Part 7 : Salute

118K 9.9K 500
                                    

Di jam istirahat, Oliver dan teman-temannya membawa sebuah tas dan pergi menuju lapangan. Adrian menghampiri kerekan bendera, dan Oliver melempar tas tersebut ke arahnya.

Fino celingak-celinguk memperhatikan keadaan sekitar, agar sang pemilik tas tidak tahu bahwa tas nya kini menjadi bahan pembullyan geng Oliver.

Chandra membantu Adrian untuk membuka kaitan tali yang ada pada kerekan bendera, setelah tali tersebut terbuka, ia menggantungkan tasnya ke tali tersebut. Adrian menarik tali kerekan bendera, hingga membuat tas berwarna pink itu mencapai puncak tiang.

Anak-anak yang berlalu lalang dikoridor hanya melihatnya sebentar dan berlalu begitu saja, seakan pemandangan tersebut sudah biasa. Ada juga yang mengambil kamera lalu menjepret kegiatan Oliver dan teman-temannya.

Setelah itu, Chandra mengikat kembali tali itu di tiang, lalu mereka berlari menuju kantin melalui ruang janitor yang berada disamping sekolah.

"Udah lama gue gak ngelakuin kayak gini," Ucap Adrian sambil tertawa.

Oliver tersenyum miring, Chandra dan Fino bertos-tosan. Mereka berjalan dengan santai hingga akhirnya Chandra membuka suaranya. "Gimana dating lo sama Olivia, Li?"

Mengingat Olivia, ia jadi ingat buku diary perempuan itu yang tertinggal di rumahnya. Oliver baru membuka halaman kedua dan belum membacanya sampai selesai, dan saat ini buku tersebut ia taruh dibawah bantalnya. Agar saat ia hendak tertidur, ia bisa membacanya terlebih dahulu. Oliver tahu bahwa ini melanggar privasi perempuan itu, tapi karena ia sudah penasaran, ya mau bagaimana lagi? Lagipula ia mau membuktikan, apakah benar Olivia yang merupakan tutornya itu adalah cinta pertamanya waktu ia berumur 8 tahun?

Aneh sekali bukan bahwa Oliver jatuh cinta saat berumur 8 tahun? Ia tahu bahwa itu adalah cinta monyet, namun tetap saja membuat laki-laki itu penasaran dengan sosok seorang Olivia.

"Heh, ngapain lo bengong aja daritadi, jawab dong!" Ucap Chandra sambil menyenggol Oliver, yang membuat Oliver tersadar bahwa kini ia berada di kantin.

"Kan udah gue bilang dari kemaren, kalo dia cuma jadi tutor gue doang. Gak lebih," Ucap Oliver singkat sambil membeli sebuah milkshake.

"Eh gue sama Rian ke tempat nasi goreng yak! Dadah!" Ucap Fino sambil merangkul Adrian, persis layaknya homo yang jalan berduaan.

Oliver pun jijik melihat mereka, lalu memalingkan kepalanya kearah ibu-ibu yang menjual milkshake. Memberikan uang kertas sebesar 5 ribu, Si Ibu tersebut memberikan milkshake nya kepada Oliver, lalu laki-laki itu pergi tanpa mengucapkan terimakasih. Chandra mengikutinya dari belakang.

"Lo gak jajan, Chand?" Tanya Oliver menghampiri meja spesialnya itu, dan mendaratkan bokongnya disana.

Chandra menggeleng, ia mengatakan bahwa Ia masih kenyang dengan masakan Ibunya yang dibuat pagi tadi, lalu datanglah Adrian dan Fino yang membawa nasi goreng dengan gelas berisi es teh manis. Banyak topik yang dibicarakan oleh mereka, dari Bu Wina yang memakai jilbab layaknya memakai helm sampai anak Pak Rahmat yang memiliki kepribadian ganda, hingga tak lama, datanglah Olivia yang menghampiri meja Oliver.

"Oliver," Panggil Olivia singkat, yang membuat teman-teman Oliver menengok kearah perempuan tersebut.

Fino berdeham sambil menggosok-gosokan pangkal hidungnya, ia beranjak berdiri. "Gue ke toilet dulu ya, udah kebelet, bye," Ucapnya sambil memegang perutnya lalu berjalan dengan sedikit cepat.

Adrian yang melihat Fino kabur pun, lantas tiba-tiba memegang perutnya juga. "Duh, kayak nya nasi goreng yang gue makan, cabe nya pake rawit nih, Fino tungguin!"

When The Badboy Meets The FangirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang