Dua Puluh Empat

246K 17.9K 180
                                    

Davino mengatur nafasnya sendiri. Sesak di hatinya cukup menyiksa.

Dan semenjak hari itu Audrey mengatakan bahwa ia mengingat Malvin, mereka tidak berkomunikasi selama dua hari.

Hari ini harusnya ia sekolah karna masa liburan sudah habis. Cavan dan Devan juga sudah pulang.

Dan lagi, dirumahnya hanya tersisa dirinya Bi Yuna dan Satpam.

Davino melihat jam yang berada di dinding kamarnya. Baru jam 6.

Jika biasanya untuk menenangkan pikiran Davino pergi ke club, kali ini tidak. Entah kenapa, ia hanya tidak berminat untuk pergi ke club saat ini.

Dan penyebabnya yang bangun cukup pagi kali ini adalah, sebenarnya ia tidak tidur semalaman.

Kantung matanya sudah sedikit menghitam. Masalahnya dengan Audrey berdampak cukup besar untuk dirinya.

Pintu kamar Davino terbuka, Bi Yuna dengan wajah hati-hatinya kaget saat melihat Davino sudah bangun dan tengah terduduk di kasur dengan TV yang menyala.

Sebenarnya, TV itu menyala dari semalam. Walaupun menyala, tetap saja Davino tidak menontonnya.

"Den—maksud Bibi, Davino udah bangun? Davino sekolah hari ini?"

"Sekolah."

"Kalo gitu, Bibi buatin sarapan dulu—"

"Gausah. Saya sarapan di sekolah."

Bi Yuna yang tak mau ikut campur masalah Davino pun memilih pergi meninggalkan Davino.

"Kalo gitu, Bibi permisi ya."

Davino tidak menjawab dan langsung memasuki kamar mandi dengan langkah malasnya.

Ia butuh teman untuk bercerita. Ya, ketiga temannya mungkin bisa membantu. Maka dari itu, ia memaksakan diri untuk masuk sekolah hari ini.

**

Davino baru saja sampai di sekolahnya, ia berjalan santai melewati koridor yang masih sepi. Wajar, bel masuk masih 20 menit lagi dan Davino sudah datang.

Ini bisa dibilang rekor dunia.

Dari belakang Davino merasa seseorang menabrak bahunya dengan sengaja. Davino memperhatikan orang itu yang sudah berada di depannya sekarang.

"Ini Davino apa jelmaan Davino?" Tirta dengan wajah mengejeknya berdiri tepat di depan Davino, menghalangi jalannya.

"Gue males ribut hari ini." Davino menyingkirkan tubuh Tirta dengan lengannya.

"Kenapa? Lo pasti kesambet ya dateng jam segini? Atau udah tobat?"

Davino yang sedang memiliki banyak masalah tanpa pikir panjang mendorong tubuh Tirta hingga membentur tembok.

Tirta sedikit meringis karna benturan punggungnya dengan tembok sangat keras. Sangat.

Davino mencengkram dan menarik kerah seragam Tirta hingga kaki tirta sedikit terangkat.

"Gue. Lagi. Males. Ribut." Ucapnya dengan penekanan disetiap katanya.

Davino mendengus kesal lalu meninju tembok yang berada tepat di samping wajah Tirta. Jika meleset 2 centi saja mungkin tinjuan keras itu mendarat di wajah mulus Tirta.

"Lo. Jangan. Ganggu. Gue. Anjing!"

Davino melepas kerah seragam Tirta yang tadi ia cengkram dan melenggang pergi begitu saja.

Meninggalkan Tirta yang masih meringis sambil memegangi punggungnya.

Davino memasuki kelasnya yang masih sepi, dan langsung duduk di kursi kekuasaannya.

Who Am I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang