Di apartemen Oliver, mereka berdua terdiam, tidak membuka suaranya sama sekali. Olivia sempat menanyakan apa maksud dari perkataan Oliver tadi, dan ia hanya menggeleng dan mengatakan bahwa pertanyaan itu tidak penting dan menyuruhnya untuk melupakan pertanyaan yang ia lontarkan tadi.
Menaruh belanjaannya di meja dapur, Oliver mengeluarkan belanjaannya dari kantong, dan mengambil alat-alat untuk memasak. Dapur Oliver sangatlah lengkap, ada berbagai macam alat-alat untuk memasak. Orang tua Oliver yang membelinya dan menaruh alat-alat dapur disana, agar Oliver bisa leluasa menggunakannya.
Sedangkan, dagu Olivia berpangku pada tangannya dan ia meniup rambut di dahinya yang tidak terikat dari kunciran. Sambil melihat Oliver, ia memperhatikannya dengan tatapan yang sulit dimengerti. Oliver adalah lelaki yang sulit ditebak. Jarang sekali Olivia bertemu dengan seorang lelaki yang satu spesies dengan Oliver, karen sifat lelaki itu sangat membingungkan.
Disatu sisi, Oliver sangat baik terhadapnya, dan disatu sisi lainnya, ia adalah orang yang cuek, dingin, dan pendiam. Mungkin bagi kalangan anak-anak SMA Cendrawasih option kedua lah yang sering mereka lihat. Padahal kalau kalian sudah mengenal Oliver lebih jauh, ia baik sebenarnya. Wait, apakah Olivia mengatakan bahwa ia sudah mengenal Oliver lebih jauh? Ah, tidak juga. Ia hanya mengetahui tentang masalah Oliver dengan orang tuanya, tidak ada yang lain.
Olivia membuka ponselnya, lalu mengirim pesan ke Bunda nya, bahwa ia sedang mengajar Oliver, jadi ia tidak bisa pulang cepat hari ini. Ngomong-ngomong soal Bunda, Olivia belum menceritakan tentang idolanya yang konser di Indonesia, ia takut, Dinda tidak mengizinkannya.
Apalagi saat One Direction konser di Indonesia, dan ia sedang melaksanakan ujian, Dinda memarahinya karena ujian harus di pentingkan dulu. Katanya, konser musik hanya membuang-buang uang. Lebih baik untuk menabung, lalu membeli makanan, kenyang deh.
Ingin sekali Olivia berkata halus.
Jadi, saat pulang sekolah, ia mengisi kuota modemnya yang banyak, lalu saat konser sudah di mulai, ia hanya live streaming di sebuah website radio. Itu pun Olivia hanya bisa mendengarkan keriuhan yang terjadi disana, bisa dirasakan tangan Olivia berkeringat lalu tak lama ia menangis sendiri dikamarnya, karena ia sangat menyesal tidak bisa ikut kesana.
Dan saat konser telah selesai, One Direction mengirimkan sebuah postingan di facebooknya dan mengatakan bahwa Zayn Malik keluar dari One Direction. Saat mendengar hal itu, esoknya ia tidak masuk sekolah karena mengurung diri dan mogok makan. Lebay memang, namun begitulah Olivia.
Dinda menasehatinya dengan berkata, bahwa itu sudah keputusan Idolanya untuk mengundurkan diri dari sebuah grup, tidak ada yang disesali, karena itu sudah terjadi. Ya, Olivia sebagai fans harus bisa apa? Hanya menerima kenyataan yang sudah terjadi. Dinda juga berkata, bahwa Olivia harus tetap mendukung idolanya walaupun ia tidak bergabung dengan satu grup band nya.
Dan itu terbukti sampai sekarang. Buktinya, kini Zayn telah mengeluarkan album nya sendiri, dan laku di pasaran. Olivia mengakui bahwa ia bangga karena hal itu.
Tiba-tiba ada tangan seseorang yang menepuk pundaknya sehingga membuat ia tersadar dari lamunannya.
"Bengong mulu, kesurupan baru tau rasa, tuangin terigunya ke sini," Oliver memberikan terigu itu, yang membuat Olivia mengambilnya dan menuangkan terigu itu ke dalam mangkuk yang lumayan besar sedangkan Oliver sedang memisahkan kuning telur dengan putih telur.
Ia pandai juga dalam hal misah memisahkan, jangan-jangan ia juga pandai dalam memisahkan hubungan orang lagi?
Enggak deng.
Oliver mengocok telur itu dengan mixer, lalu menambahkan sesuatu kedalamnya, entah gula atau garam, Olivia tidak tahu, ia buta akan hal itu, kecuali kalau ia merasakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Badboy Meets The Fangirl
Teen Fiction[BOOK 1 OF WHEN THE BADBOY MEETS THE FANGIRL] -SUDAH DITERBITKAN- BEBERAPA CHAPTER SUDAH DIHAPUS. Highest Ranking : #7 Fiksi Remaja, 16 November 2016 Ini hanyalah berkisah tentang Oliver seorang badboy di SMA Cendrawasih yang kepergok oleh seorang...