Iya, gue takut cinta gue bertepuk sebelah tangan.
Devan memperhatikan wajah Davino yang terlihat menyembunyikan sesuatu.
"Lo lagi jatuh cinta sama cewek kan? Tell me, who is she?"
Davino langsung gelagapan. "Engga. Apaan sih. Gue—engga."
"Davino, lo bukan pembohong yang handal." Devan terlihat menyeringai.
Davino menggeram kesal. "Ok-Ok. Iya. Kayanya, gue jatuh cinta. Kayanya."
"Lo emang jatuh cinta. Bukan 'kayanya' lagi."
Davino hanya diam. Mungkin yang Devan bilang itu benar.
"Who is she, Davino?"
"Lo ngga perlu tau."
"Ayolah. Gue kan sepupu lo, gue aja terbuka sama lo. Lo juga harus, Davino."
"Tapi, lo jangan bilang siapapun ya?"
"I'll keep the secret."
Davino menghela nafasnya.
"Perempuan yang tadi gue ajak video call. Dia. Gue jatuh cinta sama dia.""Boleh juga selara lo ya. She's cute, right?"
"Iya." Davino tak sadar bahwa pipinya sudah memerah, dan Devan melihat itu.
"Pipi lo blushing, astaga."
"Ha? Blushing? M-merah? Eng-ngga"
Devan tertawa terbahak-bahak melihat Davino segugup ini.
"Jadi?" Devan bertanya di sela-sela tawanya.
"Apa?"
"Sebenernya yang curhat siapa? Awalnya gue yang curhat, kenapa jadi lo yang ikut-ikutan curhat?" Devan masih terkekeh sambil sesekali memeriksa ponselnya.
"I—I don't know. Tapi serius, gue ngga tau harus ngasih solusi apa buat masalah lo sama pac—maksud gue mantan lo. Lo kan tau, gue ngga pernah pacaran."
"Yaaa. Iya gue paham. Dengan lo mau denger cerita gue juga, gue udah lega. Makasih lo ngga kabur kaya Cavan."
Davino tersenyum santai.
"Iyaaa, santai aja. Kalo ada apa-apa cerita sama gue aja."**
Dua hari kemudian...
"Davino, packing-nya udah?"
Davino yang mendengar namanya disebut pun menoleh, dan Latisha dengan pakaian rapih seperti biasa sudah ada di depan pintu kamar.
"Udah."
"Kita berangkat ke Bandara sebentar lagi, ayo turun. Pamitan sama semuanya." Latisha menghampiri Davino lalu mengusap kepalanya.
Tangan Latisha ditepis pelan oleh Davino. Dan itu membuat Latisha tersenyum getir.
Setelah itu Davino mengenakan ranselnya kemudian melenggang pergi meninggalkan Latisha sendiri dikamar.
Davino melihat keluarga besar-nya sudah berkumpul.
Salamin satu-satu nih? Copot tangan gue.
Davino memperhatikan sekeliling. Semuanya tersenyum. Tersenyum tulus, tidak seperti 8 tahun lalu.
"Davino, salam sama semuanya. Kita kan mau pulang."
Menghela nafasnya, Davino-pun menyalami semua orang yang ada di rumah Grandmanya. Kecuali, pekerja di rumah itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Who Am I?
Genç Kurgu☑SUDAH TERBIT☑ [Highest rank: #1 on teenfiction] Davino Argya. Siswa yang terkenal di sekolahnya karna di cap sebagai badboy yang memiliki bad attitude dan wajah yang tampan. Banyak wanita yang tergila-gila padanya, bahkan ada yang menamai diri mere...