Davino mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Membelah jalanan ibu kota yang sedang tidak terlalu ramai.
Tak peduli ponselnya yang terus bergetar karna panggilan dari ketiga temannya secara bergantian.
Yang ia pedulikan saat ini hanya; Audrey yang tidak masuk sekolah dengan keterangan sakit.
Dengan segala rasa bersalah yang menghantui dirinya karna tidak menghubungi Audrey, ia yakin. Salah satu penyebab sakitnya Audrey adalah dirinya.
Davino menekan klakson mobilnya berkali-kali hingga seorang laki-laki dengan pakaian security membukakan pintu gerbang.
Davino mengernyit.
Perasaan, kemarin waktu gue kesini ngga ada Satpamnya. Apa gue salah rumah?
"Pak, ini rumahnya Audrey kan?"
"Iya betul, ada keperluan apa ya?"
"Saya harus ketemu Audrey, dia sakit kan?"
"Maaf tapi, anda siapa?"
Davino berdecak kesal.
"Saya pacarnya."
Dengan itu pak satpam pun membukakan pintu gerbang dan Davino membawa mobilnya masuk ke halaman rumah orang tua Audrey.
Davino turun dari mobilnya dengan tas yang tersampir di bahu kirinya, lalu menekan bel beberapa kali.
Dan asisten rumah tangga Audrey yang membukakan.
"Eh, Den... Den Davino ya? Cari Non Audrey ya? Masuk aja Den, Non Audrey lagi dikamarnya."
Dengan itu Davino memasuki rumah dan mencari-cari dimana kamar Audrey.
Berhubung di lantai 1 tidak ada pintu kamar, Davino pun menaiki anak tangga menuju lantai 2.
Matanya tertuju pada sebuah pintu berwarna putih dengan papan yang menggantung di pintu itu.
Audrey's Room.
Jangan coba-coba masuk kalo kamu bukan Audrey👊.Davino sedikit terkekeh sebelum akhirnya sadar. Sekarang bukan waktunya untuk terkekeh.
Davino mengetuk pintu kamar Audrey berkali-kali hingga pintu terbuka. Muncul lah Audrey dengan rambut yang di cepol acak-acakan, piyama bermotifkan winnie the pooh dan tissue yang menyumbat hidung merahnya.
Audrey sedang flu.
Mata Audrey membulat saat melihat siapa yang mengetuk pintunya.
"Kamu nga—"
Ucapan Audrey terpotong saat secara tiba-tiba Davino merengkuhnya dirinya. Memeluknya.
Audrey mengerjap berkali-kali. "Davino, kamu ngapa—"
"Maaf."
Audrey tersenyum di dalam pelukan Davino. Ia bernafas lega, akhirnya Davino tidak marah lagi.
"Maaf." Ucap Davino lagi.
"Maaf." Lagi.
"Maaf." Lagi.
"Maaf." Dan, Lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Who Am I?
Teenfikce☑SUDAH TERBIT☑ [Highest rank: #1 on teenfiction] Davino Argya. Siswa yang terkenal di sekolahnya karna di cap sebagai badboy yang memiliki bad attitude dan wajah yang tampan. Banyak wanita yang tergila-gila padanya, bahkan ada yang menamai diri mere...