Delapan

302K 22.6K 2.9K
                                    

Davino berdiri di depan kaca kamar mandinya sambil membetulkan dasi abu-abunya.

Saat tengah serius, ponselnya berdenting. Davino keluar dari kamar mandi dan langsung meraih ponsel yang ada di kasurnya.

Audrey Refalina : Pagi Davino.

Jantung Davino berdetak lebih cepat dari biasanya. Ini yang pertama kali untuknya.

"Jantung gue kenapa ini? Jangan-jangan gue punya penyakit jantung."

Davino membalas pesan dari Audrey dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

Davino Argya : Pagi juga Drey.

Davino menaruh ponsel disaku kemudian mengenakan sepatunya, setelah itu mangambil kunci mobilnya dan bergegas pergi ke sekolah.

Perlu dicatat. Hari ini, pagi ini, seorang Davino Argya bergegas pergi ke sekolah. Bergegas. Tidak seperti biasanya.

Sesampainya di sekolah, Davino memarkirkan mobilnya. Lalu turun dan memeriksa ponselnya.

Audrey Refalina : Berangkat sana. Jangan telat mulu, Dav.

Davino terkekeh kecil, lalu melihat jam di ponselnya.

Bahkan gue dateng 15 menit sebelum bel masuk bunyi Drey.

Davino Argya : Iya. Malah gue udah sampe sekolah.

Davino berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya. Kelasnya masih sepi. Hanya ada beberapa murid, bahkan Tirta si murid yang suka carmuk pun belum datang.

Davino duduk di kursinya lalu memeriksa ponselnya lagi. Audrey sudah membalas pesannya.

Audrey Refalina : Lo udah sampe? Tumben. Ada angin apa lo tiba-tiba dateng ke sekolah ngga telat gini?

Davino Argyo : Gapapa. Mau dateng aja. Kantin yuk Drey?

Menunggu sekitar 10 menit, ponsel Davino kembali berdenting.

Audrey Refalina : Gue ngga sekolah Dav.

Davino membulatkan matanya.

Davino Argya : Kenapa? Lo ngga di apa-apain Tirta kan?

Audrey Refalina : Engga, ini ngga ada sangkut paut sama Tirta kok. Gue ngga enak badan aja.

Davino Argya : Lo suka bubur ayam ngga?

Audrey Refalina : Suka. Kenapa?

Davino Argya : Gapapa. Yaudah lo istirahat aja. Jangan main hp terus.

Who Am I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang