Cavan melempar sandalnya dan tepat mengenai kepala bagian belakang milik Devan.
"Sakit!"
"Lebay, udah biasa juga gue gituin."
"Kali ini sendal. Udah keras, kotor lagi!"
"Ya lagian daritadi ngga ada diemnya. Serius dikit dong, ini sepupu kita lagi butuh saran!"
Devan memicingkan matanya. "Saran apa? Gue baru banget duduk disini. Gue ngga tau apa yang lo berdua omongin!"
"Lo udah daritadi duduk disini. Cuma telinga lo itu ketutup sama earphone yang bikin lo budek sambil joget-joget gajelas. Gila!"
Devan sudah membuka mulutnya, siap membalas ucapan Cavan. Tapi dengan cepat Davino memasukan sebuah snack yang sedari tadi menemani mereka bertiga mengobrol kedalam mulut Devan. Devanpun tersedak dan wajahnya sudah memerah.
"Lo mau matiin gue ya, Dav?!"
Davino menatap Devan dengan datar.
"Lo lebay. Gue cuma ngga mau adu mulut antara lo sama Cavan berkelanjutan. Berisik."
"Udah, udah. Jadi gimana nih, lo udah bener-bener yakin mau nembak dan jadiin si Audrey itu pacar lo?"
Devan membulatkan matanya. "Lo mau nembak Audrey?!"
Cavan yang sudah terlalu kesal dengan Devan pun melempar apa saja yang ada di dekatnya. Termasuk remote TV.
"Aw!"
"Gue udah terlanjur kesel ya! Daritadi juga gue sama Davino ngomongin itu! Bolot!"
Davino menutup kedua telinganya dengan telapak tangannya.
"Lo berdua ribut aja terus, gue ngga jadi minta saran."
"EEHHH-EHHH!! Iya-iya, kita ngga ribut lagi. Kasih waktu buat mikir konsep penembakannya kaya apa."
Davino memutar matanya mendengar kata yang terselip pada kalimat yang diucapkan oleh Devan.
'Penembakan' Emang Audrey pidana yang kena hukuman mati.
"Gue ada ide nih," Ucap Cavan dan Devan bersamaan.
"Gue duluan lah Dev,"
"Gue Cav, ngalah kek."
"Gu—"
"TAI!"
Devan dan Cavan mengatupkan bibir mereka rapat-rapat. Davino sudah sangat emosi.
"Ngomong aja satu-satu ngga usah rebutan!"
"Lo duluan," Davino menunjuk Cavan.
"Jadi gini, lo harus buat suasana yang bener-bener ngga bisa dulupain sama dia. Tepatnya sih bikin kesan yang selalu diinget sama dia sampai kapanpun."
"Caranya?"
Cavan membisikan sesuatu ke telinga Davino. Mata Davino membulat saat mendengar bisikan Cavan.
"Nggak! Nggak! Apaan sih, norak!"
Devan yang tak mendengar bisikan Cavan kepada Davino pun mengernyit.
"Apa katanya?"
"Disuruh nembak di mall, gila kali. Ini pertama kali buat gue Cav."
Devan menepuk jidatnya. "Cavan mah bego jangan di dengerin. Soal tembak menembak itu udah urusan gue."
"Kalo ide lo gimana?"
Devan tersenyum penuh arti membuat Davino bergidik ngeri melihat senyumnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Am I?
Teen Fiction☑SUDAH TERBIT☑ [Highest rank: #1 on teenfiction] Davino Argya. Siswa yang terkenal di sekolahnya karna di cap sebagai badboy yang memiliki bad attitude dan wajah yang tampan. Banyak wanita yang tergila-gila padanya, bahkan ada yang menamai diri mere...