Davino membuka matanya lalu mengernyit saat sinar lampu menyilaukannya.
Ia mengerjap berkali-kali lalu melihat sekeliling.
Gue dimana?
Davino melihat dirinya yang masih menggunakan seragam sekolah dan ruangan yang serba putih ini.
Kamar jenazah?
Davino menggeleng. Tidak mungkin ia mati hanya karna di keroyok oleh 6 orang. Itu terlalu cemen, menurutnya.
Dan setelah melihat barang-barang di ruangan ini, Davino menyimpulkan bahwa. Ia berada di rumah sakit.
Tiba-tiba pintu terbuka dan Davino melihat sosok yang tak asing untuknya sedang berdiri di ambang pintu dengan wajah cemas dan seragam sekolah yang sama sepertinya.
Bukan Audrey. Bukan Randy, Angga ataupun Ferdi.
Melainkan, Andini. Andini Redisya P, anak kelas 10 yang tak sengaja ia tabrak sampai kakinya keram.
Andini mendekat lalu duduk di kursi tepat disamping ranjang rumah sakit.
"Kaka gapapa?"
Davino mengernyit. Yang ia ingat hanya ia di keroyok oleh teman-teman Malvin lalu gelap.
Jadi, Andini yang membawanya kesini? Tapi... Bagaimana bisa?
"Lo yang bawa gue kesini?"
Perempuan dengan poni yang menutupi keningnya itu mengangguk.
"Tapi kan tadi gue ada di—gimana bisa?"
"Setiap sepulang sekolah, aku selalu kesana kak. Jemput kakak aku, kakak aku biasanya nunggu aku di gang tempat kakak tadi pingsan. Tapi pas aku kesana malah kakak yang ada disana."
Davino mengerjap berkali-kali. Jadi ia pingsan disana sampai jam pulang sekolah? Dan tidak ada yang menolongnya? Ternyata gang itu memang benar-benar sepi.
"Kaka kenapa bisa gini?"
"Gausah terlalu formal, biasa aja sama gue."
"Emm, ok. Lo kenapa bisa gini?"
"Gue abis ribut."
"Iyaa.. Itu gue tau, maksud gue sampe babak belur gini.."
"Di keroyok sama anak situ. Kakak lo sekolah disitu? Nama kakak lo siapa? Mungkin kakak lo kenal sama orang yang udah keroyok gue."
"Namanya Malvin, kak."
Davino menegang.
Jadi Malvin kakaknya Andini?
"Malvin Thiele?" Sambung Davino.
Andini menganga. Darimana Davino bisa tahu?
"Kok? Kakak tau?"
"Jadi Malvin Thiele kakak lo?"
Davino memperhatikan wajah Andini dengan seksama. Tidak ada mirip-miripnya sama sekali dengan Malvin. Malvin yang wajahnya kental dengan western, sedangkan Andini wajahnya lebih oriental.
"Iya. Kakak kenal?"
"Bahkan dia yang manggil temen-temennya buat keroyok gue, Din."
Bola mata Andini hampir saja keluar. Menurutnya, selama ini kakaknya adalah anak baik-baik. Bagaimana bisa, Malvin yang menurutnya baik malah menyuruh orang untuk mengeroyok Davino? Rasanya sulit di percaya.
Ini sulit dimengerti. Malvin yang se-wild itu ternyata kakak dari Andini yang terlihat sangat kalem.
"Kak Malvin ngga mungkin gitu," Andini menggeleng keras.

KAMU SEDANG MEMBACA
Who Am I?
Fiksi Remaja☑SUDAH TERBIT☑ [Highest rank: #1 on teenfiction] Davino Argya. Siswa yang terkenal di sekolahnya karna di cap sebagai badboy yang memiliki bad attitude dan wajah yang tampan. Banyak wanita yang tergila-gila padanya, bahkan ada yang menamai diri mere...