"Oliver."
Oliver yang menundukkan kepalanya, langsung menatap sang pemanggil, dan menaikkan sebelah alisnya.
"Lo mau ikut nonton konser 5SOS sama gue gak?"
"Enggak."
Olivia yang mendengarnya, lantas memukul tangan Oliver yang sedang ia obati dengan obat merah. Oliver meringis.
"Lo niat ngobatin gue, apa enggak sih?" tanya Oliver dengan kesal, dan menarik tangannya dari pegangan Olivia.
Mereka kini berada di UKS, dan Oliver terpaksa mengikutinya, karena Olivia yang memaksa, dan saat Olivia bertemu dengan petugas UKS, ia langsung meminta obat merah dan sebuah perban untuk mengobati buku jari lelaki itu.
Olivia mengambil tangan Oliver lagi, lalu memperban tangan lelaki itu, dan dengan sengaja ia menggulung perban itu dengan kencang, yang membuat Oliver lagi-lagi meringis.
Lelaki itu melakukan hal sama seperti tadi, yaitu menarik tangannya kembali, dan menggulung perbannya sendiri. "Kalo gak niat, gak usah nolongin gue," ocehnya dengan singkat.
Olivia cemberut. "Lo cuma satu-satunya harapan gue, please tolongin gue, Oliver,"
"Gak mau."
"Gue yang bayarin deh!" Olivia memohon.
"Gak usah,"
Olivia menatap lelaki itu dengan terheran-heran. Apa maksudnya? Ia tidak mengerti.
Seakan mengerti dengan raut wajah Olivia, Oliver mengambil sebuah dompet yang ada disaku belakang celana abu-abunya, lalu mengambil sesuatu, dan memberikannya ke Olivia.
Perempuan itu mengambilnya dengan tangan yang bergetar, dan menutup mulutnya saking tidak percaya apa yang sedang dipegangnya sekarang.
"OLIVER ANJING, LO DAPET INI DARIMANA ASTAGA? KENAPA BI-" dengan cepat Oliver membekap mulut Olivia agar ia tidak berteriak.
Apakah Olivia sudah gila, berteriak di dalam ruangan UKS?
"Berisik, balikin tiket gue sini," Oliver mengambil tiket konser yang dipegang Olivia.
Olivia melepas tangan Oliver yang membekapnya. "Lo beli kapan?! Kenapa gak bilang sama gue?! Kan kita bisa bareng!"
"Lupa, dan for your information, tiket fanpit udah abis, tinggal sisa tribun doang,"
"WHAT THE?! SERIUSAN ANJ-"
Oliver menganggukan kepalanya dengan wajah polosnya.
"LO TAU DARIMANA ANJIR?" Olivia berteriak sambil memegang roknya.
"Gue punya mata-mata."
Olivia hendak menangis lagi untuk kedua kalinya. Mengapa ia menjadi seseorang yang cengeng? Kalau ia membeli tiket tribun, ia tidak bisa melihat idolanya dalam jarak dekat, ia hanya bisa melihatnya dari layar besar yang terpasang disisi kanan dan kirinya. Menurutnya, itu sama saja bohong! seperti melihatnya dalam televisi. Kalau kata Olivia mah, gak asoy!
Olivia benci apabila ia sedang pms. Itu seperti bukan dirinya, terkadang mood mempengaruhi sifatnya apabila sedang menstruasi, dan pasti bukan hanya Olivia yang mengalaminya.
Ia mengusap wajahnya dengan kasar, matanya sudah memerah karena menangis, kalau ia membeli tiket dari calo pasti harganya lebih mahal dua kali lipat dari harga yang seharusnya, kan ia juga yang rugi.
"Balik ke kelas, yuk? Nangis mulu lo," Oliver merangkul perempuan itu, dan mengajaknya berjalan, keluar ruang UKS. Semoga saja Olivia tidak sadar bahwa Oliver sedang merangkulnya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Badboy Meets The Fangirl
Teen Fiction[BOOK 1 OF WHEN THE BADBOY MEETS THE FANGIRL] -SUDAH DITERBITKAN- BEBERAPA CHAPTER SUDAH DIHAPUS. Highest Ranking : #7 Fiksi Remaja, 16 November 2016 Ini hanyalah berkisah tentang Oliver seorang badboy di SMA Cendrawasih yang kepergok oleh seorang...