Part 24

2.6K 97 2
                                    

SE

Junio mencoba berontak saat dua pria tersebut berusaha hendak menggendong tubuhnya. Dengan sekuat tenaganya, diinjaknya kaki salah satu pria tersebut dengan sepatu pantofel yang ia gunakan, kemudian mencoba berlari untuk membebaskan diri. Namun baru dua langkah ia mengayunkan kakinya, pria yang kedua justru berusaha menarik tuxedo nya hingga kembali tubuh Junio tertarik kearah mereka. Dan pada saat yang bersamaan, saat tuxedo miliknya sedikit terangkat, si jagoan kecil inipun teringat akan pistol mainan yang tadi sempat ia bawa dari kediaman Humayun. Dengan sebelah tangannya yang masih terbebas, ia pun dengan cepat meraih pistol tersebut dan menyemprotkan cairan yang terisi dalam pistol tersebut tepat kearah mata pria yang tengah memegangi tubuhnya.

“Aaaauuuuuwwww!!!!” pria tersebut berteriak saat cairan tersebut masuk ke dalam matanya. Cairan saus cabai yang Junio masukkan kedalam pistolnya tersebut rupanya sangat berguna bagi dirinya. Rasa terbakar yang dirasakan oleh pria tersebut membuatnya dengan terpaksa melepas tubuh Junio dan lebih sibuk dengan kondisi dirinya yang mungkin sebentar lagi akan kehilangan penglihatannya.

Melihat sang rekan berteriak kesakitan, dan kini target mereka kembali hampir terlepas, pria pertama pun dengan cepat berlari dan kembali hendak menangkap tubuh Junio. Terjadilah aksi kejar kejaran antara Junio dan pria pertama. Kini Junio berlari berputar putar mengelilingi arena papan jungkat jungkit. Sang penculik yang sepertinya mulai tidak sabar akhirnya memilih berlari mendekat kearah papan tersebut dengan maksud hendak memotong jalannya agar bisa segera menangkap targetnya. Namun lagi lagi akal Junio yang tak pernah ada habisnya membuatnya kembali bisa terselamatkan. Dengan kecerdikaannya, ia injak sebelah bagian papan jungkat jungkit tersebut hingga bagian papan yang berada diseberangnya bergerak naik dan tepat menghantam dagu pria itu, membuat tubuh pria tersebut tersentak dan sakit yang ia rasakan dibagian dagunya hingga terasa seolah hendak merontokkan semua barisan gigi giginya, membuat tubuhnya tumbang dan jatuh keatas tanah. Akhirnya sang pria pertama pun tak juga bisa bergerak setelah meratapi sakit yang teramat sangat yang ia rasakan pada bagian dagunya. Kesempatan itupun digunakan Junio untuk kabur dan berlari menuju kedalam gedung.

*******************************

“Bagaimana Jalal? Apa Junio sudah ketemu?” Tanya Arsa yang melihat Jalal kembali masuk kedalam gedung. Arsa , Jalal, Bharmal dan Humayun saling berpencar untuk mencari keberadaan Junio.

“Belum. Tapi sepertinya taman disebelah sana belum sempat aku datangi. Aku akan pergi kesana dulu,” jawab Jalal yang kini benar benar merasa cemas. Ditambah lagi ia harus melihat Jodha yang kini tengah menangis dipelukan Rukaiya yang berusaha menenangkannya.

“Aku ikut,” sahut Arsa dan dibalas Jalal dengan anggukan kepalanya.

Mereka pun setengah berlari menuju taman tersebut. Dan saat mereka hampir sampai, samar samar terlihat tubuh mungil Junio yang tengah berlari dengan cepat menuju kearah mereka.

“Junio!!!”

“Dadddyyyyy!!!!” pekik Junio dengan nafas terenngah engah. Dengan cepat Jalal menghampiri putra kesayangannya itu dan langsung menggedong tubuhnya.

“Junio sayang, kau kemana saja nak? Kami mencari carimu sejak tadi. daddy khawatir, nak. Mengapa kau berkeringat seperti ini? Dan dimana tuxedo mu?” Jalal mencecar Junio dengan pertanyaan yang membuat Junio hanya bisa menghela nafas berat.

“Daddy, disebelah sana ada…. Ada…….,”

“Ada apa Junio?” Tanya Arsa penasaran.

“Ada olang yang mau culik Junio, uncle. Ada dua olang! Meleka sudah Junio semplot pake pistol Junio yang isinya ail cabai sepelti yang daddy bilang. Tlus satunya lagi, sedang kesakitan kalena dagunya Junio hajal pake papan jungkat jungkit,” jelas Junio sontak membuat Jalal dan Arsa membulatkan matanya karena terkejut.

SECOND CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang