewa karena itu artinya aku harus menunggu satu minggu lagi untuk bertemu dengan suamiku.

SECOND CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang