Dua Puluh Sembilan

239K 14.7K 3K
                                    

Davino menyetir mobilnya sambil terus mengernyit tak mengerti dan sesekali menoleh melihat sikap Audrey yang sangat aneh.

Padahal tadi pagi mereka baik-baik saja, tapi sejak istirahat tadi Audrey seperti tak tenang.

"Drey?"

Audrey menatap kosong ke jendela dan tidak menyahuti Davino sama sekali.

"Drey?"

Audrey masih diam. Tubuhnya memang ada di dalam mobil Davino tapi pikirannya melayang ke tempat lain.

"Audrey Refalina!"

Astaga Davino sampai harus nge-rem mendadak karna ia terus saja menoleh ke arah Audrey dan tak memperhatikan bahwa mobil di depannya berhenti karna lampu merah.

Audrey yang tersadar karna tubuhnya sedikit terhuyung kedepan akibat Davino yang nge-rem mendadak pun menoleh.

"Kamu kanapa Dav, kok nge-rem mendadak?"

Davino menatap Audrey tak percaya. Bahkan Audrey tak sadar bahwa yang membuat Davino tak konsen dalam menyetir adalah dirinya.

"Kamu yang kenapa."

Audrey mengernyit. "Kok aku?"

Davino menghela nafasnya. "Kamu daritadi aku panggilin diem aja. Aku nengok ke kamu terus, sampe mobil depan berhenti gara-gara lampu merah. Makanya aku nge-rem mendadak."

Audrey diam. Apa benar daritadi Davino memanggil dirinya? Tapi mengapa ia tak mendengar sama sekali?

"Kamu kenapa sih Drey?"

Audrey gelagapan sendiri saat menerima pertanyaan itu. Ia menutupi kegugupannya sebisa mungkin.

"Ga-gapapa. Emang kenapa?"

Davino memicingkan matanya. Ia merasakan itu. Ia merasa ada yang ditutupi oleh Audrey.

Saat Davino membuka mulutnya untuk berbicara tiba-tiba Audrey memotongnya.

"Dav, udah hijau."

Davino menatap lurus kedepan dan mulai mendengar klakson mobil yang berbunyi dari belakangnya. Dengan itu ia melajukan mobilnya dan memilih untuk tidak bertanya lagi kepada Audrey.

Dan Audrey? Ia melamun lagi. Tatapannya ke kaca jendela Davino kembali kosong.

**

Audrey yang baru saja sampai dirumahnya disambut oleh seorang yang sangat tak ingin ia lihat lagi di dalam hidupnya.

Orang itu duduk sendiri di ruang tengah dengan segelas jus jeruk instant di tangan kanannya dan ponsel di tangan kiri.

Tak ada yang berubah dari penampilan orang itu. Pakaiannya yang terlihat cukup cocok dikenakan olehnya, rambut blonde juga kacamata yang bertengger di batang hidungnya.

Orang itu, Malvin Thiele.

Malvin yang belum menyadari keberadaan Audrey masih asik memainkan ponselnya.

Audrey berdehem sedikit, dan Malvin pun mendongakan kepalanya.

Mata mereka bertemu. Mata itu, mata biru kehijauan itu. Mata yang selama ini Audrey rindukan. Mata yang pernah membuatnya menangis tersedu-sedu.

"Audi." Malvin tersenyum.

Audrey memalingkan wajahnya saat melihat senyum itu. Ia enggan melihat senyum itu lagi, karna pertama kali ia melihat senyum itu Audrey langsung jatuh cinta dengan seorang Malvin Thiele.

Malvin bangkit dari duduknya. Meletakan gelas dan ponselnya di meja lalu menghampiri Audrey.

Dengan satu gerakan. Malvin memeluk Audrey. Memeluknya dengan erat. Sedangkan Audrey hanya bisa diam terpaku.

Who Am I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang