Part 12 : Cry Baby

117K 9.9K 454
                                    

"Wah, ada yang lo sembunyiin dari kita ya?" Tanya Chandra menggoda sambil berpindah ke tempat duduk Olivia.

Betapa inginnya Ia membakar teman-temannya satu persatu. Untung temen. Begitu pikirnya.

"Jelasin ke kita-kita, ada apa sama lo dan Olivia?" Tanya Adrian. Tumben ia menjadi penasaran, biasanya ia tidak peduli dengan keadaan sekitar.

"Oke gue kasih tau, tapi satu syarat," Oliver menatap tajam teman-temannya, "Mulut kalian jangan ember."

Teman-temannya terkesiap, lalu mengangguk secara bersamaan. Oliver pun menghela napasnya sejenak, dan mulai menceritakan kejadiannya. Dari saat ia menemukan buku diary Olivia yang tertinggal di rumahnya, dan belum di kembalikan, sampai bercerita tentang masa kecilnya yang bertemu dengan seorang gadis yang bernama Olivia pula, dan akhirnya Oliver jatuh cinta dengan gadis itu. Namun sayangnya, belum lama Oliver mengenal gadis itu, ia sudah pergi keluar kota tanpa pamit kepadanya.

"Turut berduka cita, tentang cinta pertama lo yang berujung dengan cliffhanger." Ucap Fino dengan wajah iba yang dibuat-buat.

"B aja kali," Balas Oliver dengan senyum mirisnya.

"Terus lo udah ngeliat isi dari diary itu?" Tanya Chandra menatap Oliver. Sang lawan bicara nya pun mengangguk.

Fino berdeham. "Lo harus balikin buku itu secepatnya, Oliver. Cepat atau lambat pasti dia juga tau, kalo lo nyimpen buku diary nya. Kalo ketauan kan bisa kena masalah? Kayak jadi musuhan gitu? Atau gak Olivia ngejauhin lo, padahal lo lagi pdkt sama dia kan?"

Satu rahasia nya terbongkar lagi, yang membuat ia mengusap wajahnya dengan kasar. "Lo tau darimana sih?"

"Cara lo natap dia, beda kayak cara lo natap orang lain." Adrian berucap sambil melipat tangannya.

"Yaudah sih, gue lurusin ya. Mending lo jalanin aja dulu, kalo ada masalah langsung bilang sama kita, gak usah lo pendem sendiri. Apa gunanya temen, kalo bukan untuk saling membantu?"

"Widih, tumben bener," Fino membalas perkataan Chandra dengan senyum tengilnya.

Chandra mencibir. "Gue bener, salah. Gue salah, juga salah. Terserah. Batin gue capek."

"Baperan lu ah, kayak cewek lagi pms aja," Adrian memutar bola matanya, lalu ia mencari topik lain untuk dibicarakan, agar Oliver tidak berlarut-larut dalan kesedihannya.

***

Sesampainya ia di rumah, Olivia kelabakan. Pasalnya, ponselnya masih ada di tangan Oliver. Mengapa ia bisa lupa?! Begitu pikirnya. Olivia tidak tahu harus bagaimana lagi, sehingga ia harus meminta pertolongan kepada Kakaknya.

"ABANG! BUKA PINTUNYA!" Teriak Olivia sambil menggedor-gedor pintu kamar Milo.

Pintu terbuka memperlihatkan Milo yang memakai baju santainya. Tanpa izin dari Kakaknya itu, ia langsung masuk kedalam kamar Milo.

"Ada apaan sih? Berisik tau gak?" Cerocos Milo menatap adiknya yang mencari sesuatu di kasurnya.

"Gue minjem hape lo dong! Penting nih,"

"Buat apaan? Hape lo kan ada, ngapain minjem punya orang."

Olivia harus mencari alasan agar Milo meminjamkan ponselnya. Tidak mungkin bukan, bahwa ia harus bilang ponselnya disita Oliver? Yang ada Olivia malah di ceng-cengin sama Milo.

"Hape gue ketinggalan di rumah temen!" Olivia berharap agar Milo percaya akan ucapannya, mengingat ia tidak pandai dalam urusan bohong-berbohong.

When The Badboy Meets The FangirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang