Part 22

2.7K 95 3
                                    


Mendengar suara Junio memanggil manggil dirinya, bergegas Jodha menyingkirkan tubuh Jalal yang sudah menindih tubuhnya sejak tadi. Dengan cepat ia pun memakai jubah tidurnya dan setengah berlari kearah pintu.

"Junio? What happen boy?" Tanya Jodha melihat Junio kini berdiri diambang pintu sambil mengucek ucek matanya. Tanpa menjawab pertanyaan Jodha, ia pun langsung masuk kedalam kamar dan melangkah menuju tempat tidur. Melihat Junio melangkah ke arahnya, Jalal pun langsung pura pura memejamkan matanya sebelum putra kesayangannya itu kembali pada sifat bawelnya.

"Junio, apa Junio ingin tidur disini atau................,"

"Mommy! Bantu aku menyingkilkan kepala daddy dali banana pillow-ku dong," potong Junio sambil menarik narik sebuah bantal besar berbentuk pisang berwarna kuning dari tindihan kepala Jalal yang saat ini pura pura memejamkan matanya.

"Junio mencari banana pillow?" Tanya Jodha mendekat kearah sang putra.

"He-em," jawab Junio kali ini putus asa dan dengan gemas ia pun menarik kumis Jalal mencoba membangunkan Jalal.

"Auwwwwww!!!!!!!!!!" pekik Jalal dan langsung membuka matanya dan mengangkat kepalanya.

"Yes!! I've got it!!" ucap Junio dengan gembira. Dengan segera ia pun turun dari tempat tidur dan berlari kecil hendak meninggalkan kamar Jodha. Jodha dan Jalal pun hanya bisa terbengong melihat tingkah Junio.

"Mommy tahu kan kalau Junio gak bisa bobo tanpa banana? So, have a nice dleam mommy, daddy. Mommy jangan teliak teliak lagi ya kayak balusan....ganggu Junio bobo aja. Oh ya, jangan lupa pesenan Junio ya. Bye...................," ucap Junio santai kemudian sedikit berjingkat meraih gagang pintu dan kembali menutup pintu kamar Jodha. Sedangkan Jodha dan Jalal hanya bisa diam tertegun dengan mulut menganga terheran heran dengan ucapan putra mereka yang baru berusia 3 tahun tersebut.

"Jalallllll!!!!!!!!!! Ini semua gara gara kamu tahu gak?" ucap Jodha geram sambil melemparkan sebuah bantal kearah Jalal. Beruntung Jalal sempat menangkis dengan tangannya hingga bantal tersebut tak menabrak wajahnya.

"Lagian kamu juga sih! Baru dipegang pegang aja sudah jerit jerit," sahut Jalal membela diri.

"Namanya juga sudah empat tahun gak disentuh," gumam Jodha sambil memanyunkan bibirnya membuat Jalal menjadi sangat gemas.

"Berhubung kau sudah terlanjur membuatku menegang karena jeritanmu, jadi, ayo kita lanjutkan,"

"Jallllaall.................ahhhh...............," kembali Jalal menerjang tubuh Jodha dan membuatnya tak berkutik sama sekali.

Seakan lupa kalau ia baru saja sembuh dari koma berkepanjangan, ia pun melancarkan aksinya dengan melucuti semua atribut yang membalut tubuh Jodha. Sembari memberi Jodha sentuhan dan ciuman disetiap inchi tubuhnya, ia pun mencoba membebaskan pakaian yang ia kenakan di tubuhnya dan dengan perlahan mulai menyatukan diri dengan sang istri tercinta. Jodha sempat menjerit saat dengan tiba tiba Jalal menghentak tubuhnya cukup keras hingga membuat mereka sampai pada puncak kepuasaan bersama sama.

"Kupikir, empat tahun tertidur, membuat "nya" sulit bangkit kembali," ucap Jodha menggoda disela sela nafasnya yang masih terengah engah.

"Dan rupanya, empat tahun berlalu, kau masih tetap sama, sayang. membuatku menggila," bisik Jalal kemudian membalik tubuh Jodha dengan cepat.

"Kau mau apa, Jalal?" Tanya Jodha yang tak mengerti mengapa Jalal membalik posisi tubuh mereka.

"Kita lanjutkan lagi, sayang. akan aku buktikan kalau "dia" masih sama seperti yang dulu. Siapa tahu pesanan Junio bisa segera jadi," ucap Jalal membuat Jodha membelalakan matanya terkejut. Belum sempat ia protes, Jalal sudah kembali menyatukan diri mereka dan membuat Jodha tak bisa mengeluarkan kata kata apapun selain desahan dan erangan seksi yang keluar dari mulutnya.

SECOND CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang