Part 26 : Should've Been Us

90.2K 9.4K 2.3K
                                    

Olivia menghampiri kelas Oliver untuk pertama kalinya, ia penasaran, apakah benar lelaki yang suka duduk di dekat pohon waktu kecil itu Oliver?

Ia menengok mencari-cari keberadaan Oliver tetapi tidak ada di kelasnya, kemana anak itu? Saat ia berbalik untuk mencari ke tempat lain, ia tidak sengaja tertabrak oleh tubuh seseorang. "Eh, lo gebetannya Oliver? Ngapain disini?" tanya suara berat seorang lelaki.

"Hah?" tanya Olivia heran karena lelaki itu menyebutnya dengan nama 'gebetan Oliver' tentu saja ia penasaran apa maksudnya. Kalau Olivia tidak salah, nama lelaki itu Adrian.

"Lo ngapain disini? Nyari Oliver?"

Olivia mengangguk.

"Dia nggak masuk."

"Lah kenapa?"

"Gak tau, dia gak bilang," raut wajah Olivia sedikit murung mendengar hal itu, padahal di lubuk hatinya, ia masih penasaran.

Pesannya belum juga dibaca olehnya, padahal ia mengirimnya sudah dari semalaman.

"Yaudah deh, makasih ya," Olivia pergi meninggalkan Adrian.

Perempuan berkuncir kuda itu memutuskan untuk kembali ke kelasnya.

Ia mengambil buku diarynya, dan menghiraukan Rafa dan Rina yang masih penasaran dengannya.

Kemarin, saat terjadi adegan penonjokkan antara Rafa dan Oliver, perempuan itu memarahi Rafa, karena bertingkah sok tahu, dan hal itu juga berimbas pada Rina, yang membuat mereka berdiam-diaman.

Olivia meninggalkan mereka, tujuannya saat ini adalah ke perpustakaan, ia belum membaca tulisan Oliver sepenuhnya, karena ia memilih tidur untuk menenangkan pikiran dan mungkin hari ini ia akan membaca semuanya, karena kebetulan juga sekarang sudah waktunya istirahat.

Perempuan berkuncir kuda itu melepaskan sepatunya, dan menaruh sepatu itu di rak yang sudah disediakan. Ia menyapa Bu Aya dengan senyum riangnya.

Bu Aya yang sedang mengerjakan sesuatu di komputernya, menyapa Olivia, dan tak lupa sedikit berbasa-basi dengannya.

Setelah itu, Olivia duduk di bangku, dan menyumpal telinganya dengan earphone. Ia membuka buku birunya dengan membalikkan halaman berikutnya.

Saat gue ketemu Olivia untuk pertama kalinya di sekolah ini, adalah waktu dia mergokin gue lagi malak anak nerd.

Saat itu, gue belom kenal namanya, dan dia cukup berani buat ngelawan gue. Dan ini pertama kalinya, saat gue sedang berbuat nakal, ada yang ngalangin.

Besoknya, saat gue lagi di kantin sama temen-temen, tiba-tiba ada suara cewek teriak, dan gue risih, karena ya, suara dia cempreng. Saat gue nengok ke belakang, eh ternyata cewek itu lagi. Cewek itu langsung pergi saat temennya nyadarin dia. Dia gila. Itu yang gue pikirkan saat itu.

Fino nyeletuk, setelah kepergian cewek itu. Katanya, nama cewek itu Olivia, dan itu udah kebiasaannya di kelas teriak-teriak gaje sambil megang hp.

Gue diem, setelah denger Fino ngasih tau namanya. Apa bener cewek itu Olivia yang 'itu'? Gue takut salah, karena yang namanya Olivia itu banyak, bukan dia aja. Beralih dari itu, Bu Dian manggil gue untuk ke ruangannya. Dia bilang katanya, gue gak fokus dalam pelajaran yang dia ajar, dan dia memutuskan buat ngasih gue tutor.

Dan, Boom! Cewek itu lagi. Siapa lagi kalo bukan Olivia? Dia setuju jadi tutor gue asalkan nilai di pelajaran fisika nya A semua. Oke Olivia menang banyak.

Olivia tertawa kecil saat melihat tulisan Oliver. Ia tidak peduli kalau Oliver sudah melihat isi diary nya. Lagian isi didalamnya juga tidak terlalu penting. Jadi, ia membiarkan hal itu terjadi.

When The Badboy Meets The FangirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang