Part 16

2.4K 100 4
                                    

Second

Pagi menjelang, Jodha dan Jalal telah bersiap menuju kantor polisi setempat untuk memberikan kesaksian. Arsa yang tadi sempat dihubungi oleh Jodha nampak terkejut bukan kepalang saat Jodha menceritakan kejadian yang mereka alami semalam. Namun Jodha memastikan pada Arsa bahwa mereka dalam keadaan baik baik saja dan setelah memberikan kesaksian, mereka akan mengunjungi Arsa serta ayahnya di rumah sakit.

"Apa kau sudah siap, sayang?" Tanya Jalal yang kini sudah siap dengan penampilannya yang tak biasa. Pakaian serba hitam khas seorang pengawal lengkap dengan bluetooth headset yang menempel di telinga serta kacamata hitam yang bertengger manis diwajahnya kini ia ganti dengan pakaian casual. Kaos tanpa lengan yang ia balut dengan jaket dan celana panjang cargo serta sepatu kets yang menghiasi kakinya.

"Siap tuan bodyguard. Upss!! Hari ini aku membebas tugaskanmu dari pekerjaan dan mari kita bersenang senang sebentar mengelilingi kota London," jawab Jodha yang nampak menggoda mengenakan hot pants dan tank top berwarna merah yang juga dibalut oleh jaket. Rencananya mereka akan pergi ke pantai setelah datang kekantor polisi.

************************

Setelah urusan mereka selesai di kantor polisi, Jalal dan Jodha pun memilih berjalan kaki menuju ke pantai terdekat yang mereka akan kunjungi. Senyum dan tawa tak pernah lepas terukir di bibir keduanya. Yang mereka lakukan hanyalah terus menerus saling bercanda tanpa tahu bahwa keadaan ini mungkin takkan berlangsung lama.

"Jo, setelah semalam, apa kau akhirnya memaafkanku?" Tanya Jalal ragu ragu kepada Jodha. Saat ini mereka telah duduk berdua diatas pasir menikmati deburan ombak yang datang silih berganti.

"Aku kan sudah pernah bilang padamu. Aku sudah memaafkanmu sejak lama," jawab Jodha sambil memainkan butiran butiran pasir dengan jemari kakinya.

"Maksudku, apa setelah semua yang kulakukan, kau mau memberiku kesempatan lagi? Maukah kau kembali bersamaku lagi, Jo?" Tanya Jalal mengumpulkan segenap keberaniannya.

"Jalal..aku......," Jodha bingung menjawab pertanyaan Jalal. Disatu sisi ia ingin memulai semuanya dari awal. Tapi disisi lain, peristiwa setahun yang lalu masih terus membekas dalam ingatannya.

"Aku tahu kau masih ragu, Jo. Aku tahu kesalahanku sangatlah fatal. Tapi setidaknya, berikanlah kesempatan untukku memperbaiki semuanya. Bahkan seandainya nyawaku ini bisa ditukar dengan kembalinya anak kita, aku rela melakukannya, Jo," ucap Jalal menatap mata Jodha dengan penuh kejujuran.

"Aku mohon jangan mengucapkan soal nyawa dan kematian lagi, Jalal. Aku pikir, mungkin dengan kehilangan bayi kita dan juga perpisahan kita inilah jalan yang dikehendaki Tuhan untuk memberikanmu ujian agar kau bisa berubah dan kau benar benar bisa membuktikannya sekarang. Kau bahkan rela meninggalkan semua kemewahanmu hanya untuk membuktikan kau telah berubah. Dan aku pun berpikir bahwa, Tuhan saja selalu memberi kesempatan bagi setiap umatNya yang pernah melakukan kesalahan. Tidak sepantasnyalah aku yang hanya seorang manusia ini menutup kesempatan seseorang yang ingin merubah dirinya ke jalan yang lebih baik. Jadi aku putuskan, aku akan memberimu kesempatan," ucap Jodha akhirnya memutuskan membuang egonya jauh jauh demi kententraman dan kebahagiaannya. Karena ia sadar bahwa kebahagiaannya hanya ada pada Jalal.

"Benarkah itu, Jo? Kau tidak sedang bercanda kan? Kau......,"

"Aaahhhhhh.....Jalal!!!!" Jodha memekik saat tiba tiba dengan cepat Jalal menggendong tubuhnya dan memutar mutar tubuh mereka.

"Thank you, my wife. Thank you,"

"Jalal!!!! Turunin!!! Kepalaku pusing," pinta Jodha saat Jalal masih saja terus berputar putar.

"I'm sorry, Jo. Aku terlalu bahagia hingga......Auwwww!!!!!" Tiba tiba Jalal memegang kepalanya sendiri karena merasa kesakitan setelah sebelumnya ia sempat menurunkan tubuh Jodha dari gendongannya.

SECOND CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang