Part 2

2.5K 112 2
                                    

FLASHBACK

Jakarta, Januari 2015

Jalal dan Jodha memasuki sebuah mansion mewah milik orangtua Jalal. Terlihat raut ketegangan di wajah Jodha manakala mobil mereka melaju semakin mendekat kearah pintu depan mansion tersebut. Jalal yang menangkap ekspresi takut diwajah Jodha kembali menenangkannya dengan menggenggam tangan Jodha menggunakan sebelah tangannya.

"Apa kau siap sayang?" Tanya Jalal sambil membawa genggaman tangan Jodha kearahnya kemudian mengecupnya.

"Aku takut, Jalal," sahut Jodha jujur.

"Kau tenang saja. Aku bersamamu dan sekarang kau adalah tanggung jawabku karena kau adalah istriku," jawab Jalal kembali mengingatkan Jodha bahwa satu jam yang lalu mereka telah sah menjadi sepasang suami istri walau tanpa adanya pesta meriah yang mereka selenggarakan.

"Apa kau yakin kita akan menemui orangtuamu masih dengan pakaian seperti ini?" Tanya Jodha sambil memperhatikan setelan jas pernikahan Jalal dan kebaya sederhana berwarna putih yang ia kenakan.

"Justru kita harus menemui mereka dengan pakaian ini agar mereka yakin bahwa kita sudah menikah dan takkan bisa mereka pisahkan lagi," jawab Jalal penuh ketegasan.

"Baiklah, sayang. Aku percayakan semuanya padamu, suamiku," jawab Jodha menyunggingkan senyumnya.

Merekapun melangkah bersama memasuki mansion Humayun Nararya dengan penuh keyakinan. Berharap keputusan yang mereka ambil bisa diterima oleh keluarga Jalal yang memiliki status berbeda jauh dengan Jodha. Sesampainya didalam, mereka disambut ramah oleh bibi Maham dan juga Rukaiya. Bahkan Jodha dan Rukaiya sempat berbincang bincang sementara Jalal memanggil kedua orangtuanya yang berada didalam kamar mereka. Suasana santai tiba tiba berubah sedikit tegang saat kedua orangtua Jalal telah datang dan menemui Jodha yang masih asyik mengobrol dengan Rukainya di ruang tamu mereka.

"Kau bisa masuk sekarang, Ruk," perintah Hamida Nararya ibunda Jalal.

"Iya, bibi," jawab Rukaiya kemudian bangkit dan pergi dari ruangan itu setelah sebelumnya sempat menyunggingkan senyum kepada Jodha.

Jalalpun menyusul dan mengambil tempat disamping Jodha kemudian merekapun saling berhadapan dengan orangtua Jalal untuk menyampaikan maksud dan tujuan mereka.

"Kami berdua sudah menikah,pa," ucap Jalal to the point.

"Sudah kuduga," jawab Humayun singkat namun tersungging senyum sinis di bibirnya.

"Mengapa kau nekat menikahinya padahal kau tahu bahwa mama dan papa tidak setuju, Jalal?" Tanya Hamida dengan nada suara meninggi. Ia terlihat langsung emosi saat itu juga.

"Kami saling mencintai,ma," sahut Jalal.

"Cinta tidak hanya cukup untuk membangun sebuah mahligai pernikahan, Jalal. Ketika restu dari orangtua tidak bisa kalian dapatkan, maka kehidupan rumah tangga kalian pasti tidak akan bahagia," ucap Hamida menatap tajam kearah Jalal.

"Kalau begitu restuilah pernikahan ini, ma. Mengapa selalu alasan status sosial Jodha yang kalian permasalahkan? Apa kalian tidak memikirkan kebahagiaanku sebagai putra tunggal kalian?" ucap Jalal nampak memohon kepada orangtuanya. Jodha mulai merasa tidak nyaman dan ia pun meremas tangan Jalal dengan kuat menandakan kegelisahan yang ia rasakan.

"Sampai kapanpun kami tidak akan merestui hubungan kalian. Kalau kau masih menganggap kami orangtuamu, dan kalau kau tak ingin kami anggap sebagai anak durhaka, ceraikan gadis miskin ini sekarang juga!" teriak Humayun sambil bangkit berdiri dan mengarahkan telunjuknya kearah Jodha. Airmata Jodhapun tak dapat lagi ia bendung. Dengan sekuat tenaga ia melepaskan pegangan tangan Jalal dan berlari keluar menumpahkan rasa sesak didadanya karena mendapat penghinaan yang luar bisa dari ayah mertuanya sendiri.

SECOND CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang