CHAPTER 4

206 6 0
                                    

“Sebenarnya, kapan mama dan papa akan pulang ?? sudah dua minggu lebih mereka di paris.”

“Aku juga tidak tahu, mungkin sebaiknya kita menelfon mereka saja”

“Pilihan yang bagus”

        Lauren mulai mencari nomor telfon mamanya dalam kontak-nya dan segera menelfon, sesaat telfon pun tersambung.

“Halo, apa ini dengan mama ?“

“Ya ini mama lauren”

“Bagaimana kabar mama dan papa ?”

“Kabar kami berdua baik saja kok”

        Carly yang sudah tak sabar langsung merebut telfon dari lauren.

“Kapan mama akan pulang ?”

“Mungkin dua hari lagi, apa kau merindukan mama dan papa ?”

“Pastinya aku merindukan kalian berdua.”

“Mama dan papa juga merindukan kalian.  Jadi, kalian berdua bersabar dulu yah ?”

“Baiklah……… ”

“Mama sedang sibuk, mama matikan telfonnya dulu.  Besok baru mama telfon lagi.  Jaga kalian baik-baik”

“Aku mengerti”

        Setelah telfon terputus, carly mengembalikan i-phone lauren.  Dan ia melangkahkan kakinya ke ruang keluarga untuk duduk.  Lauren pun mengikutinya dan ikut mengehempaskan dirinya di sofa

“Memangnya apa yang dikatakan oleh mama ?”

“Dia bilang mungkin hari senin baru mereka berdua kembali kesini.  Juga ia bilang kalau kita harus bersabar dan jaga diri dengan baik.  Katanya ia lagi sibuk, jadi telfonnya harus segera dimatikan”

“Huft……… betapa malangnya nasib kita berdua carly.  Orang tua kita begitu sibuk dan tidak memperhatikan kita.  Juga satu lagi mereka berdua hanya memberikan kita berdua fasilitas yang mewah. Apa kau sepaham denganku ?”

“Mmm… aku sepaham denganmu.  Kalau papa dan mama pulang, kita harus menntut mereka agar menemani kita ke jalan-jalan seharian.  Kau setuju ??”

“Aku sangat dan sangat setuju carly.  Kita harus menuntut mereka.  Semangat !!”

“Semangat !!! tapi ngomong-ngomong sebenarnya kita ini mau demo apa ?? pakai semangat segala ? ”

“Hehehe ^-^ ternyata otakmu bisa berpikir juga. ”

“Memangnya otakku tidak bisa idajak bekerja apa ? gini-gini aku calon psikologi loh, kau tahu ? kalau seorang psikologi itu harus pintar jadi kau jangan memandanga aku rendah”

“Iya, tapi sepertinya kakakmu ini lebih pintar darimu.  Karena selalu mendesain baju yang keren dan bagus untuk para penyanyi maupun artis.  Jadi kau harus bangga mempunyai kakak sepertiku.  Jarang-jarang loh seseorang dapat mempunyai kakak yang bekerja sebagai desainer terkenal ”

        Lauren tidak menyadari bahwa carly sedari tadi sudah jengkel mendengar ocehan lauren.  Apalagi saat lauren mengatakan bahwa ‘carly harus bangga mempunyai kakak sepertinya yang bekerja sebagai seorang desainer’.  Padahal lauren hanya bercanda dengan kalimat tersebut, tapi carly malahan menganngap bahwa perkataan itu malah merendahkan dirinya.

DESTINY IN DREAMSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang