Enam Belas

256K 18K 580
                                    

Mama Davino tersenyum lembut setelah mendengar semua cerita Davino.

"Davino harus apa, Ma."

"Kamu cinta Audrey?"

Dan setiap ada yang menanyakan itu, Davino selalu gugup.

"Eng—ga. Kan Davino masih—"

"Iya. Kamu cinta Audrey."

Davino menyerah. Apa yang Mamanya bilang memang benar. Ia benar-benar jatuh cinta kepada Audrey.

"Pakai hati kamu, Mama juga yakin kok cinta kamu ngga bertepuk sebelah tangan."

"Tapi kali ini udah ada sangkut pautnya sama Tirta, Ma. Davino takut, Davino ngga bener-bener cinta sama Audrey. Davino takut, kepedulian Davino ke Audrey cuma karna Davino mau ngelindungin Audrey dari Tirta."

Latisha tersenyum senang. Akhirnya, Davino kembali mengucapkan kalimat panjang dengannya.

"Itu namanya kamu sayang sama dia. Karna rasa sayang itu yang bikin kamu mau ngelindungin dia dari siapapun yang bakalan nyakitin dia. Kamu ternyata buta soal cinta ya," Latisha mengusap puncak kepala Davino.

"Jadi, Davino harus apa?"

"Kamu yakinin dia, kalau apa yang Tirta ucap tentang kamu itu salah. Audrey pasti percaya sama kamu,"

"Tapi, Davino ngga bisa. Ini pertama kalinya buat Davino, Ma."

"Iya Mama ngerti. Kalo kamu emang masih kaget karna ini kali pertamanya kamu ngerasain permasalahan soal cinta, kamu tunggu sampai kamu siap buat perbaiki semuanya. Jangan lama-lama ya siapnya, jangan sampai Audrey semakin percaya sama Tirta. Karna perempuan kalo udah percaya sama seseorang ngga akan perduli sama ucapan orang lain."

Davino diam, ia mencoba meresapi tiap kalimat yang Latisha ucap.

Mungkin untuk saat ini, jaga jarak jalan terbaik.

**

Davino mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celananya lalu meletakannya dimeja. Membuat ketiga temannya melotot.

"Eh bego. Gue bercanda Dav!" Ferdi mengambil bungkus rokok itu lalu menyembunyikan di saku celananya.

"Tadi lo bilang mulut lo asem. Gue kasih malah ngatain bego,"

"Ya maksud Ferdi ke rooftop kek atau kemana gitu. Ini kantin Dav, kalo ada yang liat bisa berakhir di ruang BK kita ber-empat." Angga berbicara dengan wajah seriusnya.

Davino terkekeh kecil.
"Ya makanya lo bertiga kalo ngomong tuh yang jelas. Kalo gajelas kan sulit dimengerti, kayak cewek."

Ucapan Davino yang terdengar spontan itu membuat ketiga temannya tersenyum penuh arti.

"Gue mencium bau-bau pertengkaran nih."

Davino mengernyit saat melihat ketiga temannya menapatnya penuh arti.

"Apa?"

"Lo lagi ribut sama Audrey ya?"

Davino tersedak jus melonnya sendiri. Ia merasa bahwa teman-temannya ini punya indra ke-enam.

"Lo bertiga punya indra ke-enam ya? Coba kasih tau gue, setan di sekolah ini jenisnya apa aja?"

"Dav, jangan nyembunyiin masalah lo. Ayo cerita sama kita."

Davino menaikan satu alisnya saat Angga berbicara seperti itu.

"Apaansih kalian. Gue sama Audrey baik-baik aj—"

Who Am I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang