Dua hari kemudian, Oliver tidak masuk sekolah. Ia malas sekali untuk bangkit dari tempat tidurnya, karena kasurnya memiliki magnet tersendiri sehingga ia betah disana. Kemarin, saat adegan memalukan, Oliver menangis di bahu perempuan itu, ia sadar-tidak sadar sebenarnya.
Ia hanya merasakan kepalanya pusing, lalu tanpa pikir panjang ia malah keceplosan menceritakan tentang perihal keluarganya kepada Olivia. Penyebabnya karena alkohol sialan itu, coba saja apabila Oliver tidak meminumnya, pasti hal itu tidak akan terjadi.
Sesungguhnya itu adalah hal paling memalukan sekaligus ter-ngakak yang pernah dilakukan oleh seorang Oliver Jonathan Naufaldi. Tetapi disamping itu, ia sangat beruntung bisa memeluk Olivia kemarin, itung-itung modus. Bahkan saat memikirnya pun ia tidak bisa berhenti tersenyum.
Oh, Oliver anaknya Mama Gina sedang jatuh cinta rupanya.
Saat Olivia menangis, lalu perempuan itu berkata bahwa ia menangis bukan karena iba melainkan karena ia sedang pms dan terbawa suasana, Oliver hendak tertawa sebenarnya, namun ia tahan, agar suasana menyedihkan itu tetap terjadi. Aneh memang.
Dulu, saat berpacaran dengan Alisha, ia tidak pernah sebahagia ini. Tetapi lihatlah sekarang, walaupun Olivia cuma gebetannya, tetapi itu cukup membuat Oliver tersenyum sepanjang hari.
Ia mengambil ponselnya yang berada di meja sebelah kasurnya, lalu membuka layarnya. Matanya menyipit saat melihat layar itu, karena lampu kamarnya ia matikan dan ia baru bangun tidur.
Membuka aplikasi chatting-nya, Ia melihat grup yang berisi 4 orang termasuk dirinya itu.
fino : mumet gue sama bu dian :(
Chandra : napa u? Tumben gk pake capslock.
fino : bayangin dong, gue disuruh ngerjain soal fisika satu buku karena ngegoda anak cewek yang lagi belajar.
Muhammad Adrian : yaiyalah bego (:
Sudah tahu, Bu Dian garang, masih juga ia mengerjai teman-temannya disaat ada pelajaran guru itu.
Oliver : bilangin ke guru yang ngajar nanti, gue gak masuk. Sakit.
Pesan itu sebenarnya ditujukan oleh Adrian mengingat ia berdua satu kelas. Tetapi, tidak ada yang membaca pesan Oliver. Dengan sebodo amat, ia melempar ponselnya ke sembarang arah lalu memutuskan untuk tidur kembali.
***
"Rin..." Panggil Olivia kepada teman sebelahnya yang sedang menulis.
"Apa?"
"Gak jadi." Olivia menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu menulis sesuatu di bukunya. Ia bingung. Apakah ia harus menceritakan soal Oliver atau tidak?
Ah, ya lebih baik ia curcol dengan Milo. Ia adalah pemberi nasihat yang baik.
Sebenarnya, waktu itu Oliver bilang, untuk tidak menceritakan hal tentang keluarganya ke siapa pun. Tapi karena Olivia orang baik, ia akan memberi tahu Milo. Toh, Milo tidak akan membongkar rahasia Oliver, mengingat Milo tidak mengenal lelaki itu.
Dua hari yang lalu, adalah pertama kalinya Oliver terbuka padanya. Dengan panjang lebar Oliver menceritakan kisahnya. Hingga membuat Olivia menangis, disamping faktor pms yang menyerangnya, sebenarnya bukan karena hal itu juga, tetapi saat melihat Oliver menangis, ia juga ikut menangis karena terbawa suasana juga.
Dan saat Oliver meminta izin untuk memeluknya, pipinya memerah menahan malu, ya siapa yang tidak malu, saat seorang lelaki meminta izin untuk memeluknya? Namun, ia berhasil menutupinya dengan cara memeluk lelaki itu duluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Badboy Meets The Fangirl
Ficção Adolescente[BOOK 1 OF WHEN THE BADBOY MEETS THE FANGIRL] -SUDAH DITERBITKAN- BEBERAPA CHAPTER SUDAH DIHAPUS. Highest Ranking : #7 Fiksi Remaja, 16 November 2016 Ini hanyalah berkisah tentang Oliver seorang badboy di SMA Cendrawasih yang kepergok oleh seorang...