Tiga Puluh

244K 15.1K 578
                                    

Semanjak hari dimana Malvin mendatangi rumahnya, Audrey jadi orang yang lebih ceria. Bahkan lebih ceria dibanding sebelumnya.

Davino menyadari itu, ia senang pacarnya seceria sekarang. Tapi... Entahlah seperti ada sesuatu dalam dirinya yang memberinya dorongan untuk lebih menjaga Audrey.

Padahal Tirta sudah tidak pernah mengganggu Audrey lagi setelah berita hubungan mereka tersebar di sekolah. Jadi.. Sebenarnya Davino harus menjaga Audrey dari siapa?

Davino merasakan seseorang menepuk bahunya. Davino menoleh, Angga tengah memamerkan balon yang berhasil ia buat dari 4 buah permen karet yang ia makan. Tak peduli se-killer apa Bu Rena yang tengah berada di depan kelas. Toh, ia sudah memberikan tugas kepada murid di kelas Davino. Jadi ia tinggal santai-santai menunggu jam pelajarannya habis.

"Apa?"

Dan tiba-tiba saja balon itu meletus. Menciptakan sebuah suara yang cukup nyaring.

"Balon gue gede tadi." Ucap Angga yang kembali mengunyah permen karetnya.

Davino memutar bola matanya melihat tingkah Angga.

"Lo kenapa sih? Bete sama Bu Rena ya? Iya sama gue juga!"

Davino menaikan sebelah alisnya. "Gue ngga bete sama Bu Rena."

"Terus?"

"Terus apa?"

"Terus kenapa daritadi diem aja. Muka lo tuh kayak.... Lagi mikirin sesuatu. Lo punya hutang sama tukang jus di belakang ya? Berapa gelas jus melon yang belum lo bayar?"

Davino melempar pulpennya ke arah balon permen karet yang tengah di tiup oleh Angga. Dan... Tepat sasaran! Balon itu pecah dan melebar mengenai hidung Angga.

"Gue beliin lo sama yang lain Pie Susu sampe satu kardus aja ngga pake hutang-hutangan. Masa beli jus melon doang sampe dihutangin."

Angga menatap tajam ke arah Davino.

"Apa?"

"Permen gue kena hidung!"

"Yaudah makan lagi aja. Hidung lo ngga beracun juga kan."

Angga mengambil bungkus permen karetnya lalu membuang permen karetnya ke dalam bungkus itu menjadikannya bulatan kecil lalu melemparnya.

Dan... Mengenai kepala Tirta.

"Mampus!" Angga menutup mulutnya dengan tangannya sendiri. Menahan tawanya.

Davino hanya terkekeh melihat ekspresi Tirta yang kebingungan mencari siapa yang berani melempar bekas permen karet ke kepalanya.

Dan Tirta melihat Angga dan Davino yang tengah menahan tawa mereka. Dalam hatinya, ia bersumpah akan menghajar keduanya jika saja tidaknada Bu Rena di depannya.

'KRING..KRINGG'

Bu Rena baru saja keluar dari kelas, Angga dan Davino sudah bangkit dari duduknya. Mereka berdua ingin ke kantin.

Tapi saat melewati tempat duduk Tirta, tangan Tirta menahan dada keduanya agar berhenti.

Davino menatap Tirta dengan wajah datar. Angga menatap Tirta dengan wajah meremehkan. Dan Tirta menatap wajah mereka berdua dengan sirat kekesalan.

"Lo berdua yang ngelempar ini?" Ucap Tirta sambil menunjuka bungkus bermen karet beserta permen karet bekas di dalamnya.

Angga terkekeh. "Gue yang lempar. Ngga ada niat buat kenain lo, tapi permen karet bekas gue tertarik sama lo. Makannya lo jangan cari perhatian terus Ta, sampe permen karet bekas aja tertarik sama lo. Sedih."

Who Am I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang