Terdengar suara adzan maghrib yang menandakan bahwa malam akan segera tiba. Oliver yang sedari tadi berkutat dengan bukunya, langsung memberhentikan kegiatannya, dan menyenderkan punggungnya ke sofa.
"Lo udah beres?" Tanya Olivia singkat.
Oliver mengangguk lalu memberikan hasil kerja nya ke Olivia. Segera ia beranjak dari sofa, pergi meninggalkan Olivia sendirian di ruang tamu.
Olivia mengangkat kepalanya, saat Oliver pergi meninggalkannya sendirian. Menurut sudut pandang perempuan itu, Oliver adalah orang yang kaku, dan tidak banyak bicara. Selama 3 jam Ia mengajar Oliver, laki-laki itu hanya mengangguk dan menggeleng saat ditanya. Sekalinya Ia bertanya, paling hanya, "Ini caranya gimana?" Hanya itu. Lalu, Olivia menjelaskan pertanyaan tersebut, dan hanya dibalas anggukan oleh Oliver.
Saat Olivia melihat hasil pekerjaan Oliver, ia cukup takjub. Ia tidak percaya bahwa Oliver memiliki tulisan tangan yang bagus. Tidak seperti laki-laki pada umumnya yang memiliki tulisan tangan seperti rumput atau kaki bebek. Bahkan, Tulisan tangan Oliver lebih bagus daripada Olivia. Melihat kertas itu membuat Olivia cukup iri.
Dengan segera Olivia menilai kertas soal tersebut, dan hasilnya lumayan bagus untuk seorang Oliver yang tidak bisa pelajaran Fisika. Tak lama, datanglah Oliver yang membawakan segelas jus jeruk, lalu memberikannya kepada Olivia.
"Makasih," Ucapnya, dan segera meminum jus jeruk pemberian Oliver. Dari 3 jam yang lalu, Olivia sudah kehausan, tapi ia enggan untuk meminta minum kepada Oliver, makanya sedari tadi ia tahan. Dalam waktu 15 detik, gelas yang berisi jus jeruk itu sudah habis tak tersisa.
Oliver yang melihat Olivia sedari tadi, tidak bereskpesi sama sekali sekali, padahal di dalam hatinya ia bertanya-tanya.
"Buset, nih cewek haus banget kayaknya," Begitulah ungkapan hati Oliver sebenarnya.
"Nih nilai nya, lumayan bagi lo yang gak bisa fisika." Ucap Olivia lalu memberikan kertas yang berisi nilai 65 itu.
Olivia memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, lalu beranjak berdiri. Mengambil sepatunya yang ada di rak, dan memakainya. Oliver masih berdiri di belakang Olivia tanpa disadari oleh gadis itu.
Saat Olivia hendak berpamitan kepada Oliver, laki-laki itu memotong pembicaraannya. "Gue anter." Ucapnya singkat.
Olivia membelalakan matanya. "Eh! Gak usah, gue naik gojek kok,"
"Gak baik cewek pulang malem-malem begini sendirian." Ucapnya, yang Olivia yakini ini adalah kata terpanjang yang diucapkan oleh Oliver untuknya.
Mendengar perkataan Oliver membuat jantung Olivia berdetak tidak biasanya, ingin rasanya Olivia berteriak, "SISAIN COWOK SATU KAYAK GINI PLIS" tapi tidak mungkin, karena ia gengsi.
Oliver memakai sweater hitamnya lalu segera ia keluar dari apartemennya, diikuti oleh Olivia. Mereka berdua terdiam seperti biasa. Olivia yang selalu memecahkan keheningan tidak membuka suaranya sama sekali.
Olivia mengecek ponselnya yang sedari tadi ia taruh di tasnya. Dan, alangkah terkejutnya saat melihat 11 panggilan tak terjawab dari Bundanya. Dengan segera ia menelepon Bundanya. Di deringan pertama, Dinda mengangkatnya.
"Kamu kemana aja?! Kenapa telepon Bunda gak diangkat?!"
Olivia menjauhkan ponselnya dari telinganya karena suara Bunda nya yang terlalu kencang.
Olivia menghela napas sejenak. "Handphone aku di silent, Bun. Aku lagi belajar bareng sama temen, cuma lupa mau bilang ke Bunda, Ini juga mau pulang,"
![](https://img.wattpad.com/cover/70627274-288-k618024.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Badboy Meets The Fangirl
أدب المراهقين[BOOK 1 OF WHEN THE BADBOY MEETS THE FANGIRL] -SUDAH DITERBITKAN- BEBERAPA CHAPTER SUDAH DIHAPUS. Highest Ranking : #7 Fiksi Remaja, 16 November 2016 Ini hanyalah berkisah tentang Oliver seorang badboy di SMA Cendrawasih yang kepergok oleh seorang...