"Yaudah gue cerita."
Cavan membenarkan posisi duduknya lalu menyenggol Devan yang ada disebelahnya untuk ikut mendengarkan cerita Davino.
"Jadi, semalem lo kemana?"
Ada jeda beberapa detik sebelum akhirnya Davino menjawab, "Club."
Mata Devan dana Cavan melotot saat mendengar itu. Mereka tak menyangka bahwa Davino se-nakal itu.
Berbagai perkiraan muncul dikepala mereka.
Jangan-jangan Davino sering main sama cewek-cewek club?
Jangan-jangan Davino udah ngga perjaka?!
Jangan-jangan Davino sering minum?
Jangan-jangan Davino pake obat-obatan terlarang?!
Jangan-jangan Davino kaya gini karna mabuk?
Devan menatap Davino tak percaya sedangkan Cavan menggelengkan kepalanya.
"Ngapain lo di club?" Cavan bertanya dengan nada suara setenang mungkin.
Davino memejamkan matanya. "Gue stres. Setiap kesana, stres gue ilang."
"Masalah apa yang bikin lo sampe stres dan bikin lo jadi ke club?"
"Masalah gue banyak."
"Kalo ini ada hubungannya sama kejadian 8 tahun lalu, gue cap lo sebagai orang tolol."
Davino membuka matanya. "Maksud lo?"
"Club itu bukan tempat buat lo ilangin masalah lo. Itu cuma tempat supaya pikiran lo teralihkan dari semua masalah lo."
Davino diam. Ia geram. Cavan berbicara seenaknya, ia tidak tau bagaimana rasanya jadi Davino.
"Lo gatau gimana rasanya jadi gue."
"Walaupun gue gatau, gue ngerti. Sejak kapan lo suka kesana?"
"Sejak SMA."
Cavan menggeleng tak percaya. "Bahkan lo udah hampir 2 tahun nyentuh tempat itu? Lo rusak Dav."
Davino tertawa hambar. "Yang bikin rusak gue, keluarga gue sendiri."
Devan mulai panik saat mengetahui arah percakapan kakaknya dan Davino.
"Mau sampai kapan Dav? Grandma sering nangisin lo. Dia nyesel sama ucapan dia 8 tahun lalu. Lo udah SMA, seharusnya lo bisa maklumin kesalahan orang. Dewasa lah."
"Maklumin? Bahkan semenjak kejadian itu, nama gue tercoreng. Semua keluarga besar kita jadi tau kalo gue itu anak haram. Kehadiran gue ga diinginkan. Lo ngga tau seberapa kecewanya gue sama orang tua gue sendiri."
Cavan diam. Ia melihat wajah Davino yang sudah merah padam.
"Dan lo balik keadaan kaya gini gara-gara lo mabuk kan?"
Davino membuang pandangannya ke arah lain. Ia sangat marah. Ingin sekali rasanya ia meninju wajah Cavan, tapi Cavan sepupunya. Dia tidak mungkin bertingkah bodoh seperti itu.
"Lo harus mulai berhenti pergi ke club."
Davino menatap Cavan dengan sinis. "Lo ngga berhak nyuruh-nyuruh gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Am I?
Teen Fiction☑SUDAH TERBIT☑ [Highest rank: #1 on teenfiction] Davino Argya. Siswa yang terkenal di sekolahnya karna di cap sebagai badboy yang memiliki bad attitude dan wajah yang tampan. Banyak wanita yang tergila-gila padanya, bahkan ada yang menamai diri mere...