"Bunda pernah ngerasain gimana rasanya jatuh cinta gak?" Olivia bertanya, memangku dagunya di meja dapur sambil tersenyum.
"Tumben nanyain beginian," Dinda mencibir sambil mengulek cabai rawit.
Olivia manyun dan menenggelamkan kepalanya di boneka Zayn Malik versi kartun yang ia pegang. "Ih kan Oliv nanya," gumamnya.
"Ya iyalah Olivia. Buktinya Bunda sama Ayah sekarang, terus ada Milo sama kamu juga. Ngapain juga Bunda capek-capek bikin anak sama Ayah kalo kita berdua gak jatuh cint- ASTAGFIRULLAH KENAPA MELENCENG BEGINI!"
"HAHAHAHAHA!" Olivia tertawa ngakak sambil meremas bonekanya.
Dinda meletakkan jari telunjuknya di depan mulutnya sambil melotot. Menyuruh Olivia untuk diam, tetapi Olivia tidak menggubrisnya. "Sshh, jangan kasih tau, Ayah. Kalo ngasih tau, Bunda potong duit jajan kamu"
Mendengar duit jajan akan dipotong, Olivia lantas berhenti tertawa namun senyum jahilnya masih tampak diwajahnya. Ya, bisa dibilang selama ini, Bunda nya lah yang mengatur uang jajannya. Entah dengan tujuan apa, Olivia tidak mengerti. Namun, ia sedikit tidak rela saat Bundanya yang harus memegang uang, soalnya Bunda itu pelit.
"Kamu pasti lagi jatuh cinta ya? Makanya nanya beginian ke Bunda, dan pasti karena Oliver? Ya kan, ya kan?" tanya Dinda jahil.
"Bunda selalu benar," Olivia menjawabnya dengan mengangguk-angguk pasti.
"Tuhkan! Apa Bunda bilang! Jadian juga kan kalian berdua! PJ nya mana? Bunda gak dikasih?"
"PJ apaan? Oliv gak ngerti. Lagian ini masih tahap proses kok, Bun."
"Halah, katanya anak gaul. Tapi PJ aja gak tau, gimana sih? PJ itu Pajak Jadian, kalian kan jadian pake perantara Bunda juga,"
"Emang Bunda ngapain? Gak ngapa-ngapain juga," Olivia mencibir.
"Hey! inget waktu kamu minta nonton konser? Dan Bunda nyuruh kamu pergi sama Oliver? Inget anak Bunda yang paling cantik?"
Ah ya, benar. Olivia kalah telak.
"Nanti, Oliv traktir seblak Mang Wawan deh!" ucap Olivia terpaksa. Dinda mengacungkan jempolnya sambil melanjutkan masakannya.
Milo datang dari arah tangga dengan wajah semrawutnya, yang membuat Olivia penasaran. Lelaki itu mengambil air minum yang ada di kulkas dengan cemberut. Sisa air dibotol yang tinggal setengah, ia masukkan lagi ke dalam kulkas.
Olivia mengikutinya dari belakang, ternyata ia ke atas genteng. Kurang kerjaan sekali, Milo ke atas genteng. Dasar manusia gabut.
Olivia memutar bola matanya, dan menaiki tangga yang selalu disediakan di taman belakang.
Setelah sampai, ia duduk di sebelah Abangnya, sambil memainkan ponsel yang ia bawa.
"Lo kenapa kesini?" Milo bertanya.
Olivia malah menanya balik, menghiraukan pertanyaan Milo. "Di putusin lagi lo, Bang?"
Olivia tahu, kalau wajah Milo sudah semrawut seperti sekarang, pasti ia sedang ada masalah. Dan, Olivia menyimpulkan bahwa Milo sedang putus cinta, karena setiap ia galau pasti lelaki itu memasang wajah semrawutnya.
"Lusa gue balik ke asrama."
"HAH? ENAK DONG!"
"Enak mata lo kuning. Jauh dari keluarga gak enak tau," Milo manyun sambil menatap langit malam.
"Aw, sini Oliv peluk," Olivia merentangkannya namun ditepis oleh Milo.
"Ogah."
"Bang, pernah ngerasain jatuh cinta gak?" tanya Olivia menatap wajah Milo dari samping.
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Badboy Meets The Fangirl
Teen Fiction[BOOK 1 OF WHEN THE BADBOY MEETS THE FANGIRL] -SUDAH DITERBITKAN- BEBERAPA CHAPTER SUDAH DIHAPUS. Highest Ranking : #7 Fiksi Remaja, 16 November 2016 Ini hanyalah berkisah tentang Oliver seorang badboy di SMA Cendrawasih yang kepergok oleh seorang...