Dua Puluh Dua

255K 18.3K 2.5K
                                    

Suapan bubur yang ketiga sudah masuk kedalam mulut Davino.

"Abis ini udah."

Audrey yang membawakan dan menyuapi bubur itu langsung melotot.

"Enak aja! Baru tiga suap! Sampe abis."

"Ck. Drey, gue ngga nafsu makan."

Audrey menghela nafasnya. "Heh, lo mau sembuh ngga?"

"Ngga."

Audrey mengernyitkan dahinya. "Lah kok?"

"Mau sakit aja supaya setiap hari disuapin makan sama lo."

Audrey menahan senyumnya lalu memasang wajah sok marah.

"Lebay banget! Cepetan, makan!"

Davino kembali membuka mulutnya dan menerima suapan ke-empat dari Audrey.

Dalam kunyahannya, Davino tersenyum melihat tingkah lucu Audrey.

Ya. Gue bener-bener jatuh cinta sama lo, Drey.

"Buka mulutnya!"

Davino tersadar dari lamunannya, lalu langsung membuka mulutnya.

Galak. Gue suka.

"Abis ini udahan ya? Sumpah Drey, kenyang banget. Bisa muntah gue kalo dipaksa."

Audrey berdecak. "Yaudah, satu lagi. Buka mulutnya."

Dan suapan terakhir bubur itupun masuk kedalam mulut Davino.

Audrey meraih segeleas air putih yang ada di meja dekat kasur Davino lalu menyodorkannya pada Davino.

"Masih sakit ngga?" Audrey menyentuh luka yang berada di kening Davino.

"Shh! Sakit."

"Eh, maaf-maaf. Minum obatnya ya? Bentar, gue siapin."

Audrey membuka obat yang masih terbungkus oleh alumunium lalu memberikannya kepada Davino.

Davino tersenyum lalu meminumnya.

Audrey terus memperhatikan Davino yang tengah meminum obatnya.

Davino yang sudah selesai meminum obatnya meraih kedua tangan Audrey, lalu menggenggamnya erat.

Jantung Audrey berpacu lebih cepat. Rasanya seperti ada bom yang akan meledak di dalam dirinya.

"Drey,"

Davino terlihat gugup sebelum akhirnya mengusapkan ibu jarinya di punggung tangan Audrey yang tengah ia genggam.

Setidaknya sentuhan itu memberikan kenyamanan untuk keduanya.

"Gue bukan cowok yang bisa nembak cewek dengan kesan. Gue bukan cowok yang nembak cewek dengan buket bunga atau coklat atau apapun itu. Gue bukan cowok romantis. Tapi gue harus akuin ini. Gue jatuh cinta sama lo, Drey. Gue bener-bener jatuh cinta sama lo.."

Audrey merasa nafasnya tercekat.

Davino menghela nafasnya. "Gue cinta sama lo. Gue sayang sama lo, Drey. Mulai sekarang kita pacaran."

Audrey tersenyum menahan tawanya.

"Kenapa? Ada yang lucu?"

"Lo lucu, tadi nembak apa pemaksaan?"

Pipi Davino memerah saat mendengar Audrey yang seperti mengerjainya.

"Apaan sih Drey.. Gue serius."

Who Am I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang