Lelaki berambut berantakan itu memasuki rumah lamanya, tanpa mengatakan apa-apa, ia berjalan kearah kamar yang sudah lama tidak dihuninya.
Dulu, sebelum pindah ke apartment, kamarnya penuh dengan mainan masa kecilnya, seperti standing characters mini kartun yang ia sukai, sampai robot-robotan transformers, namun kini mainan itu sudah tidak ada, karena ia sudah memindahkannya ke kamar apartment nya.
Oliver memejamkan matanya di kasur empuk itu, air conditioner yang dingin menyentuh kulitnya. Ia hanya butuh beristirahat dari kegiatan sekolahnya yang begitu padat.
Pasti kalian bertanya-tanya, mengapa Oliver pulang ke rumah lamanya, itu karena ia merindukan tempat tinggal masa kecilnya, selain itu, ia juga rindu masakan Bi Retno. Bi Retno adalah pembantu di rumah Oliver, dan masakan yang dibuatnya enak-enak, bahkan dulu Oliver menambah dua piring saking cintanya dengan makanan yang dibuat oleh Bi Retno.
Terlalu lelah, Oliver telah masuk ke dalam mimpinya. Disamping itu, Mama Oliver baru pulang dari kantornya. Bi Retno mendatanginya dengan lari tergopoh-gopoh. Ia berkata padanya bahwa Oliver pulang hari ini, Gina tersenyum lalu mengucapkan terimakasih.
Ia bergegas menaiki tangga, lalu membuka sebuah kamar bekas Oliver yang telah ditinggali.
Ia membuka pintu itu dengan pelan, agar Oliver tidak terbangun, berjalan dengan perlahan, ia menghampiri anak semata wayangnya itu. Oliver sangat polos saat tertidur, yang membuat Gina tersenyum dibuatnya.
Gina mengernyitkan dahinya saat melihat ada sebuah lebam di pipi anaknya, ia menyentuh pipi itu dengan perlahan, menggelengkan kepalanya sambil mendecak.
Gina beralih mengusap rambut Oliver dengan perlahan, lalu mengecup dahinya dengan penuh kasih sayang.
"Mama sayang kamu, Oliver," ucapnya perlahan dan meninggalkan Oliver yang nyenyak tertidur.
°°°
Rafa dihadapkan oleh suatu hal. Menyudahi permainannya, atau meneruskannya. Ia tahu ini akan merusak hubungannya dengan Olivia dan Rina, namun ia tidak tahu harus bilang apa ke perempuan itu bahwa Rafa ingin menyudahi permainan ini.
Ia tidak ingin merusak kebahagian Olivia. Ia tahu bahwa dari tatapan Olivia, Perempuan itu menyukai Oliver, Rafa tahu. Namun, dengan merusak hubungan orang, itu bukanlah sifatnya.
Rafa tidak seperti itu.
Membelokkan stir mobilnya ke parkiran, ia mematikan mesinnya, lalu memasuki sebuah kafe yang berada tepat di samping sebuah mall. Disana ada seseorang yang menunggui Rafa sedari tadi. Seseorang itu menggunakan sweter bertudung warna hitam dan juga kacamata minusnya yang tergantung pada pangkal hidungnya.
"Hai, Arlando," sapa perempuan itu yang memanggilnya dengan nama belakang.
Rafa mencebikkan bibirnya. "Hai, Adonia,"
Perempuan itu memutar bola matanya kesal, karena Rafa memanggilnya dengan nama belakangnya. "Stop calling me like that,"
Rafa menghiraukan ucapan teman kecilnya, dan menanyakan sesuatu. "Tumben lo pake kacamata, mata lo kenapa?"
Perempuan itu menunjukkan sebuah buku novel, lalu memutar bola matanya. Seakan mengerti apa yang dimaksud, Rafa hanya mengangguk sebagai jawabannya.
Kemudian, lelaki itu memanggil pelayan untuk memesankan sesuatu, "Lo mau pesen lagi gak?" Rafa bertanya kepada perempuan dihadapannya.
Perempuan itu menggeleng.
Setelah pelayan pergi, perempuan yang ada di hadapannya membuka suara. "Gimana Olivia? Kalian udah deketan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Badboy Meets The Fangirl
Fiksi Remaja[BOOK 1 OF WHEN THE BADBOY MEETS THE FANGIRL] -SUDAH DITERBITKAN- BEBERAPA CHAPTER SUDAH DIHAPUS. Highest Ranking : #7 Fiksi Remaja, 16 November 2016 Ini hanyalah berkisah tentang Oliver seorang badboy di SMA Cendrawasih yang kepergok oleh seorang...