Seminggu yang lalu sudah terlewatkan, dan Olivia semakin sibuk belajar mengingat minggu-minggu ini, ulangan tengah semester diadakan. Aktifitas fangirlingnya terpaksa ia hentikan sejenak, karena tidak ingin nilai ulangannya jelek akibat bermain ponsel terlalu lama, dan melupakan pelajaran.
Dan seminggu yang lalu pula, Olivia sering belajar bersama dengan Oliver, tentu bukan dipelajaran fisika saja, tetapi seluruh mata pelajaran, karena ia tidak ingin lelaki itu tertinggal jauh dibawahnya, dan ia ingin menyelesaikan tugasnya sebagai tutor apabila Oliver berhasil mencapai nilai diatas KKM.
Tentu saja, Olivia sudah mengatakannya tentang hal itu, dari jauh-jauh hari, dan respon Oliver hanya terdiam dan berakhir menjadi melamun. Entah apa yang ia pikirkan, namun itu membuat Olivia khawatir sekaligus ngeri sendiri. Ia khawatir karena takut hal itu akan menambah beban Oliver, dan ngeri karena apabila lelaki itu kebanyakan melamun, ia bisa saja kesurupan.
Mengambil penghapus, Olivia menghapus jawabannya yang salah, dan memilih pilihan ganda A. Tinggal lima soal lagi yang belum terselesaikan.
Ia menggigiti ujung pensil seraya mencari jawaban yang menurutnya benar. Ia bingung, padahal semalam ia sudah belajar, tetapi mengapa tidak sepenuhnya masuk ke otaknya?
Menengok kebelakang, ia melihat Rafa yang sedang tertidur di mejanya. Serius? Apakah ia sudah selesai mengerjakan soal-soal? Penasaran, Olivia memukul kepala lelaki itu dengan menggunakan pensil, yang membuat ia terbangun lalu meringis.
Olivia mengangkat kertas ulangan yang berisi soal-soal agar tidak terlihat oleh pengawas, lalu kepalanya menengok ke belakang. "Lo udah beres semua?" tanyanya tanpa suara.
Disebelah meja Rafa, ada Rina yang sibuk mengerjakan soal sedari tadi. Sebenarnya, Olivia hendak menyontek jawaban Rina daritadi, tetapi Olivia tahu, Rina bakalan bolot kalau sedang ulangan. Jadi percuma saja, kalau Olivia nanya tapi dihiraukan.
"Udah, emang kenapa?" jawab Rafa sambil menguap.
"Gak ngasal kan?" tanya Olivia lagi.
"Enggak ya ampun, yakali gue ngasal, mau nyontek bukan? Nih," Rafa membalikkan kertasnya menghadap Olivia.
"Ih Rafa peka, jadi makin sayang," Olivia tersenyum manis, lalu menghapal jawaban Rafa, melihat ke arah pengawas, ternyata pengawasnya sedang sibuk tertidur. Syukurlah.
Dengan begitu, Olivia menengok kebelakang lagi, dan langsung mengambil kertas jawaban Rafa, setelah itu menyamakan isinya dengan jawaban lelaki itu.
Selesai dengan pekerjaannya, Olivia memberikan kertas itu kembali ke orang yang punyanya. "Makasih,"
Rafa membalasnya sambil tersenyum, "Kembali kasih, sayang,"
"Najis."
Rafa tertawa cekikikan, lalu menutup mulutnya saat melihat pengawas itu terbangun dan melotot kearahnya.
Didepannya, Olivia gatal untuk tidak tersenyum saat melihat kelakuan Rafa.
°°°
Mungkin seminggu yang lalu, merupakan hari terbaik yang pernah ada, bagi seorang Oliver Jonathan Naufaldi. Bagaimana tidak? Ia bisa tertawa lepas begitu saja dengan keluarga Olivia.
Bahkan Tante Dinda, mengajaknya makan malam bersama, dan disaat bersamaan Ayah Olivia pulang bekerja, dan tentu saja ia menyambutnya dengan hangat. Sungguh, saat malam itu, Oliver keluar dari zona nyamannya, dan itu merupakan suatu hal baru baginya.
Chandra menyenggol bahu Oliver agar lelaki itu tidak melamun terus-terusan. Kini mereka sedang ada di kantin, dan Oliver hanya diam membisu sambil menatap makanannya yang sudah dingin. Teman-temannya pun tidak mengerti mengapa akhir-akhir ini Oliver sering melamun.
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Badboy Meets The Fangirl
أدب المراهقين[BOOK 1 OF WHEN THE BADBOY MEETS THE FANGIRL] -SUDAH DITERBITKAN- BEBERAPA CHAPTER SUDAH DIHAPUS. Highest Ranking : #7 Fiksi Remaja, 16 November 2016 Ini hanyalah berkisah tentang Oliver seorang badboy di SMA Cendrawasih yang kepergok oleh seorang...