Oliver : udah mendingan. Lo langsung kesini aja.
Olivia membaca pesan itu dengan tercengang, ia tidak salah lihat kah? Mengucek mata nya berkali-kali namun hasilnya tetap sama. Satu kata terlontar dari mulutnya. "Wow,"
Apakah ini benar Oliver? Ia masih tidak percaya. Biasanya Oliver membalas pesannya dengan huruf yang disingkat-singkat bagaikan anak alay, namun sekarang lihatlah? Sungguh suatu keajaiban.
Ia bergegas, lalu mengganti bajunya se-kasual mungkin, setelah selesai, ia memasukkan buku fisika, novel yang ia pinjam dari perpustakaan, beserta ponselnya yang tidak mungkin ia lupakan.
Turun ke bawah, ia melihat Milo dengan Bundanya yang sedang mengobrol.
"Bun, Oliv mau ke rumah temen dulu, mau ngajar temen Oliv," Ucap Olivia.
"Oh, ngajar Oliver ya? Yaudah sana, tapi pulangnya jangan malem-malem. Milo, anterin Oliv tuh," Ucap Dinda sambil menunjuk Olivia dengan kepalanya.
"Aku lagi, aku lagi," Milo menyenderkan kepalanya ke sofa malas.
"Shhh, udah sana, daripada gak ada kerjaan disini, mending nganterin adik kamu,"
Milo memutar bola matanya malas, dan beranjak berdiri mengambil kunci mobil nya yang berada di meja bupet.
"Ayah mana, Bun?"
"Ada di kamar, lagi tidur, kepalanya pusing katanya,"
Olivia mengangguk, mendengar penuturan Bundanya, lalu pamit dengan memberi salam.
"Hati-hati!"
"Iya!"
Olivia memasang seatbelt nya dengan benar, lalu Milo mengendarai Zeus dengan membelokkan stir ke kanan.
Olivia bingung. Ia harus menceritakan tentang Oliver pada Milo sekarang atau nanti? Tapi, ia takut di ceng-cengin. Mengapa ia menjadi serba salah seperti ini? Persis seperti lagu Raisa saja.
Ck, persetan dengan semua ini.
"Bang,"
"Apaan?" Tatapan Milo tetap kearah depan, tanpa menengok adiknya yang sedang menatapnya.
"Gue mau cerita,"
"Terus?"
"Dengerin ih!" Ucap Olivia sebal.
"Iya gue dengerin, cepetan gue penasaran," Milo yang mengendarai Zeus berhenti, ternyata jalanan macet.
"Jadi gini, gue punya temen, baru kenal seminggu yang lalu sih, dia—"
"Oliver right?"
"KOK LO TAU SIH?" Jerit Olivia menatap Milo dengan kesal, mengapa ia bisa tahu?! Padahal Olivia tidak menyebut namanya.
Milo membuang napasnya dengan kasar. "Yaiyalah, gue tau. Kan lo bilang, 'baru kenal seminggu yang lalu' dan yang lo kenal seminggu yang lalu itu, Oliver. Gimana sih?"
"Oke gue lupa. Back to topic, gue kira Oliver itu anak manja yang suka menghamburkan uangnya, terus juga attention seeker yang suka ngebully anak-anak di sekolah, sering masuk BK juga. Tapi gue salah, dengan pandangan itu," Olivia berhenti berbicara sejenak.
Milo terdiam, terus mendengarkan apa yang diucapkan adiknya.
"Di dalam nya dia adalah orang yang rapuh. Bahkan, gue baru tau kalo keluarganya gak peduli sama anaknya sendiri. Dan di rumah nya pun gak ada foto keluarga yang dia pajang."
"Dia tinggal sendiri?" Tanya Milo, lalu berhenti di pinggir jalan.
Olivia mengangguk, lalu melihat Milo dengan tatapan kebingungan. "Kenapa berenti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Badboy Meets The Fangirl
Ficção Adolescente[BOOK 1 OF WHEN THE BADBOY MEETS THE FANGIRL] -SUDAH DITERBITKAN- BEBERAPA CHAPTER SUDAH DIHAPUS. Highest Ranking : #7 Fiksi Remaja, 16 November 2016 Ini hanyalah berkisah tentang Oliver seorang badboy di SMA Cendrawasih yang kepergok oleh seorang...