Dengan langkah tergesa gesa dan setengah berlari, Jodha menyusuri lorong rumah sakit menuju ruang tempat Jalal dirawat. Bharmal pun dengan setia menemani sang putri yang nampak sama sekali tak merasa lelah setelah perjalanan panjang dan serba mendadak seperti ini. Teringat perkataan Arsa yang menceritakan bahwa Jalal jatuh pingsan saat ia hendak pergi mengurus perceraian mereka. Dan sampai sekarang, Jalal belum sadarkan diri bahkan telah dinyatakan dalam keadaan koma oleh dokter yang menanganinya.
"Rukaiya!!" Pekik Jodha saat melihat Rukaiya yang duduk terpekur sambil menunduk dengan bahu yang berguncang. Mendengar namanya disebut, Rukaiya pun bergegas mengangkat wajahnya yang kini terlihat basah dengan airmata.
"Kak Jo!!" Rukaiya pun bangkit dan menghambur ke pelukan Jodha. Dua wanita yang sama sama mencintai Jalal dalam perasaan yang berbeda sama sama saling menangis sedih.
“Apa yang terjadi, Ruk? Mengapa tiba tiba Jalal bisa seperti ini? Apa Jalal mengidap penyakit yang tidak kuketahui?” Tanya Jodha memberondong Rukaiya dengan berbagai macam pertanyaan sementara Rukaiya masih saja menangis sesenggukan.
“Menurut pemeriksaan dari tim medis, Kak Jalal mengalami keadaan yang dinamakan Hematoma Epidural, kak. Kalau kondisinya memungkinkan, kak Jalal akan segera menjalani operasi di kepalanya setelah paman dan bibi menandatangani semua prosedur untuk dilakukan operasi segera untuk menyelamatkan nyawa kak Jalal,” jelas Rukaiya membuat Jodha belum sepenuhnya paham akan perkataan Rukaiya.
“Hematoma Epidural? Apa itu, Ruk?”
“Sebenarnya aku tidak diperbolehkan kak Jalal untuk menceritakan ini padamu kak. Tapi sekarang, keadaannya berbeda. Aku akan menceritakan ini semua kepadamu,” ucap Rukaiya mencoba menarik nafas dan berusaha menghentikan tangisnya.
“Katakanlah, Ruk. Aku mohon,” pinta Jodha yang kini tengah dipegangi pundaknya oleh sang ayah.
“Setahun yang lalu, tepat saat kak Jalal mengetahui kepergianmu, dalam perjalanan kembali ke Jakarta, ia mengalami kecelakaan parah yang mengakibatkan benturan serius dibagian kaki dan kepalanya. Kak Jalal selamat, tapi ia harus mengalami kelumpuhan di kakinya yang bersifat sementara yang akan sembuh bila ia rajin melakukan therapy. Sayangnya, kak Jalal seperti kehilangan semangat hidupnya waktu itu. Paman, bibi, ibuku bahkan aku sendiri tak mampu menyemangatinya untuk melakukan therapy. Hingga suatu saat, aku menjadi kesal dan marah padanya. Aku mengancam akan membakar surat nikah kalian dihadapannya untuk memancingnya agar mau menggerakkan kakinya dan ternyata cara itu berhasil. Kak Jalal tiba tiba saja berhasil berlari kearahku dan merebut surat itu. Walau setelahnya, ia kembali terjatuh karena kekuatan kakinya yang belum stabil. Sejak saat itu perlahan lahan kak Jalal kembali bersemangat dan akhirnya ia bisa pulih seperti semula. Semangatnya untuk menemukan keberadaanmu membuatnya perlahan lahan bangkit dari keterpurukannya. Tapi sayangnya………………..,” Rukaiya mengantung kalimatnya ketika ia melihat Jodha sudah kembali menumpahkan airmatanya sambil bersandar dipundak sang ayah.
“Teruskan nak,” pinta Bharmal kepada Rukaiya.
“Sayangnya waktu itu kami tak memperhatikan luka benturan di kepalanya. Sekali hasil tes CTscan menunjukkan bahwa tak ada yang mengkhawatirkan akibat benturan kepala itu, jadi kami lebih berkonsentrasi kepada kesembuhan kaki kak Jalal. Dan rupanya dampak dari benturan itu baru dirasakan kak Jalal sekarang ini. Terjadi pendarahan yang mengakibatkan penggumpalan darah yang menjadi penyebab kepalanya terus terusan terasa sakit dan itulah yang dimaksud oleh sang dokter sebagai Hematoma Epidural tadi. sepertinya kak Jalal sudah curiga akan keadaaannya saat ia meminta hasil tes nya setahun yang lalu kepadaku. Ia bilang akan kembali mengecek kesehatannya setelah pulang ke Indonesia. Namun lagi lagi semuanya terlambat. Ia terlanjur tak sadarkan diri hingga saat ini. Operasi yang akan dilakukan pun hanya akan membantu menghentikan pendarahan tersebut, sementara hasilnya…..dokter belum bisa memastikan,” ucap Rukaiya dengan suara bergetar dan tangisnyapun kembali pecah ketika mengingat betapa banyak penderitaan yang harus Jalal tanggung.

KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND CHANCE
FanfictionKesempatan kedua yang diharapkan seorang Kenzie Jalluddin Narayra untuk memperbaiki hubungannya dengan Aruna Himeka Jodha, harus melalui berbagai macam rintangan yang menghadang. Mampukah cinta mereka mengatasi semua rintangan itu? Apakah kesalahan...